Bromo…emang gak ada matinya…
Sudah sekian kali gowes ke Bromo, tapi gak pernah bosan,
selalu saja menemukan kenikmatan baru saat jelajah meskipun rutenya sama,
karena setiap waktu yang berbeda, alam selalu menawarkan sesuatu yang berbeda
pula. Sehingga agak aneh jika ada orang yang tidak mau gowes ke Bromo, karena argument
berikut “aku sudah khatam, karena masa sekolahku dulu sudah berpuluh-puluh kali
ke Bromo”, seperti kata rekan kami mbah Di.
Pada gowes kali ini kami mengambil rute standar “Bromo Classic”
atau sering disebut rute thawaf, karena rutenya mengelilingi Gunung Bromo,
dimulai dari Jemlang dan diakhiri di bukit Teletubies, sedangkan dari
Teletubies ke Jemplang diangkut truck (sudah agak bosan sorobike…ha33x).
Dipilihnya rute classic bukan tanpa alasan, karena ini acara special mengantar
rekan kami mbah No yang belum pernah sekalipun gowes track Bromo, selain itu
menyambut awal hujan yang sudah rutin mengguyur pasir Bromo, dan untuk
menyaksikan hijaunya savana disekeliling lautan pasir.
Saya berangkat dari rumah jam 5.15 menuju kantor Telkom
Sawojajar sebagai tikum yang sudah disepakati, diiringi rintik hujan yang tak
bosan turun sejak malam hari. Sesampainya di tikum ternyata Pace n David sudah
standby mendahului kami. Sayang ada satu rekan kami mBah Soet yang mendadak tidak bisa turut serta
karena sakit (tapi mungkin yang benar adalah karena tidak mendapat SIG alias Surat Ijin Gowes dari kanjeng Mami…wkwkwk). Akhirnya, sekitar pukul 07.00, setelah kelima anggota lengkap
dan sepeda sudah rapi diatas Truck-DMax, kamipun berangkat menuju Jemplang
dengan diiringi hujan yang lumayan deras.
Alhamdulillah, setelah menempuh kurang lebih 1 jam
perjalanan, sampailah kami di Jemplang, dan Alhamdulillah sekali lagi karena cuaca cerah dengan
sedikit mendung bergelanyut di awang-awang, semakin pas untuk kegiatan gowes.
Namun rupanya David dan Pace belum sarapan, dengan terpaksa semangkuk bakso
disantap untuk reserve energy sebelum gowes. Sekitar pukul 08.00, pedal sepeda
mulai digenjot, untuk membelah track offroad jemplang-widodaren. Sepanjang
perjalanan, rimbun hijau dedaunan menyejukkan mata, kondisi track basah namun
tidak becek membuat debu sulit untuk terbang mengganggu hidung kami.
Sesampainya di New Zemplang, nampak savana yang menghijau menyelimuti
lereng-lereng bukit di kawasan pegunungan Tengger. Tak bosannya kami berfoto,
meskipun telah berkali2 take action disitu, apalagi mbah No yang baru pertama
kalinya melihat indahnya New Zemplang. Setelah puas take photo dan cycling di
track bagian atas gunung Bromo, maka saatnya menikmati track lautan pasir.
Hujan membuat pasir bromo cukup padat untuk tidak membuatnya ambles saat roda
MTB kami menjejaknya. Gowes kami sangat nyaman, dan tidak menguras energy,
ditambah suasana mendung membuat kami tidak merasa kepanasan oleh terik
matahari, sehingga botol minum tidak sampai kosong isinya. Istirahat sebentar
di Pura Bromo, dan kebetulan pintunya dibuka sehingga kami bisa masuk ke dalam
area pura, nampak 4 orang sedang membersihkan timbunan pasir di halaman pura
yang tebalnya kira-kira 30 cm, pada areal yang cukup luas. Menurut salah
seorang pekerja, mereka sudah bekerja 4 hari membersihkan pasir namun belum
juga kelar. Perjalanan dilanjut ke Bukit Teletubies melewati kawasan pasir
berbisik, namun sayangnya para pasir tidak ada satu butirpun yang berbisik ke
telinga kami, mungkin karena padat oleh air hujan, ditambah angin tidak cukup
kuat berhembus. Tak berapa lama, sampailah kami di kawasan bukit Teletubies
yang sudah nampak menghijau, namun rumput teletubies yang ujungnya bebulu
seperti kapas belum nampak terlihat, mungkin masih perlu beberapa minggu
guyuran hujan untuk menghadirkannya. Kami tidak bisa berlama-lama cangkruk di
warungkopi, karena bertepatan kami datang, para penjaja warung sudah
bersiap-siap melipat dagangannya. Kamipun segera upload sepeda kami keatas DMax
yang sudah lama menunggu disitu. Gowes kami kali ini sangat singkat, disamping
track tidak terlalu berat, kami juga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu
untuk beristirahat di spot2 foto, dan akhirnya bersamaan terdengarnya adzan sholat
Ashar sayapun sudah sampai dirumah.
Demikian sobat 2rodaMTB, cerita yang bisa kami share pada
kesempatan ini, mungkin sebagian besar sobat sudah pernah merasakan track
classic ini, dan bagi yang belum dan ingin (bukan seperti mbah Di) bisa kontak
kami, jika ada waktu luang dengan senang hati kami siap menemani, hitung2
nambah “paseduluran”.
Salam 2rodaMTB
0 comments:
Post a Comment