Wabah corona melanda dunia tak terkecuali Indonesia, menurut
saya dampak sosialnya melebihi dari bahaya virus covid-19 itu sendiri, yang
jelas perekonomian dunia khususnya Indonesia babak belur, nilai rupiah terhadap
US Dollar terus melemah hampir menyentuh angka 17.000. Dari sekian kali
peristiwa resesi ekonomi, selalu rakyat kecil yang paling menderita, kebijakan
lockdown menyebabkan transaksi ekonomi di tingkat paling bawah macet total,
tidak ada yang mendistribusikan sayur mayur, telur, daging ayam potong dan
berbagai komoditas kebutuhan pangan sehingga menumpuk di tangan petani/peternak
yang dalam waktu cepat akan membusuk, warung-warung kecil tidak kedatangan
pembeli, dan masih banyak lagi rantai ekonomi pada level bawah yang
tidak jalan sehingga masyarakat kecil kelimpungan. Eh...kok kebablasan bahas
corona-nya, maksud saya mo bilang “saya jenuh sudah sebulan gak bisa
kemana-mana”, kok jadi malah kemana-mana....wakakakak
I’m really bored, so untuk membunuh kebosanan, hari ini 4
April 2020, saya gowes ke Gunung Mujur. Sebenarnya sudah berkali-kali saya
jejaki track ini, namun sensasinya menjadi berbeda ketika ditengah wabah corona yang
sedang melanda. Kami berempat saja, untuk tetep comply pada kebijakan “don’t
make a crowd and apply physical distancing”, saya pakWe, mas Insan, pak Anang, dan
pak Hariyadi. Gowes dimulai dari gazebo UBForest menuju Puncak Bukit Kembar
Sumbul, dibawah Budug Asu. Track Gunung Mujur di beberapa bagian berlumpur
sepanjang tahun, apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ditambah bekas jalur
roda motor trail yang dilalui aliran air hujan dari atas ke bawah, semakin
menambah rusak kondisi jalan. Namun demikian bagi kita berempat, separah apapun
track-nya, tetap saja mengasyikkan dari pada terkurung kebosanan akibat lockdown corona.
Pit stop etape awal adalah di petilasan wisata
religi Gunung Mujur, warung yang biasanya melayani goweser maupun trail rider
tidak buka pada hari Sabtu, mungkin juga karena adanya wabah corona. Gowes dilanjut sampai
persimpangan pertama, kami ambil kiri menyusur jalan tanah untuk bisa tembus ke
arah kebun teh Wonosari, sedangkan jika ke kanan menyusuri jalan makadam akan
melewati desa Bocek turun sampai pasar Karangploso. Mulai dari titik ini kubangan
lumpur semakin sering kami jumpai, bahkan karena aliran air hujan, di beberapa
bagian, jalan tanah berubah menyerupai kali kecil yang dalam, sampai2 sepeda
pun tak bisa melewatinya karena 2 pedalnya tertahan di kiri kanan cekungan. Setelah menaklukkan medan offroad yang lumayan berat, disamping karena jalannya rusak juga dibeberapa penggal terdapat tanjakan yang cukup menyiksa, akhirnya kami sampai juga di pos Gardu Pandang Sumbul. Finish sudah perjalanan kami menaklukkan Gunung Mujur di musim hujan, ditengah2
pandemi Corona. Pak Hari dan P. Anang membuka bekal nasi pecel, sedangkan mas Insan
asyik dengan mi gorengnya, saya lihat mereka lahap sekali menikmati bekalnya, bukan
hanya karena kelezatan makanannya namun lebih karena suasana tentram diatas gunung
ditambah capek dan perut lapar yang membuat mereka semakin lahap. Disini kami
bertemu dengan bapak pemilik perkebunan kopi yang lagi “sambang” kebunnya, kopi
yang beliau tanam adalah jenis arabica, yang dikenal sebagai “Arabica Arjuna”.
Setelah cukup beristirahat, saatnya melanjutkan perjalanan pulang, kali ini kami memilih lewat BBIB
Singosari, namun lebih dahulu kami mampir ke puncak Bukit Kembar. Disini terdapat gardu pandang yang bisa memantau kota malang dari kejauhan, namun karena kondisi
cuaca berkabut, sehingga tak nampak jelas pemandangan kota malang. Setelah beberapa saat menikmati suasana puncak bukit kembar, kami lanjutkan perjalanan pulang. Bagi yang
seneng “prosotan” jalur pulang ini sangat menantang, untuk melakukan “speed”
dibutuhkan skill yang cukup dan keberanian extra, kami bergantian jatuh dari
sepeda karena tak mampu menghindari akar yang melintang maupun licinnya jalan
tanah, belum lagi batu2 besar yang berserakan disepanjang jalan. Setelah lewat BBIP,
sekitar pukul 13.00 kami mampir di Masjid Nurul Hidayah di dusun Petung Wulung
untuk istirahat sholat dhuhur, perjalanan selanjutnya sudah diatas jalan aspal sampai tiba di rumah masing2. Total
jarak yang kami tempuh adalah kurang lebih 35 Km, dimana sepertiganya adalah
jalan offroad yang cukup berat.
Ok, sampai cerita gowes berikutnya.
Salam 2rodaMTB
0 comments:
Post a Comment