Friday, December 7, 2018

Bromo Classic


Bromo…emang gak ada matinya…

Sudah sekian kali gowes ke Bromo, tapi gak pernah bosan, selalu saja menemukan kenikmatan baru saat jelajah meskipun rutenya sama, karena setiap waktu yang berbeda, alam selalu menawarkan sesuatu yang berbeda pula. Sehingga agak aneh jika ada orang yang tidak mau gowes ke Bromo, karena argument berikut “aku sudah khatam, karena masa sekolahku dulu sudah berpuluh-puluh kali ke Bromo”, seperti kata rekan kami mbah Di.

Pada gowes kali ini kami mengambil rute standar “Bromo Classic” atau sering disebut rute thawaf, karena rutenya mengelilingi Gunung Bromo, dimulai dari Jemlang dan diakhiri di bukit Teletubies, sedangkan dari Teletubies ke Jemplang diangkut truck (sudah agak bosan sorobike…ha33x). Dipilihnya rute classic bukan tanpa alasan, karena ini acara special mengantar rekan kami mbah No yang belum pernah sekalipun gowes track Bromo, selain itu menyambut awal hujan yang sudah rutin mengguyur pasir Bromo, dan untuk menyaksikan hijaunya savana disekeliling lautan pasir.

Saya berangkat dari rumah jam 5.15 menuju kantor Telkom Sawojajar sebagai tikum yang sudah disepakati, diiringi rintik hujan yang tak bosan turun sejak malam hari. Sesampainya di tikum ternyata Pace n David sudah standby mendahului kami. Sayang ada satu rekan  kami mBah Soet yang mendadak tidak bisa turut serta karena sakit (tapi mungkin yang benar adalah karena tidak mendapat SIG alias Surat Ijin Gowes dari kanjeng Mami…wkwkwk). Akhirnya, sekitar pukul 07.00, setelah kelima anggota lengkap dan sepeda sudah rapi diatas Truck-DMax, kamipun berangkat menuju Jemplang dengan diiringi hujan yang lumayan deras.

Alhamdulillah, setelah menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, sampailah kami di Jemplang, dan Alhamdulillah sekali lagi karena cuaca cerah dengan sedikit mendung bergelanyut di awang-awang, semakin pas untuk kegiatan gowes. Namun rupanya David dan Pace belum sarapan, dengan terpaksa semangkuk bakso disantap untuk reserve energy sebelum gowes. Sekitar pukul 08.00, pedal sepeda mulai digenjot, untuk membelah track offroad jemplang-widodaren. Sepanjang perjalanan, rimbun hijau dedaunan menyejukkan mata, kondisi track basah namun tidak becek membuat debu sulit untuk terbang mengganggu hidung kami. Sesampainya di New Zemplang, nampak savana yang menghijau menyelimuti lereng-lereng bukit di kawasan pegunungan Tengger. Tak bosannya kami berfoto, meskipun telah berkali2 take action disitu, apalagi mbah No yang baru pertama kalinya melihat indahnya New Zemplang. Setelah puas take photo dan cycling di track bagian atas gunung Bromo, maka saatnya menikmati track lautan pasir. Hujan membuat pasir bromo cukup padat untuk tidak membuatnya ambles saat roda MTB kami menjejaknya. Gowes kami sangat nyaman, dan tidak menguras energy, ditambah suasana mendung membuat kami tidak merasa kepanasan oleh terik matahari, sehingga botol minum tidak sampai kosong isinya. Istirahat sebentar di Pura Bromo, dan kebetulan pintunya dibuka sehingga kami bisa masuk ke dalam area pura, nampak 4 orang sedang membersihkan timbunan pasir di halaman pura yang tebalnya kira-kira 30 cm, pada areal yang cukup luas. Menurut salah seorang pekerja, mereka sudah bekerja 4 hari membersihkan pasir namun belum juga kelar. Perjalanan dilanjut ke Bukit Teletubies melewati kawasan pasir berbisik, namun sayangnya para pasir tidak ada satu butirpun yang berbisik ke telinga kami, mungkin karena padat oleh air hujan, ditambah angin tidak cukup kuat berhembus. Tak berapa lama, sampailah kami di kawasan bukit Teletubies yang sudah nampak menghijau, namun rumput teletubies yang ujungnya bebulu seperti kapas belum nampak terlihat, mungkin masih perlu beberapa minggu guyuran hujan untuk menghadirkannya. Kami tidak bisa berlama-lama cangkruk di warungkopi, karena bertepatan kami datang, para penjaja warung sudah bersiap-siap melipat dagangannya. Kamipun segera upload sepeda kami keatas DMax yang sudah lama menunggu disitu. Gowes kami kali ini sangat singkat, disamping track tidak terlalu berat, kami juga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat di spot2 foto, dan akhirnya bersamaan terdengarnya adzan sholat Ashar sayapun sudah sampai dirumah.

Demikian sobat 2rodaMTB, cerita yang bisa kami share pada kesempatan ini, mungkin sebagian besar sobat sudah pernah merasakan track classic ini, dan bagi yang belum dan ingin (bukan seperti mbah Di) bisa kontak kami, jika ada waktu luang dengan senang hati kami siap menemani, hitung2 nambah “paseduluran”.

Salam 2rodaMTB

0 comments:

Post a Comment

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut