Sharing kali ini tentang gowes
Bedugul. Sudah cukup lama kami ingin men-jajal single track Bedugul, yang
menurut cerita dikalangan goweser cukup menantang. Peserta kali ini berjumlah
19 orang, tidak sebanyak event gowes bersama sebelumnya. Seperti biasanya planning
gowes kami adalah 2 hari, sabtu dan
minggu 5-6 Oktober 2019, hari pertama adalah explore single track Bedugul,
sedangkan hari kedua gowes ringan city tour Denpasar.
Gowes Bedugul dimulai dari titik
start Puncak Bukit Catu yang berjarak kurang lebih 53 km dari down town
Denpasar. Dari titik start ada jalan asphalt kurang lebih 100 m, kemudian
langsung masuk medan offroad single track. Medan yang kami lalui menurut saya
punya difficulty factor pada level cukup lumayan, karena selain hampir sepanjang
jalur adalah single track, juga banyaknya pokok pohon yang menjorok, akar pohon
yang cukup besar berserakan di sepanjang track, ditambah lagi batang pohon yang
cukup rapat yang memaksa kami harus mengeluarkan kemampuan untuk meliuk-liuk
diantara pepohonan. Ditengah perjalanan terdapat pos pemberhentian untuk bayar
ticket yang katanya untuk biaya perawatan track, namun sayangnya pengamatan
saya sepanjang gowes tidak ada tanda-tanda hasil kegiatan perawatan, bahkan sebaliknya
nampak tidak terawat, beda banget dengan kondisi track Tutur-Welang di
Kabupaten Pasuruan yang nampak terawat. Track bedugul tersedia banyak
alternatif jalan seperti halnya di track TW, namun karena keterbatasan waktu,
kami hanya melakukannya sekali saja. Tidak seperti track TW yang single track
nya berupa tanah padat, track bedugul banyak dijumpai tanah kering yang
diatasnya terdapat tanah lembut yang cukup tebal, sehingga akan memproduksi
debu yg luar biasa saat dilalui, hampir sama seperti gowes Bromo saat musim
kemarau. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah kehadiran tanaman “lateng”
yang dapat menyebakan serasa tersengat serangga saat terkena daunnya. Overall
saya pribadi puas dengan tantangan medannya, dan rasanya patut untuk dicoba
sekali lagi. Akhirnya etape satu berakhir di wisata air panas Angsri.
Gowes dilanjut menuju titik finish
di Monumen Panca Bhakti Margarana, melalui persawahan Jatiluwih yang sudah
sangat terkenal sebagai obyek wisata alam persawahan yang didanai oleh UNESCO.
Jalur ini didominasi dengan jalan perkampungan ber-asphalt, persawahan dan
menyusur aliran sungai kecil. Namun sayangnya jalur persawahan Jatiluwih yang
kami lalui adalah bagian sebelah timur, yang tidak seindah bagian sebelah barat
yang dimulai dari “Jatiluwih Rice Terrace”. Total jarak tempuh yang kami lalui
sekitar 30 km dengan waktu tempuh 4 jam.
Day 2, adalah acara gowes “City
Tour”, dimulai dari kantor Telkom jalan Serma Gede, menuju utara melalui
Lapangan Puputan Badung, lanjut terus ke utara sampai memotong jalan Gatot
Subroto, masih terus ke utara menuju Ekowisata Subak Lestari Kelurahan Penatih
di jalan Sekargadung, tepat disamping Pasar Kerta Waringin Anggabaya adalah
pintu masuk Ekowisata Subak Lestari. Ekowisata ini berupa area persawahan yang
dibangun beberapa spot “SELFIE”, menurut saya area tersebut cukup indah
walaupun tidak seindah area persawahan Jatiluwih dan juga tidak begitu luas,
sekitar 2.5 km kami berputar-putar diarea ini. Keluar dari area persawahan,
kami balik lagi kearah selatan menuju pantai Sanur, namun sebelumnya kami
mampir di Cuture Village Kertalangu untuk rehat sejenak sambil ngopi. Dilanjut
ke pantai Sanur, disini kami mengabadikan diri di Matahari Beach. Dari sini
rute pulang adalah jalan lurus kearah timur, menyusuri jalan Raya Puputan
sampai kembali ke kantor Telkom Serma Gede. Sampai lokasi finish tepat adzan
Dhuhur waktu Denpasar, total jarak tempuh city tour ini kurang lebih 40 Km,
dengan total waktu gowes selama 4 jam.
Selesai sudah agenda gowes
II-2019 cycling community Biker08, kami selalu mengagendakan 2x tour luar Malang
dalam setahun, dimana agenda gowes I dilakukan di Baturaden pada bulan
Juni-2019. Selesai berkemas kami berangkat pulang ke Malang pada jam 16.00.
Goodbye Bali, see you soon in the
near future....Salam 2rodaMTB
0 comments:
Post a Comment