Bukit JABAL masih terasa asing di telinga kita, tidak
seperti Gunung Panderman yang sangat dikenal dikalangan pecinta alam khususnya
di wilayah Malang Raya, yang cocok untuk aktivitas trekking ringan pada
ketinggian 2.000an mdpl. Anak2 muda asli Malang pun saya yakin banyak yang
belum kenal bukit Jabal, apalagi tahu dimana tempatnya.
Check google maps, lokasinya persis disebelah barat P-WEC
(Petung Sewu). Sabtu kemarin 130620, berlima gowes untuk survey titik start trekking
bukit Jabal. Karena rumah kami terpisah arah, di daerah Blimbing, Sawojajar dan
Sukun maka meeting point disepakati di depan Kantor Desa Kalisongo. Janjian kumpul
pukul 7.00, ternyata 6.30 sudah nyampe tikum, ternyata otot kaki saya lebih
kuat dari perkiraan saya sendiri. Setelah rombongan Sukun datang, berangkatlah
kami menuju P-WEC, tujuan kami sebenarnya adalah bertanya kepada penduduk dusun
Sumberbendo. Singkat cerita titik start trekking dapat kami identifikasi, maka kami
putar haluan gowes back Home, namun karena waktu masih menunjukkan pukul 08.10,
kami berhenti di rumah paling atas. Setelah basa basi sejenak dengan pemilik
rumah, kami utarakan maksud kami untuk nitip sepeda sementara kami trekking
keatas, ibu yang baik hati itu mempersilahkan untuk meninggalkan sepeda kami di
pekarangan rumahnya.
Jika Triathlon atau yang paling popular saat ini dengan
jarak IRONMAN (Ultra Distance), menggabungkan swim-cycling-run, maka kali ini
kami menggabungkan antara cycling-trekking. Dari rumah terakhir kami menitipkan
sepeda, mengurut jalan makadam sepanjang 700m sampai ke jalan paving menuju ke
track pendakian, kemudian dilanjut dengan menyusuri perkebunan warga yang
ditanami jeruk yang diselang-seling oleh tanaman cabe, sampai kami menemukan
jalan bekas sungai, kami susuri jalan tersebut sampai ada percabangan, ambil
yang kekanan sampai ketemu kali dengan bongkahan batu-batu besar yang bisa
menjadi pijakan kaki saat menyeberang. Etape berikutnya dilanjut dengan jalan
yang cukup lapang di sela-sela hutan pinus, saat menemukan percabangan jalan, ambil
yang lurus sampai menemukan tanda arah pendakian ke Gunung Malang/ Bukit Jabal warna
hijau yang di tempel di Pohon Pinus. Kita ikuti jalan naik tersebut sampai
ketemu tanda penunjuk arah Gunung Malang tertempel di pohon pinus yang cukup kecil,
kita ikuti saja arahnya.
Dimulailah pendakian ke Bukit Jabal, melalui jalan setapak
diantara semak belukar yang ranting dan daunnya tertangkup antara sisi kiri-kanan.
Sepanjang jalan adalah tanah liat yang jika musin hujan pasti sangat licin, di
bawahnya tertanam jalur pipa untuk mengalirkan air bersih dari puncak bukit
Jabal menuju perkampungan penduduk. Jalur pendakian sampai puncak sangat
monoton, kita tidak bisa melihat pemandangan diatas karena tertutup rerimbunan
daun, sehingga seolah-olah kami berjalan di lorong yang sangat panjang.
Meskipun ketinggian bukit jabal hanya 1.470 mdpl, namun sangat melelahkan,
berkali-kali kami harus berhenti untuk menata nafas dan mengistirahatkan otot
kaki, hal ini disebabkan karena jarak pendakian yang relatif pendek, sehingga
slope yang terbentuk lumayan menyiksa, dan menjadi tantangan tersendiri bagi
kami yang sudah above fifty. Akhirnya, satu persatu dari kami sampai di TOP
PEAK Bukit JABAL.
Beruntung kami, saat tiba di puncak sekitar pukul 11.00,
kondisi udara cerah, clear tidak berkabut, sehingga nampak pemandangan yang
menakjubkan. Arah Pandang ke utara nampak kota Batu dengan titik2 putih
bangunan yang menjadi accessories-nya, jauh dibelakangnya nampak Gunung Arjuna
berdiri kokoh menjulang tinggi yang puncak biru-nya menyembul diantara
sekumpulan awan, pandangan kita geser sedikit ke barat, akan nampak Gunung
Panderman, kemudian kami alihkan pandangan kami menuju arah timur, nampak Kota
Malang dengan gedung2-nya, jauh dibelakangnya nampak puncak Semeru menjulang
tinggi diatas awan. View dari puncak bukit Jabal sangat elok dan menakjubkan, belum
lagi jika disaksikan pada pagi hari, tentunya lebih indah.
Bagi yang pingin nge-camp, tempat lapang di puncak tidak
terlalu luas, perkiraan saya tidak lebih dari 25 tenda yang bisa didirikan, dan
jika tidak kebagian tempat bisa meratakan semak2 di jalur pendakian di bawah
puncak. Saya melihat terdapat pipa saluran air yang sengaja dilubangi untuk
pengambilan air bersih dengan menggunakan selang plastik yang di taruh di pokok
pohon didekatnya, sehingga bagi para camper tidak perlu khawatir akan
ketersediaan air bersih. Karena tempat ini masih alami, tidak tersedia MCK.
Begitulah bukit Jabal sebagai alternatif pendakian ringan atau camping selain
Gunung Panderman yang berada di sekitar Malang Raya.
Kami memerlukan waktu sekitar 2.5 jam perjalanan mendaki,
dan 1.5 jam perjalanan arah sebaliknya. Sedangkan untuk mencapai titik start
pendakian, kami gowes pergi-pulang sepanjang 30 Km. Cukup asyik juga
menggabungkan Outdoor Activity Cycling and Trekking dalam satu kesempatan,
sobat Natur Lover boleh mencoba dan rasakan sensasinya.
Terima kasih pak Fa, pak Ivan, pak Dhe Bambang, dan pak Edy
yang telah menemani saya blakrak-an, untuk selalu mencoba dan menemukan rute
baru gowes maupun trekking.
0 comments:
Post a Comment