Mungkin banyak yang belum familiar dengan “KEDUNG DARMO”, meskipun warga kota Malang sekalipun, karena memang tempatnya nun jauh di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang, dan juga akses ke lokasi kedung (waduk kecil) perlu effort lebih. Jika sobat alam googling, maka akan nampak foto yang sangat indah, dengan kolam ditengah2 sungai yang bertingkat tingkat dengan air mengalir bak air terjun meskipun hanya pendek saja, kurang dari 3 meter. Kedung Darmo adalah tampungan pertemuan aliran 2 sungai di desa Srigonco. Saat musim kemarau air dalam kedung sangat jernih, sebaliknya saat musim hujan menjadi keruh karena pengaruh derasnya aliran air. Kita bisa berenang di Kedung dengan nyaman karena airnya yang jernih, ditambah pahatan alam batu cadas diseklilingnya yang menanjubkan.
Dimusim pandemi ini banyak tempat wisata alam yang ditutup untuk sementara waktu karena harus menjalankan protocol kesehatan, social distancing yakni tidak boleh membuat/menimbulkan kerumunan masa dalam jumlah besar, juga mencegah orang asing memasuki wilayah tertentu karena bisa jadi adalah carrier yang dapat menyebarkan virus di daerah tertentu. Karena situasi tersebut, kami berempat saya pakWe, mas Insan, pak Anang dan pak Hariadi, mencoba melakukan eksplorasi asal aliran sungai yang terperangkap di Kedung Darmo, yang secara protocol kesehatan aman.
Dari Malang kami berangkat sekitar pukul 06.15 menuju Pagak, karena kami sudah merencanakan lebih memilih rute kampung pedesaan,kebun tebu dan persawahan daripada harus lewat jalan raya bersaing dengan kendaraan yang bermesin “motor bakar”, disamping keuntungan mendapatkan udara segar tanpa polusi dan pemandangan indah sepanjang perjalanan juga aman dari resiko disambar kendaran berkecepatan tinggi. Kami tiba di kantor Telkom Pagak sebagai titik start kurang lebih pukul 7.45. Perjalanan menuju bantur menempuh jarak sekitar 14 Km, ditambah 4 Km menuju rumah penduduk terakhir sebelum kami menyusuri sungai. Sepanjang perjalanan rute ini terdiri dari separuh makadam dan sisanya jalan aspal halus, melalui kampung perumahan penduduk, kebun tebu dan persawahan seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kontur jalannya naik turun, meskipun secara overall jika di observasi melalui google maps nampak jalannya menurun. Dengan stamina yang masih fit, kami dapat melibas rute ini dengan lancar dan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di desa Bantur, waktu yang kami butuhkan kurang lebih 35 menit saja, baru setelahnya diperlukan waktu yang agak panjang menuju desa Srigonco, karena harus melakukan explorasi untuk menemukan titik dimana kami bisa turun ke sungai. Dari SMPN 1 Bantur kami terus saja menyusuri jalan Raya Bantur arah Donomulyo, ketika sampai di pertigaan arah Pantai Balekambang atau Pantai Ngliyep ambil jalan yang kearah Pantai Balekambang, dari pertigaan tersebut kurang lebih 600 m belok kiri, ikuti jalan tersebut sampai melewati jalan cor beton kurang lebih 1 Km sampai ketemu rumah terakhir. Kami menitipkan sepeda di rumah tersebut, selanjutnya blakrak-an dilanjut dengan trekking membelah semak belukar diantara pohon-pohon sengon yang tertanam di perengan menuju dasar sungai (entah sungai apa namanya kami tak tahu persis, namun orang sekitarnya menyebut sungai Gading), sampai akhirnya kami mencapai sungai dibawah. Badan sungai cukup lebar namun airnya tidak banyak, dasar sungainya adalah batu-batu padas yang bentuknya tidak beraturan dengan beberapa cekungan yang dapat menjebak aliran air dan mejadikannya kolam2 kecil yang bening airnya, kondisi seperti ini membuat pemandangan nampak sangat elok, karena kita jarang menjumpainya. Kami terus menyusuri sungai menuju kebawah lokasi Kedung Darmo, yang terkadang harus bersusah panyah untuk melewati kolam air yang menempati seluruh badan sungai sehingga tidak menyisakan batu pijakan untuk kami melewatinya tanpa harus berbasah-basah, namun dengan bantuan bambu panjang yang banyak tergeletak disekitar sungai kami dapat juga melewatinya meskipun dengan resiko terjatuh kedalam kolam cekungan sungai yang dalamnya mencapai 3 meter tersebut, dan benar saja salah satu dari kami, yakni pak Anang terpeleset dan jatuh kedalam kolam sehingga seluruh pakaian dan backpack-nya basah kuyup, beruntung pak Anang mampu segera naik dengan cepat keatas, sehingga HP dalam kantongnya masih terselamatkan dan berfungsi normal. Sepanjang menyusuri sungai kami menemukan 4 kolam cekungan yang cukup besar, kolam ke-2, ke-3, ke-4 terhubung air terjun kecil karena memang letaknya berdempetan, namun jika kami terjun ke kolam ke-4, akan kesulitan untuk naiknya, sehingga kami memutuskan untuk berhenti di kolam ke-3, dam kami mandi berenang di kolam ke-2 dan ke-3 saja, meskipun kebawah menuju kedung Darmo masih terdapat 5 kolam lagi. Trekking menyusuri sungai yang kami lakukan tidak jauh hanya berjarak kurang dari 1 km. Kurang lebih 2 jam kami menghabiskan waktu untuk bermain-main disini, menikmati jernihnya air kali yang terjebak di cekungan yang sangat dalam, bak si Bolang kecil yang riang bermain-main air di kali, gak ingat kalau sudah above fifty, he3x.
Setelah makan siang, puas
berenang dan menunaikan dhuhur, kami balik menuju sepedah kami, dan masih harus
melalui jalan setapak naik cukup extreem menerobos semak belukar yang sangat
melelahkan, karena setamina terkuras habis setelah berenang. Tidak seperti saat
berangkat, perjalanan pulang cukup menyiksa, dengan sisa-sisa tenaga harus
melibas jalan naik turun yang tiada habis, terutama anggota termuda mas Insan
yang seperti biasanya selalu tercecer dibelakang, namun kali ini saya terus ikuti
dari belakang agar tidak sering-sering berhenti beristirahat, karena hari sudah
sore. Setelah melewati periode waktu 2 jam 49 menit akhirnya kami sampai juga
di homebase kantor Telkom Pagak.
Masih ada plan “remedy” rute ini di
benak saya, karena belum menuntaskan 9 kolam kali gading sampai kedung Darmo.
Namun tetep saja kami merasa puas, meskipun hanya mendapat 4 kolam saja, “there
is still a chance for the other 5 ponds”.
Salam 2rodaMTB