Kanjeng mami ngajak mudik ke Blitar nengok orang tua
sakit.....langsung ke pikir untuk mengulang petualangan gowes ke Patung Lembusura
yang pernah saya laukan 3 tahun lalu. Karena anggota gowes dari malang cuman
sendirian, maka Stumpjumper26 merah saya lipat di bagasi belakang mobil tua
CRV2007 kesayangan (alias gak mampu ganti yang baru, he33x...). Maka berangkatlah
kami sekeluarga menuju Blitar pada hari Sabtu 28 Desember 2019.
Patung lembusura ini terletak di perbukitan diatas Gunung
Gedang di wilayah Kecamatan Gandusari, dari titik reference Puncak Kelud,
Patung Lembusura terletak di arah tenggara. Sedikit cerita yang saya peroleh
tentang asal usul Patung Lembusura tersebut adalah sebagai berikut, patung ini menjadi terkenal karena peristiwa letusan
Gunung Kelud pada tanggal 13 Pebruari 2014. Saat terjadi letusan Kelud,
muntahan material panas sampai diatas perbukitan diatas gunung Gedang yang
berdampak pada terbakarnya seluruh tumbuhan hidup diatas tanah, sehingga tak
sehelai rumputpun tersisa, sebagai akibatnya patung Lembusura yang sebelumnya
tertutup oleh semak belukar menjadi nampak jelas ditengah-tengah perbukitan
yang hangus. Untuk diketahui, bahwa pada saat terjadi erupsi Kelud masyarakat
wlingi dan sekitarnya dapat menikmati tontonan lava panas yang terlihat jelas
di malam hari. Saat kondisi Kelud sudah mulai aman berduyun-duyunlah masyarakat
desa sekitar Wlingi melihat kondisi gunung Kelud pasca meletus dari puncak
Lembusaura, karena puncak Kelud memang nampak jelas dari titik tersebut, dan elok
cerita orang-orang tersebut mendapati 2 patung Lembusura yang berdiri tegak
ditengah perbukitan gosong. Dan sejak saat itu kemunculan Patung Lembusura
menjadi cerita mistis yang berkembang dikalangan masyarakat, padahal patung
tersebut memang sudah berada disana sebelum gunung Kelud meletus, karena sengaja
dibuat orang (mungkin untuk tujuan nyepi/bersemedi) dan sebelumnya tidak ada
orang yang naik sampai puncak Lembusura karena memang disana tidak ada sesuatupun
yang bisa dilihat atau dinikmati.
Hari Minggu 29 Desember 2019, berdua saya dengan pak Bambang
sepupu saya, memulai gowes dari Rumah di desa Gandusari kira-kira jam 7.30.
Perjalanan menuju Puncak Lembusura dapat saya bagi menjadi 3 etape, pertama
adalah etape track asphalt jalan desa yang berjarak sekitar hampir 6 km,
kemudian dilanjut dengan etape Offroad jalan tanah berpasir ditengah kebun
karet sepanjang 4 km, dan etape terakhir adalah 2 km track terberat karena
disamping ascent-nya gila ditambah kondisi jalannya ampun karena tergerus
aliran air hujan. Ditengah perjalanan kami mendapati sahabat komunitas gowes
Wlingi sedang asyik istirahat sarapan ditengah hutan gunung Gedang, mereka
berjumlah 7 orang. Akhirnya kami ber-sembilan bergabung bersama2 menuju puncak
Lembusura. Pada gowes kali ini sangat berbeda dengan gowes pada 2016 lalu, yang
sekarang sangat-sangat-sangat berat untuk mencapai puncak, perasaan gowes
dahulu meskipun berat saya masih bisa menikmatinya. Ada 2 faktor utama yang
mungkin menyebabkan menjadi berat, pertama adalah umur sudah bertambah 3 tahun,
tentunya ada korosi stamina, dan yang kedua saya pakai sepeda AM karena memang
tujuan utamanya ingin menikmati descent sepanjang 6 km yang sangat menantang,
sedangkan dahulu saya pakai jenis HT. Walapun di KM terakhir banyak aksi “TTB alias
Tun Tun Bike”, karena disamping lelah sudah tak tertahankan dan juga kondisi
track yang tidak memungkinkan. Akhirnya sampai juga kami lengkap bersembilan di
puncak Lembusura.
Kini saatnya Rock ‘n Roll, dalam hal ini saya sendirin,
karena yang lain semuanya “ahli tanjakan anti turunan”...he3x, dan sepeda
mereka juga HT semua. Knee n elbow protector yang sepanjang bike hiking tadi
tersimpan di dalam tas punggung, saya pasangkan dengan firm di siku dan lutut.
Mulailah execution “The Main Goal” mendaki puncak Lembusura, yaitu menaklukkan
descent track sepanjanjang hampir 6 Km, dan bagusnya adalah disepanjang jalur
ini banyak sekali bumpy alami besar dan kecil yang sudah tersedia, sehingga
sangat mengasyikan bagi siapapun untuk memacu adrenalin di track ini, ditambah
kondisi track-nya yang tidak licin meski habis diguyur hujan, karena tanahnya berpasir padat. Kalau boleh
ada kata “sayang”, adalah “ No Cornering”, tidak ada belokan tajam yang bisa
memaksa roda belakang sepeda kita sedikit “NGEPOT”, sepanjang jalur adalah
lurus. Alhamdulillah, tidak terjatuh sama sekali, aman dan lancar sampai rumah
Gandusari, tak berselang lama pak Bambang menyusul sampai dirumah.
Demikian sobat gowes petualangan pak We kali ini, semoga
bisa menjadi reference bagi siapa saja yang ingin mencoba track Lembusura.
Akhirnya salam 2rodaMTB.
0 comments:
Post a Comment