Berangkat dari suka browsing cerita gowes, mencari
referensi untuk kegiatan sabtu-minggu dengan temen2 blakrakan, saya tertarik dengan rute Bromo
New Celeng. Sebetulnya temen2 komunitas sudah ada yang pernah men-jajal rute
tersebut dengan bantuan marshall, namun belum ada kecocokan waktu untuk
meng-guide saya mencicipi rute tersebut. Lama terpendam belum dapat
direalisasikan, dan keinginginan untuk menikmatinya masih terus terngiang,
sampai pada suatu saat buka2 Youtube menemukan video-nya mas Yuniar Setiawan &
mas Setyo Permono,....”wunderbar, Deutsche gesacht” bagus banget cara ambil
gambarnya, jempol tiga untuk mas berdua.
Selama akses ke titik start tidak terlalu sulit, saya
sudah biasa explore track gowes baru tanpa bantuan marshall, dan
sudah saya lakukan berkali2, di Cangar, Lembah Seribu, Panderman-Coban Tengah,
Lembusura Kelud, dll. Kali ini dengan ditemani sahabat “blakrak-an” mas Boiy,
ditambah Pak Hari n P. Anang dari komunitas gowes Orong-Orong kami bersepakat
untuk menjajal rute new Celeng pada Sabtu 8 Februari 2020. Oh yaa, tambah satu
lagi mas Insan tetangga rumah, anak muda yang juga hobi blakrakan. Sedikit
tips, untuk explore rute baru sebaiknya dilakukan dengan sedikit anggota yang
cadangan nafas dan otot-nya seimbang agar tidak boros waktu, dan yang penting
semua harus yang dapat menikmati “susahnya” perjalanan gowes, baik itu karena
rintangan track, kesasar dan harus balik, maupun tanjakan tajam yang berpotensi
memadamkan asa, he3x...intinya harus bisa happy dalam kondisi apapun.
Kami berangkat pagi2 dari malang, pukul 07.00 sudah
sampai Jemplang. Perlu diketahui bahwa pada saat ini bertepatan dengan
kebijakan dari Balai Besar TNBTS untuk memberlakukan Car Free Month selama satu
bulan penuh 24 Januari s.d 24 Februari 2020, hal ini ditujukan untuk
menghormati kearifan lokal masyarakat Tengger, disamping itu juga memberikan waktu bagi kawasan Bromo untuk memulihkan
ekosistem yang ada dari paparan gas karbon monoksida. Semua akses masuk
kawasan Bromo diportal sehingga tidak memungkinkan kendaraan bermotor untuk memasuki
kawasan tersebut, kalaupun ada wisatawan yang memaksa masuk harus berjalan kaki
atau memanfaatkan jasa angkutan kuda. Dapat dibayangkan betapa sepinya kondisi
Bromo saat itu, tidak seperti biasanya hiruk pikuk lalu lalang kendaraan Toyota
HardTop yang mengangkut wisatawan, yang menurut catatan statistik BB-TNBTS
sepanjang tahun 2019 kunjungan wisatawan dalam dan luar negri mencapai 690
ribu.
Bromo serasa
milik kami berlima, setelah menikmati kopi panas dan pisang goreng “dingin” di
Warung Jemplang, pukul 08.00 kami gowes sepeda beriringan. Karena belum pernah
melalui rute Celeng ini, dan hanya mengira2 saja, maka saat melewati jalan
pintas rute Celeng, kami tidak yakin bahwa belokan tersebut adalah akses
masuknya, setelah 100 meter gowes barulah kami menyadari bahwa tidak akan
ditemui lagi jalan pintas kebawah di depan. Akhirnya kami balik dan masuk jalan
pintas tersebut, dan setelah kami temui beberapa point of view yang sama dengan
yang ada di youtube barulah kami yakin benar adanya. Hampir sepanjang rute ini
adalah single track, ditengah hamparan semak menghijau yang sangat indah, di
tengah rute ada ngarai yang cukup panjang dimana kita gowes dipinggirnya, yang
nampak semakin mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Kami juga menjumpai
penggalan jalan yang longsor, sehingga dengan terpaksa harus menyusur sungai
kering kurang lebih 50an meter. Rute Celeng ini berada di arah barat daya
gunung bromo, sehingga kita hanya bisa menikmati badan gunung Bromo bagian
barat, jangan harap menikmati lautan pasir pada rute ini, karena kita berada
pada sisi yang berseberangan, dengan gunung Bromo berada ditengahnya. Akhirnya
kami sampai di padang Teletubbies, sungguh memprihatinkan, kondisinya sangat
gersang, tidak kami jumpai sehelaipun rumput teletubbies yang melambai2 kala
tertiup angin, yang menjadi favorite wisatawan untuk melakukan selfie, meskipun
musim penghujan menumpahkan air langit hampir setiap hari.
Karena pickup
kami tidak bisa turun, maka berlima, kami kayuh pedal sepeda dengan sekuat
tenaga, menaklukkan “crazy slope” Teletubbies-Jemplang sepanjang 3.6 km dengan
elevation gain 275m (hitung sendiri sudutnya pakai ASIN...he3x). Mas Boiy
dengan tega dan kejamnya meninggalkan kami berempat, dan menyoraki kami dari atas
menjelang kami sampai. Overall, kami menempuh jarak 11.66Km, dan rute new Celeng
sendiri kurang lebih sekitar 6Km, tidak panjang memang, namun panjang banget
nempelnya di memori kenangan kami dan dipastikan tak segan untuk mencobanya
kembali. Demikian uraian gaya bahasa pakWe, jika tak puas dengan penuturannya,
silahkan simak cerita bergambar pada tautan youtube dibawah.
Akhirnya salam 2rodaMTB.
0 comments:
Post a Comment