Sunday, December 29, 2019

TRACK GOWES LEMBUSURA


Kanjeng mami ngajak mudik ke Blitar nengok orang tua sakit.....langsung ke pikir untuk mengulang petualangan gowes ke Patung Lembusura yang pernah saya laukan 3 tahun lalu. Karena anggota gowes dari malang cuman sendirian, maka Stumpjumper26 merah saya lipat di bagasi belakang mobil tua CRV2007 kesayangan (alias gak mampu ganti yang baru, he33x...). Maka berangkatlah kami sekeluarga menuju Blitar pada hari Sabtu 28 Desember 2019.


Patung lembusura ini terletak di perbukitan diatas Gunung Gedang di wilayah Kecamatan Gandusari, dari titik reference Puncak Kelud, Patung Lembusura terletak di arah tenggara. Sedikit cerita yang saya peroleh tentang asal usul Patung Lembusura tersebut adalah sebagai berikut, patung  ini menjadi terkenal karena peristiwa letusan Gunung Kelud pada tanggal 13 Pebruari 2014. Saat terjadi letusan Kelud, muntahan material panas sampai diatas perbukitan diatas gunung Gedang yang berdampak pada terbakarnya seluruh tumbuhan hidup diatas tanah, sehingga tak sehelai rumputpun tersisa, sebagai akibatnya patung Lembusura yang sebelumnya tertutup oleh semak belukar menjadi nampak jelas ditengah-tengah perbukitan yang hangus. Untuk diketahui, bahwa pada saat terjadi erupsi Kelud masyarakat wlingi dan sekitarnya dapat menikmati tontonan lava panas yang terlihat jelas di malam hari. Saat kondisi Kelud sudah mulai aman berduyun-duyunlah masyarakat desa sekitar Wlingi melihat kondisi gunung Kelud pasca meletus dari puncak Lembusaura, karena puncak Kelud memang nampak jelas dari titik tersebut, dan elok cerita orang-orang tersebut mendapati 2 patung Lembusura yang berdiri tegak ditengah perbukitan gosong. Dan sejak saat itu kemunculan Patung Lembusura menjadi cerita mistis yang berkembang dikalangan masyarakat, padahal patung tersebut memang sudah berada disana sebelum gunung Kelud meletus, karena sengaja dibuat orang (mungkin untuk tujuan nyepi/bersemedi) dan sebelumnya tidak ada orang yang naik sampai puncak Lembusura karena memang disana tidak ada sesuatupun yang bisa dilihat atau dinikmati.

Hari Minggu 29 Desember 2019, berdua saya dengan pak Bambang sepupu saya, memulai gowes dari Rumah di desa Gandusari kira-kira jam 7.30. Perjalanan menuju Puncak Lembusura dapat saya bagi menjadi 3 etape, pertama adalah etape track asphalt jalan desa yang berjarak sekitar hampir 6 km, kemudian dilanjut dengan etape Offroad jalan tanah berpasir ditengah kebun karet sepanjang 4 km, dan etape terakhir adalah 2 km track terberat karena disamping ascent-nya gila ditambah kondisi jalannya ampun karena tergerus aliran air hujan. Ditengah perjalanan kami mendapati sahabat komunitas gowes Wlingi sedang asyik istirahat sarapan ditengah hutan gunung Gedang, mereka berjumlah 7 orang. Akhirnya kami ber-sembilan bergabung bersama2 menuju puncak Lembusura. Pada gowes kali ini sangat berbeda dengan gowes pada 2016 lalu, yang sekarang sangat-sangat-sangat berat untuk mencapai puncak, perasaan gowes dahulu meskipun berat saya masih bisa menikmatinya. Ada 2 faktor utama yang mungkin menyebabkan menjadi berat, pertama adalah umur sudah bertambah 3 tahun, tentunya ada korosi stamina, dan yang kedua saya pakai sepeda AM karena memang tujuan utamanya ingin menikmati descent sepanjang 6 km yang sangat menantang, sedangkan dahulu saya pakai jenis HT. Walapun di KM terakhir banyak aksi “TTB alias Tun Tun Bike”, karena disamping lelah sudah tak tertahankan dan juga kondisi track yang tidak memungkinkan. Akhirnya sampai juga kami lengkap bersembilan di puncak Lembusura.

Kini saatnya Rock ‘n Roll, dalam hal ini saya sendirin, karena yang lain semuanya “ahli tanjakan anti turunan”...he3x, dan sepeda mereka juga HT semua. Knee n elbow protector yang sepanjang bike hiking tadi tersimpan di dalam tas punggung, saya pasangkan dengan firm di siku dan lutut. Mulailah execution “The Main Goal” mendaki puncak Lembusura, yaitu menaklukkan descent track sepanjanjang hampir 6 Km, dan bagusnya adalah disepanjang jalur ini banyak sekali bumpy alami besar dan kecil yang sudah tersedia, sehingga sangat mengasyikan bagi siapapun untuk memacu adrenalin di track ini, ditambah kondisi track-nya yang tidak licin meski habis diguyur hujan,  karena tanahnya berpasir padat. Kalau boleh ada kata “sayang”, adalah “ No Cornering”, tidak ada belokan tajam yang bisa memaksa roda belakang sepeda kita sedikit “NGEPOT”, sepanjang jalur adalah lurus. Alhamdulillah, tidak terjatuh sama sekali, aman dan lancar sampai rumah Gandusari, tak berselang lama pak Bambang menyusul sampai dirumah.

Demikian sobat gowes petualangan pak We kali ini, semoga bisa menjadi reference bagi siapa saja yang ingin mencoba track Lembusura.

Akhirnya salam 2rodaMTB.

Saturday, December 14, 2019

MENDEK BIKE PARK


MENDEK BIKE PARK

Ternyata di Lawang ada semacam Track Tutur-Welang, meskipun tidak sepanjang TW bikepark namun ke-seruan-an offroad-nya gak kalah sama TW, bahkan disana terdapat 2 jalur yang berbeda, dengan level of difficulty yang berbeda pula, kalau menurut ukuran “ketangkasan” saya bisa digolongkan pada level Moderate dan Technical (curam dan banyak drop-off).

Sedikit mengupas Track Mendek Offroad, track ini sebagian besar adalah jalan setapak di areal ladang penduduk yg digunakan untuk akses ke ladang maupun bagi peternak yang mencari rumput. Ada satu ruas yang panjangnya kira-kira 100an meter yang diatasnya bertebaran bongkahan batu besar kecil yang cukup menyulitkan bagi para bikers untuk manaklukkannya, tentunya dengan kecepatan cukup, bukannya pelan2, saya pribadi lebih suka menyebut ruas ini sebagai “Rock Garden”. Kemudian adalagi track didalam hutan pinus yang cukup rimbun namun tidak panjang. Secara keseluruhan Track ini saya kasih Bintang 3, cukup FUN bagi goweser seperti saya ini, skill pas2an dan umur sudah cukup kadaluwarsa, tapi semangat masih Sweet Seventeen,.........wakakakak. Kalaupun ada nilai minus Track ini adalah, tentang panjangnya yang tidak lebih dari 5 km, kalau diukur dari waktu gowes, hanya butuh sekitar 30 menit untuk menyelesaikannya, satu lagi kalau masih boleh menyebut kekurangannya adalah jalur loading yang cukup panjang memutar sepanjang hampir 14km, jika mau 2-3 kali gowes.

Bonusnya, ada satu lagi track Mendek bikepark dengan level “Technical”. Bikepark ini belum sepenuhnya jadi saat kami jejaki, masih dalam proses penyelesaian. Medannya cukup lengkap, ada turunan curam, ada bumpy, ada drop, ada berem, semua tracknya jalur cepat, track buatan ini mungkin tidak lebih dari 1km, selepas itu dilanjut single track menurun sepanjang kurang lebih 2km berakhir di peternakan ayam potong. Perlu skill yang cukup dan satu lagi keberanian dan “kenekatan” untuk goweser level saya untuk mencoba track ini.

Kebetulan saya berkawan baik dengan mas David dari komunitas gowes Lawang, yang merupakan salah satu perintis pembukaan track tersebut. Dan pada Sabtu 14 Desember 2019, dia bersedia menjadi marshall kami untuk mencoba Track tersebut, berlima saya pak We, Ari “Pace” Wongkar, pak Paryono alias mBah No, mas Insan, ditambah marshall. Dari Malang kami berangkat sekitar jam 6.30, menuju titik start di Warung Ringin. Tepat 07.35 kayuhan pedal sepeda mulai diputar, sekitar 1.8 km dari warung Ringin menuju medan offroad adalah jalan asphalt desa. Untuk menyelesaikan track ini hampir tidak membelanjakan energy sama sekali selama kurang lebih setengah jam, hal ini dapat dilihat dari hasil bacaan Amazfit saya yg cuma 463 Calory Burned, yang bekerja keras adalah lengan dalam mengendalikan handlebar sepeda, dan Jantung khususnya saat me-manage tingkat ketegangan, karena bpm saya mencapai 182. Final oppinion saya untuk track ini adalah JEMPOL 3, dan harus sering2 balik sini.

Sedikit Tips, adalah jangan meninggalkan safety outware untuk gowes di track ini, helm, knee & elbow protector, minimal pakai sepatu outdoor yg tidak licin, Glove kalau ada type full, kacamata sport dan terakhir sepedanya spec AM yang dalam kondisi siap tempur. Perlu sahabat goweser ketahui bahwa rekan kami mas Insan dan mBah No beberapa kali harus berjibaku koprol dan beradu badan melawan batang pohon, karena medannya sangat sulit, sedangkan energy “kenekatannya” berlebihan, maka dari itu Safety Outware sangatlah penting untuk melakukan Riding AM seperti itu.

Satu lagi pesan bagi sahabat gowes yang sudah pada level “komersial”, saran saya sebelum membawa tamu ke area tersebut sebaiknya melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan komunitas gowes Lawang yang sudah merintis keberadaannya, setidaknya tidak semena-mena mengambil keuntungan dari jerih payah orang lain, sebagai rasa hormat kita, kecuali mungkin untuk gowes pribadi.

Akan sangat membahagiakan apabila tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya sahabat gowes, bisa menjadi referensi untuk beraktifitas gowes sehat, rekreasi dan olah raga.

Akhirnya salam 2rodaMTB.

Monday, November 18, 2019

THE TAMAN SATRIYAN


Pada kesempatan kali ini, saya berbagi kisah petualangan Kaki Semeru jilid 2,...ya karena sebelumnya kami pernah melakukannya pada April 2019 silam. Team kecil 6 orang dari komunitas gowes biker08 dan CADbikers bergabung, acara kali ini termasuk mendadak, dari omong2 kopi lepas Ashar, kami bersepakat pada Sabtu 16 November 2019, karena juga pada tanggal itu mas Wahyu Malang Selatan ada waktu kosong untuk kita.

Kami bertiga; saya pak We, mas Insan, dan kang Fuad loading sepeda di depan ponpes Al-Hikam, sementara 3 lainnya Pace, kang Besoet n David menunggu di kantor Telkom Sawojajar. All bikes had loaded, segera mobil L-300 hitam andalan mas Wahyu meluncur ke arah Dampit, tepatnya di desa Taman Satriyan, dusun mBopong. Sampai di titik start etape_1 kira2 jam 08.00, dan
kayuhan pertama tepat jam 08.18, menuju titik finish di BoonPring Turen. Etape_1 ini berjarak kurang lebih 17 km, dengan jenis medan yang lumayan berat n extreem, karena banyak tanjakan dan turunan curam. Kondisi cuaca panas dan hari sebelumnya tidak turun hujan, sehingga banyak track berdebu yang cukup mengganggu hidung dan mata kami. Dari titik start sampai Taman Hutan Pinus Semeru (HPS), track nya sangat menantang, turunan curam berkelok-kelok, yang kalau rem belakang ditekan sepeda tetap meluncur kebawah, sedangkan jika rem depan ditekan dapat dipastikan sepeda berikut rider-nya akan “nJungkel” atau terbalik, dibutuhkan skill dan keberanian yang cukup untuk bermain disini. Ada sepenggal jalan tanah rata yang menurun dengan dropped-off alami yang bisa membuat sepeda kami terbang. Dengan sedikit “kenekatan” saya nikmati sepenggal track ini dengan konsentrasi penuh sehingga bisa larut dalam sensasi “drop n jump” yang  “very-very excited”, alhamdulillah kami semua selamat dan lolos dari track ini. Setelah melalui jalan menukik tajam dan menyeberangi sungai kering yang cukup besar, sampailah kami di area Taman Hutan Pinus Semeru. Suasana sejuk, segar, tentram langsung merasuk sekujur tubuh, seolah mampu men-trigger energy baru kedalam tubuh kami. Disini tergelar jalan tanah padat menurun cukup panjang, yang mampu menggoda siapapun untuk memacu sepedanya dengan sekuat tenaga...malang tak dapat ditolak, saat roda sepeda melibas gundukan dan terbang, grip jari-jemari kiri kang Fuad lepas dari handlebar karena tekanan akibat mendaratnya roda sepeda di tanah, jatuhpun tak dapat dihindari. Pada moment seperti ini barulah terasa bahwa Safety Outware sangatlah penting saat bersepeda AM, (Helmet, Knee/elbow protectors, gloves, Shoes), termasuk kacamata sport untuk bisa melindungi mata kita dari debu yang beterbangan, dan alhamdulillah kang Fuad sudah well prepared. Bersyukur kami masih “full team” untuk menuntaskan petualangan kali ini.

Dengan bantuan portable stove yang dibawa mas Wahyu, Kami bisa menikmati sedapnya kopi semeru yang kami beli dari petani dusun mBopong sambil beristirahat di sekitaran taman wisata BoonPring. Etape_2, adalah etape remidy karena sebelumnya sudah pernah kami lakukan, hanya saja sekarang titik startnya diatas titik start sebelumnya, sedikit agak susah karena harus “menuntun” sepeda keatas bukit. Rute ini kita sebut rute “BAHAGIA” karena tracknya menurun lurus disela-sela pohon pinus, sehingga kita bisa menikmati putaran roda sepeda tanpa harus mengayuh di tengah-tengah hutan pinus yang sejuk, yang berakhir di area Wisata Winong.

Sampai dengan akhir etape_2 waktu menunjukkan jam ± 13.30, waktunya ishoma, kami makan siang dan sholat di sekitar pasar desa Bringin. Dilanjut menuju titik start etape_3 via jalan utama menuju dusun Duwet Krajan, yang kurang lebih berjarak 11 km dari pasar Tumpang. Kurang lebih jam 15.00, kami memulai kayuhan sepeda. Track awal disuguhi oleh pemandangan hutan yang disebelah kiri kami adalah jurang yang sangat dalam, jalan setapak yang kami lalui sangat sempit, meleset sedikit bisa jatuh di kedalaman, saya pribadi tidak merekomendasikan rute ini saat musin penghujan, “take much risk”. Kalau ada track Bromo 5cm, maka saya namakan rute ini “Duwet 3cm”. Setelah menikmati jalan setapak ditengah hutan, kami keluar ke jalan raya Benjor, meng-asphalt turunan sepanjang kurang lebih 4km, sebelum masuk ke areal ladang dan persawahan, menyusuri pinggiran kali. Dan setelah memasuki perkampungan, kami kembali meng-asphalt di Jalan Wisnuwardhana, melewati Candi Jago dan Mobil Pickup kami sudah menunggu di pasar Tumpang. Overall track ini adalah “Track Rekreasi”, karena tidak ditemukan sama sekali bumpy path di descent, yang memungkinkan melakukan drop atau jump, hanya diperlukan konsentrasi dan extra hati2 pada jalan setapak yang sempit sepanjang jurang yang dalam.


Demikian sahabat gowes sharing experience kali ini, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi yang belum pernah mencoba track ini.

Salam 2rodaMTB


Sunday, November 3, 2019

GOWES LEMBAH SERIBU - COBAN TALUN

Awal November 2019, Malang sudah benar-benar masuk musim penghujan. Dan menyambut musim hujan kali ini saya mencoba mengulang track Lembah Seribu yang sudah pernah saya explore pada Januari lalu. Namun kali ini PlanRoute adalah turun di Coban Talun, tidak di desa wisata Kungkuk seperti yang sudah pernah saya sebelumnya. Rombongan gowes kali ini, saya bersama rekan komunitas gowes “ORONG2”, total kami bertujuh saya pak We, mas Boiy, nDan Mayur, mas David, pak Anang, pak Hari dan mas Abdillah. Start dimulai dari Masjid Jami’ Darussalam ds. Pandesari Pujon.

Kayuhan pertama diawali kurang lebih jam 08.00, cuaca mendung dan berkabut. Kami menyusuri jalan asphalt halus yang di beberapa bagian sedang dilakukan perbaikan, sepanjang kurang lebih 2.5 km dengan ascent yang lumayan terjal, yang dengan cepat mendorong bpm jantung saya naik sampai ke level 140an, sampai akhirnya berhenti sejenak di pohon Ringin Kembar. Disini kabut sangat tebal, jarak pandang kurang lebih hanya 20m, kami lanjut melalui track makadam dan jalan tanah yang terus menanjak. Guyuran air hujan yang baru 1-2 hari saja sudah menyebabkan jalan licin dan berlumpur, dan di beberapa bagian ada genangan air, maka semakin banyak belanja energy yang kami lakukan untuk menaklukan medan ini dibanding saat kondisi kering. Bad news-nya adalah pemandangan indah disebelah kanan kami yang dikenal dengan istilah lembah seribu tak nampak sedikitpun, sedangkan good news-nya adalah suasana bersepeda lain dari pada yang lain, seperti di negri atas awan, dan belum pernah pengalaman gowes seperti ini, sehingga menambah sensasi yang luar biasa. Extra hati2 harus terus dilakukan mengingat ada lembah yang sangat dalam disebelah kanan kami yang tidak nampak karena tertutup kabut, yang jika tak waspada bisa....

Satu lagi sobat gowes, bahwa akibat tiupan angin di ketinggian saat hujan, mengakibatkan banyak pohon tumbang menghalangi jalan, dan semak-semak berduri di kanan-kiri jalan setapak yang saling bertangkupan, bisa menggores kulit kita, dan yang lebih sayang lagi bisa merobek jersey SEVEN7 yang saya kenakan (sempat terpikir “napa gak pakai jersey yang lain saja”, he33x...). Di beberapa titik kami sempat kebingungan karena banyak persimpangan jalan yang dijumpai, rupanya mas Boiy agak2 lupa rute yang pernah dijajal setahun yang lalu, dan untungnya sepanjang gowes meskipun ditengah hutan, signal selular setia menemani kami, sehingga google maps masih bisa diandalkan untuk menjadi assistant guide kami. Ada saja bicycle technical problem disetiap gowes, sepeda mas Abdillah mengalami bocor rear shox, maka dengan segala keikhlasan hati harus rela menyelesaikan etape gowes yang masih sangat jauh dari titik finish layaknya bersepeda HardTail. Untuk problem physhic, pak Hari yang biasanya jago tanjakan sedikit mengalami kram, dan untungnya bisa segera pulih dengan istirahat sejenak, pak Budi alias nDan Mayur yang sebelumnya kami “under_estimate”, ternyata selalu ngacir didepan, dan malah saya sendiri yang sering keteteran di belakang.

Setelah melalui track sulit; berlumpur, terhalang semak dan pohon tumbang, jalan nge-rel bekas motor trail, tanjakan terjal yang tidak memungkinkan di gowes, akhirnya sampailah kami di Bukit Cinta Calindra Area Wisata Coban Talun. Hamparan kebun bunga yang luas dikelilingi hutan pinus yang berjajar rapi dengan jarak antara yang sepadan nampak sangat indah menentramkan batin, yang mampu segera mengobati rasa lelah akibat gowes selama kurang lebih 4 jam dengan jarak tempuh 14km.

Karena kepulangan kami ke Malang direncanakan untuk tetap gowes, maka sebelum turun melahap track asphalt jalan raya utama Batu-Malang, sepeda kami cuci di kali sekitar area wisata Coban talun, agar lumpur kering tidak menghalangi loncer-nya hub dan bottom bracket sepeda kami. Bumi arema kaya akan area wisata gowes dengan berbagai jenis track-nya, yang cocok untuk peng-gowes mulai kelas goweser pemula, goweser wisata sampai athlete downhill, so mari kita terus galak-kan minat bersepeda baik untuk wisata, kesehatan, maupun sport sebagai obat bahagia yang paling mudah dan murah dibeli, dan jangan bosan untuk terus explore track baru yang belum pernah dijejaki sebelumnya.

Demikian sahabat gowes yang bisa kami share, semoga bisa menjadi referensi untuk men-jajal rute/track baru bagi yang belum pernah.

Akhirnya Salam 2rodaMTB.



Thursday, October 10, 2019

PIKNIK NGONTHEL BARENG BIKER08


Sharing kali ini tentang gowes Bedugul. Sudah cukup lama kami ingin men-jajal single track Bedugul, yang menurut cerita dikalangan goweser cukup menantang. Peserta kali ini berjumlah 19 orang, tidak sebanyak event gowes bersama sebelumnya. Seperti biasanya planning gowes kami adalah 2 hari, sabtu  dan minggu 5-6 Oktober 2019, hari pertama adalah explore single track Bedugul, sedangkan hari kedua gowes ringan city tour Denpasar.


Gowes Bedugul dimulai dari titik start Puncak Bukit Catu yang berjarak kurang lebih 53 km dari down town Denpasar. Dari titik start ada jalan asphalt kurang lebih 100 m, kemudian langsung masuk medan offroad single track. Medan yang kami lalui menurut saya punya difficulty factor pada level cukup lumayan, karena selain hampir sepanjang jalur adalah single track, juga banyaknya pokok pohon yang menjorok, akar pohon yang cukup besar berserakan di sepanjang track, ditambah lagi batang pohon yang cukup rapat yang memaksa kami harus mengeluarkan kemampuan untuk meliuk-liuk diantara pepohonan. Ditengah perjalanan terdapat pos pemberhentian untuk bayar ticket yang katanya untuk biaya perawatan track, namun sayangnya pengamatan saya sepanjang gowes tidak ada tanda-tanda hasil kegiatan perawatan, bahkan sebaliknya nampak tidak terawat, beda banget dengan kondisi track Tutur-Welang di Kabupaten Pasuruan yang nampak terawat. Track bedugul tersedia banyak alternatif jalan seperti halnya di track TW, namun karena keterbatasan waktu, kami hanya melakukannya sekali saja. Tidak seperti track TW yang single track nya berupa tanah padat, track bedugul banyak dijumpai tanah kering yang diatasnya terdapat tanah lembut yang cukup tebal, sehingga akan memproduksi debu yg luar biasa saat dilalui, hampir sama seperti gowes Bromo saat musim kemarau. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah kehadiran tanaman “lateng” yang dapat menyebakan serasa tersengat serangga saat terkena daunnya. Overall saya pribadi puas dengan tantangan medannya, dan rasanya patut untuk dicoba sekali lagi. Akhirnya etape satu berakhir di wisata air panas Angsri.

Gowes dilanjut menuju titik finish di Monumen Panca Bhakti Margarana, melalui persawahan Jatiluwih yang sudah sangat terkenal sebagai obyek wisata alam persawahan yang didanai oleh UNESCO. Jalur ini didominasi dengan jalan perkampungan ber-asphalt, persawahan dan menyusur aliran sungai kecil. Namun sayangnya jalur persawahan Jatiluwih yang kami lalui adalah bagian sebelah timur, yang tidak seindah bagian sebelah barat yang dimulai dari “Jatiluwih Rice Terrace”. Total jarak tempuh yang kami lalui sekitar 30 km dengan waktu tempuh 4 jam.

Day 2, adalah acara gowes “City Tour”, dimulai dari kantor Telkom jalan Serma Gede, menuju utara melalui Lapangan Puputan Badung, lanjut terus ke utara sampai memotong jalan Gatot Subroto, masih terus ke utara menuju Ekowisata Subak Lestari Kelurahan Penatih di jalan Sekargadung, tepat disamping Pasar Kerta Waringin Anggabaya adalah pintu masuk Ekowisata Subak Lestari. Ekowisata ini berupa area persawahan yang dibangun beberapa spot “SELFIE”, menurut saya area tersebut cukup indah walaupun tidak seindah area persawahan Jatiluwih dan juga tidak begitu luas, sekitar 2.5 km kami berputar-putar diarea ini. Keluar dari area persawahan, kami balik lagi kearah selatan menuju pantai Sanur, namun sebelumnya kami mampir di Cuture Village Kertalangu untuk rehat sejenak sambil ngopi. Dilanjut ke pantai Sanur, disini kami mengabadikan diri di Matahari Beach. Dari sini rute pulang adalah jalan lurus kearah timur, menyusuri jalan Raya Puputan sampai kembali ke kantor Telkom Serma Gede. Sampai lokasi finish tepat adzan Dhuhur waktu Denpasar, total jarak tempuh city tour ini kurang lebih 40 Km, dengan total waktu gowes selama 4 jam.

Selesai sudah agenda gowes II-2019 cycling community Biker08, kami selalu mengagendakan 2x tour luar Malang dalam setahun, dimana agenda gowes I dilakukan di Baturaden pada bulan Juni-2019. Selesai berkemas kami berangkat pulang ke Malang pada jam 16.00.

Goodbye Bali, see you soon in the near future....Salam 2rodaMTB

Sunday, September 15, 2019

GOWES CANGAR "remedy"

Jalur track Offroad Cangar-Batu adalah salah satu jalur gowes terbaik di Malangraya, disamping tracknya sendiri yang cukup menantang, juga object wisata yang dilalui, diantaranya konservasi alam milik perhutani yakni Arboretum Sumber Brantas, wisata alam Coban Talun, Taman Rekreasi Selecta yang sudah sangat populer di Indonesia. Pemandangan alam yang mempesona sepanjang perjalanan gowes adalah bonus yang luar biasa untuk membantu mengembalikan suasana hati menjadi lebih relax khususnya bagi yang mempunyai aktifitas padat di kesehariannya, diantaranya adalah hutan pinus, hamparan ladang petani sayur, sungai2 kecil yang membawa aliran air sumber mata air yang airnya sangat jernih dengan background Gunung Arjuna. Sekedar informasi, bahwa Arboretum Sumber Brantas adalah kawasan konservasi alam, berupa taman bunga dan pepohonan yang didalamnya terdapat sumber mata air yang katanya merupakan asal mula air sungai Brantas, seperti tertulis pada papan diatas sumbermata air tersebut “DARI TEMPAT INI BERASAL AIR KALI BRANTAS”. Sumber mata air tersebut mungkin adalah salah satu donor air sungai Brantas dan masih banyak sumber mata air lainnya yang juga ikut menyumbang debit kali Brantas. 

Karena itu saya tidak bosan2nya mengulang petualangan di track ini. Sabtu 14 September 2019 adalah yang ketiga dan kali ini saya bersama rekan komunitas gowes “ORONG2”, p.Hariyanto, p. Anang, dan kang Besoet. Seperti biasa start dimulai dari lokasi Pertanian Padat Karya Budi Daya Jamur yang berjarak kurang lebih 900m sebelum Pemandian air panas Cangar jika dari kota Batu. Kalau soal track mungkin tidak banyak hal baru yang bisa dikupas, karena di blog gowes lainnya sudah banyak yang menyajikan info tentang itu, termasuk tulisan saya terdahulu “Menaklukkan Tanjakan Cangar” di blog ini juga, hanya berbeda saat musim hujan yang licin dan musim kemarau yang berdebu, dan saat musim hujan jauh lebih indah karena semua tumbuhan menghijau dengan sempurna, termasuk rumput2 yang menghalangi debu. Hanya saja ada yang baru saat melintas kawasan konservasi Arboretum Sumber Brantas, pagar yang mengelilinginya bukan lagi kawat berduri usang yang bisa “di-brobosi” sebagai jalan ilegal untuk masuk ke kawasan Arboretum (he3x), kini sudah diganti pagar galvanis BRC, sehingga kami masuk melalui pintu jaga untuk meminta ijin kunjungan, dan sepeda harus diparkir disitu, sehingga tidak bisa kami bawa sampai ke sumber mata air seperti biasanya.

Dari kawasan kota Batu menuju malang, dalam upaya menghindari tanjakan, kami mengambil jalan pintas di desa Pandanrejo menuju Jalan Wukir. Saat masuk jalan Kamboja di Desa Pandanrejo, belum sampai 400m jalan kami terhalang panggung Tayub yang berdiri di tengan jalan dan menutup akses jalan tanpa celah sedikitpun, tak terkecuali untuk jalur sepeda sekalipun, beruntung ada ibu2 yang memandu kami melalui gang sempit di samping panggung. Dan beruntungnya kami menjadi tahu bahwa desa Pandanrejo adalah lumbung Strawberry, karena saat melalui gang sempit tersebut nampak banyak ibu2 yang sedang melakukan packing strawberry, tak ayal kami berhenti untuk membeli buah strawberry langsung dari tangan pertama, harganya murah banget dibanding yang jual di Alun2 kota Batu atau di Malang. Saat ngobrol dengan ibu2 tersebut, kami mendapat informasi bahwa panggung tayub tersebut dalam rangka selamatan desa atau “Merti Dusun”. Yang namanya rizki itu datangnya bisa kapan saja dan dari siapa saja tanpa kita bisa menduga sebelumnya, dalam kondisi perut lapar kami ditawari makan “berkat” selamatan, sontak kamipun menjawab “IYA”. Bermacam-macam lauk-pauk masakan khas desa tersaji dihadapan kami, dan dengan lahapnya kami bersantap, nikmatnya berlebih-lebih saat cita rasa lezat masakan bertemu dengan rasa lapar. Setelah berucap terimakasih atas “hospitality” warga Pandanrejo, kamipun menyampaikan kata pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah yang masih berjarak 15 km lagi. 

Total jarak yang saya tempuh kurang lebih 37km, dan tentunya p.Hari cs menempuh jarak yang lebih jauh lagi karena mereka finish di Perumahan Dirgantara (Sawojajar), sedangkan saya di Cengger Ayam. Karena track gowes start dari posisi 1.700 mdpl menuju 500 mdpl, maka sedikit sekali dijumpai ascent, overall menurut catatan amazfit saya, Uphill=23%, downhill=32%, flat=45%, so ini adalah track “happy-happy”. Begitulah sobat sekelumit cerita gowes saya kali ini, semoga dapat menjadikan gula2 bagi sobat gowes yang lain untuk selalu berusaha explore track gowes Malangraya. Malang adalah sorga bagi goweser, masih banyak track gowes yang mungkin belum dijelajahi, sisi barat seputaran Gunung Panderman – Gunung Banyak – Gunung Arjuna, sisi Tenggara Gunung Semeru, sisi Timur laut Gunung Bromo, sisi selatan wilayah pantai, dan sisi Barat Laut adalah lereng Gunung Kawi. Dan bagi sahabat gowes jangan segan berbagi, agar bermanfaat bagi banyak sahabat gowes lainnya. 

Terima kasih P. Hariyanto, P. Anang, Kang Besoet atas kebersamaannya dan juga warga desa Pandanrejo atas keramah-tamahannya, lain kali kita ulangi di rute yang berbeda, dan akhirnya Salam 2rodaMTB.

Sunday, September 8, 2019

GOWES WISATA COBAN JIDOR


Minggu, 8 September 2019 bersama komunitas CAD Cycling berencana turut serta FunBike HUT RINDAM V, entah kenapa tiba2 kami berubah pikiran, dan membatalkan keikut sertaan kami dan lebih memilih gowes sendiri ke Coban Jidor. Kebetulan hari itu banyak anggota yang berhalangan, sehingga hanya kami berempat saja yang bisa meluangkan waktu bersama, pak Mar, mas Fuad, Kang Parlan dan saya sendiri pak We, seperti biasa janjian di tikum POS SATPAM CAD jam 5.30, dan juga seperti biasa terjadi delay beberapa menit, dan akhirnya kami berangkat pada pukul 5.52.

Kami memilih tidak melalui jalan utama Blimbing-Tumpang, tapi mengambil jalan sulfat – Ampeldento terus masuk jalan Sunan Ampel melewati kampung dan persawahan, keluar jalan raya persis di depan Pasar Pakis, dilanjut mengaspal di jalan raya Pakis – Tumpang, sampai di jalan raya Sumber Pasir tepatnya Pangkalan Ojek KENONGO belok kiri,  pada arah ini kita bisa sampai ke banyak coban diantaranya Coban Jahe, Coban Tarzan, Coban Siuk, Coban Jodo, Coban Cinde dll, setelah kurang lebih 750 meter dari pangkalan ojek KENONGO kami jumpai perempatan, belok kanan arah Precet, terus lurus sampai desa Ngadirejo.

Jalan masuk ke coban Jidor bisa diakses dari dua titik, yang pertama adalah 200 meter sebelum kantor desa Ngadirejo, tepatnya di tandai dengan gapura ICON Kabupaten Malang, titik kedua terletak di gang masuk yang berjarak 300 meter setelah kantor desa Ngadirejo. Saya merekomendasikan melalui titik masuk pertama, karena selain jalannya flat juga pemandangannya bagus, meskipun berupa jalan single track dan perlu kehati-hatian karena sebelah kanannya adalah jurang. Nanti kita akan ketemu pintu masuk menuju Coban Jidor, kita bisa parkir sepeda disitu atau jika mau bersusah payah sepeda bisa kita bawa kebawah sampai lokasi coban. Di pintu masuk ini ada yang membuat kami kecewa, karena penjaganya menarik biaya masuk per-orang sebesar Rp.10.000 belum termasuk ongkos parkir dan tanpa memberikan karcis/ticket. Kita bisa bandingkan dengan wisata alam hutan pinus Mangunan-Bantul-Yogyakarta dengan segala fasilitasnya yang terawat, pengunjung hanya dikenakan ticket masuk Rp.3.000, sementara mengunjungi sungai di coban Jidor dikenakan ticket masuk Rp.10.000, saya rasa hal seperti ini yang membuat orang malas datang berkunjung, dan harusnya hal-hal seperti ini menjadi koreksi perangkat desa untuk menertibkannya, sehingga tidak hanya pandai meng-inisiasi pembukaan wisata alam, namun pandai juga menjaga dan meningkatkan kualitasnya. Singkat cerita dengan bersusah payah kami turun sampai lokasi coban, melalui jalan tanah curam yang sudah dibuat trap-trap sampai ke lokasi coban.

Seperti lokasi wisata alam yang sudah sering kami jumpai di wilayah kota maupun kabupaten Malang, semua kebutuhan tempat wisata seperti warung dan Toilet Umum tersedia, namun kondisinya rusak parah dan tidak bisa digunakan lagi, kami menduga bahwa keberadaan fasilitas tersebut hadir saat awal dibukanya kawasan wisata alam tersebut, namun setelah itu karena frequency kunjungan wisata sangat kecil sehingga semua fasilitas tersebut terbengkalai. Kawasan Coban Jidor lumayan asri alami, meskipun ketinggian cobannya kurang lebih hanya 10 meter, namun debitnya cukup besar. Suasana asri tersebut membuat kita bisa betah berlama-lama berada disana.

Gowes kali ini menempuh jarak kurang lebih 24.3 Km yang hampir tidak ada turunan sama sekali, namun bagusnya sepanjang rute adalah jalan aspal mulus. Bagi sahabat gowes yang ingin menikmati kesejukan coban Jidor, rasanya informasi yang saya sampaikan diatas cukup membantu sebagai guidance untuk menuju kesana.
 
Akhirnya salam 2rodaMTB

Sunday, August 25, 2019

JELAJAH ALAM DESA PUNTEN



Pada kesempatan kali ini, saya bersama komunitas CAD Cycling Community berpartisipasi pada event “Jelajah Alam Desa PUNTEN” yang diadakan oleh salah satu komunitas gowes di kota wisata BATU. Kami bertujuh Saya, pak Mar, mas Fuad, kang Parlan, mas Insan, pakde Eddy, dan pak Bahar adalah Brigade 53, yang jika di-rata2 usia kami bertujuh adalah 53 tahun, dari yang termuda 41 tahun dan yang paling senior 64 tahun. Meskipun kelompok old Crack (above FIFTY), semangat untuk main Offroad masih cukup tinggi.

Sabtu malam, sekitar jam 21.00 kami loading sepeda ke pickup milik mas Insan, dengan harapan besuk paginya bisa lebih santai untuk persiapan berangkat. Pada keesokan harinya, Minggu 25 Agustus 2019 kami berangkat jam 05.30 tepat sesuai rencana. Karena pickup tidak cukup dimuati 7 orang, terpaksa kami menggunakan 2 mobil. Sampai dilokasi Balai Desa Punten kami disambut panitia untuk mengarahkan parkir mobil, suasana sudah cukup ramai para peserta karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 sesuai dengan rencana waktu pemberangkatan. Dan akhirnya pada pukul 07.08 peserta gowes Jelajah Alam Desa Punten diberangkatkan.

Rute kami adalah, start dari Balai Desa Punten Jl. Raya Punten No.19A, kemudian dilanjut masuk gang Buto Jl. Purwosenjoto menuju Gunung Pucung, sepanjang kurang lebih 4 km kami melalui jalan makadam menanjak cukup tajam dimana banyak beserta gowes yang berkali-kali harus berhenti beristirahat karena kejamnya tanjakan PUCUNG, termasuk rekan kami pak Bahar yang sudah terbatuk-batuk karena kekurangan oksigen meskipun jantungnya sudah berusaha memompa dengan kecepatan 180 bpm. Singkat cerita sampailah saya dan pak Bahar di pos#1 pintu masuk hutan gunung Pucung yang ditandai adanya saung tempat istirahat para penyadap getah pinus, sementara rekan2 lainnya sudah mendahului kami berdua. Pada etape kedua ini, sebagian besar adalah jalan tanah didalam hutan gunung Pucung, diselingi jalan makadam, tanah berdebu, dan sesekali kami jumpai kebun bunga. Kami menapak-kan sepeda sampai puncak Gunung Pucung dan kemudian turun ke arah selatan ke jalan Sumbergondo yang tidak jauh dari lokasi start, namun kemudian dibelokkan kearah barat menyeberang jalan Raya Punten untuk berpindah rute gowes di sebelah barat Jalan Raya Punten. Rute dibagian barat jalan raya ini kebanyakan adalah jalan perkampungan. Kami masuk ke sisi barat lewat gang kecil yang berjarak kira2 400m di utara Jl. Melati, kemudian melalui jalan perkampungan sebentar untuk dibelokkan kearah perkebunan jeruk, seterusnya potong jalan masuk pekarangan pribadi yang ilalangnya baru saja di pampras khusus untuk event ini, yang asyik ada masuk galengan sempit sekali dan pinggiran kali yang juga sempit, setelah itu ketemu jalan Anjasmoro lanjut masuk jalan Melati kemudian belok kearah selatan sampai di belakang Hotel Purnama. Dan akhirnya sekitar jam 10.21, alhamdulillah saya dan pak Bahar sampai di lokasi finish balai Desa Punten, sementara kelima rekan kami yang lain sudah duduk-duduk bersantai menikmati alunan musik dangdut dari panggung yang berdiri di lapangan sebelah barat balai desa. Total rute yang kami lalui kurang lebih sepanjang 15 Km, maximum ketinggian lebih dari 1.300 dpl, dengan komposisi track adalah 64% tanjakan, 13% track turun dan sisanya flat.

Secara keseluruhan penyelengaraan event ini di-manage dengan baik, dari aspek pemilihan rute sangat baik dengan segala variasinya, petugas penunjuk jalan dengan disiplin mengarahkan peserta gowes sampai peserta terakhir, pengaturan lokasi parkir sangat baik sehingga tidak merepotkan peserta, penyelenggara tidak mengambil keuntungan finansial dari event ini dan sepertinya murni untuk memanjakan pecinta sepeda gunung, juga untuk mengenalkan potensi wisata desa Punten. Kami sampaikan terima kasih dan Bravo untuk seluruh panitia Jelajah Alam Desa Punten, ditunggu event berikutnya dan tentunya dengan track yang lebih mempesona baik dari sisi beauty view maupun tantangan offroad.

Demikian sobat gowes, dan tak lupa salam 2rodaMTB.



Tuesday, July 23, 2019

GOWES SENBARA9

Kegiatan gowes saya kali ini tidak berkolaborasi dengan rekan komunitas biker08, kami berpartisipasi pada event offroad FUN bike SENBARA (Sepeda Lintas Wisata Blitar Raya), yang pada edisi ke-9 tahun 2019 bertajuk GILAS (Gowes Lintas Alas Blitar Selatan). Saya bersama tetangga sekitar tempat tinggal yang pada awalnya berlima akan mengikuti kegiatan funbike tersebut, namun sayang satu orang membatalkan keikutsertaan pada hari keberangkatan, beruntung ada satu rekan anggota komunitas biker08 yang menggantikannya.

Event Senbara#9 dihelat pada Minggu 21 Juli 2019, dengan lokasi start-finish di Terminal Patria kota Blitar, dengan waktu start jam 06.00. Karena kami domisili di Malang, maka kami berangkat dari Malang pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2019 dan menginap di rumah sepupu di Desa Gandusari kec. Talun, yang letaknya cukup jauh, yaitu kurang lebih 15 km dari lokasi event. Kami tiba kira2 jam 20.00, dan karena waktu makan sudah lewat terlampau panjang dan rasa lapar juga sudah sampai ubun2, kamipun langsung santap olahan menthok pedas yang memang sudah dipersiapkan untuk kami. Setelah puas bersantap dan hilang rasa lapar, kamipun ngobrol bersama tuan rumah sambil menikmati suasana desa di malam hari, akhirnya jam 23.00 kami bubar untuk menghimpun tenaga buat keesokan hari.

Jam 05.30 kami berangkat menuju kantor Telkom Blitar untuk parkir kendaraan, selanjutnya sepeda kami gowes menuju lokasi start yang berjarak kurang lebih 3 km, tiba dilokasi start jam 6.30 kami dapati sebagian peserta masih melakukan senam bersama. Kira2 jam 07.00 dilakukan pemberangkatan, estimasi saya jumlah peserta tidak lebih dari 500 goweser. Kami menyusur jalan Kenari kearah selatan, kemudian masuk jalan kecil pertanian menuju jembatan Trisula Blitar, selanjutnya kami menuju Gunung Betet melalui jalan kampung, pinggiran sawah, juga menyusuri sungai, sampai disini jalan relatif datar dengan pemandangan yang lumayan menghibur. Etape menuju pos pertama ditengah hutan jati sebelum puncak Gunung betet, beberapa bagian naik dan turun cukup terjal, dan mendekati puncak Gunung Betet slope-nya sangat tajam, sehingga semua peserta tiada terkecuali akhirnya menggandeng tunggangannya masing-masing berjalan menuju puncak. Perlu diketahui juga bahwa sebagain besar jalan ditengah hutan jati adalah single track, sehingga seringkali ada antrian panjang jika melalui medan yang agak extreeme. Hutan jati dimusim kemarau akan terlihat sangat gersang karena daunnya digugurkan untuk melakukan hibernasi. Saat menuruni Gunung Betet, terdapat jalan menurun extreeme diselingi bebatuan, yang sebetulnya bisa untuk uji nyali bagi yang senang mengambil resiko, namun karena level biking peserta tidak sama, akhirnya kesempatan itupun sirna disebabkan antrian orang menggandeng sepeda sangat panjang. Rute selanjutnya adalah menuju Bendungan Serut/ PLTA Lodoyo, pada tahap ini terdapat jalan setapak menyusur sungai sepanjang kira-kira 1.500 m, saya tidak tahu apa nama sungai tersebut, namun jika dirunut sungai ini berakhir di bendungan Karangkates. Dari Bendungan Serut menuju lokasi finish melalui jalan aspal kampung dan jalan kotamadya yang kondisinya mulus dan datar, hanya panas yang cukup mengganggu disisa-sisa tenaga yang masih ada. Dan akhirnya sampailah kami dilokasi finish sebelum jam 11.00.
  
Dari record amazfit saya, ringkasan rute gowes adalah sebagai berikut, Total jarak tempuh 25.5 Km, Durasi waktu gowes start-finish sepanjang 2 jam 52 menit, komposisi slope seluruh track gowes berdasarkan riding period adalah uphill=21%, flat=70%, downhill=9%. Dan menurut saya pribadi penyelenggaraan event ini relatif bagus, dari skala 10 saya bisa beri angka 8.5. Beberapa hal berikut sebagai alasannya, 1. Track yang lumayan menantang namun masih bisa diatasi goweser pemula, 2. Durasi dan Jarak gowes yang pas sehingga selesai sebelum waktu sholat Dhuhur, 3. Rambu petunjuk rute jelas, 4. penempatan pos istirahat yang tepat, 5. Setiap persimpangan jalan ada pengatur lalu lintas, sehingga goweser aman dari terjadinya kecelakaan, 6. Biaya relatif murah (dapat jersey bagus + snack pagi dan makan siang). Salut buat penyelenggara yang bisa mengadakan event ini sampai sembilan kali.


Demikian sobat gowes sharing kali ini dan semoga bermanfaat, dan akhirnya 
salam 2rodaMTB

Monday, July 8, 2019

TW BIKE PARK : TUTUR WELANG


Kali ini ijinkan saya berbagi cerita tentang track gowes Tutur Welang atau yang lebih dikenal dengan sebutan “TW”, track ini sudah sangat terkenal bagi kaum goweser, tidak hanya untuk komunitas Jawa Timur saja, namun ketenarannya sudah melampaui garis batas pantai pulau Jawa (alias orang luar pulau pun banyak berdatangan kesini). Karena sudah sangat terkenal, sahabat gowes tidak akan kesulitan menemukan info tentang track ini, ketik Gowes Tutur Welang, maka akan banyak sumber info yang bermunculan.

Nah, info kali ini adalah dari perspektif saya yang tentunya punya cara pandang yang berbeda dengan “informan” lainnya, karena beda pengalaman dan beda wawasan akan memberikan nuansa yang berbeda. TW Bike Park sebutan kerennya, terletak di kecamatan Tutur kabupaten pasuruan, namun lokasi finishnya berada di kecamatan Purwodadi, tepatnya di desa Semut Dukuh Welang. Track gowes ini berada di habitat hutan pinus, dengan panjang track kurang lebih 14 Km, yang hampir seluruhnya single track, contour track 50 % lebih adalah decline, selebihnya flat, sedangkan tanjakan tidak lebih dari 15%, itupun tanjakan ringan dan pendek-pendek. Bike Park ini kondisinya cukup baik, karena selain dirawat, motor trail tidak diijinkan masuk kawasan ini. Ditengah rute, ada tempat istirahat yang cukup nyaman, kita bisa duduk2 minum kopi atau makan indomie rebus di bangku2 yang sudah disediakan. Kurang lebih ¼ bagian dari rute gowes ini menawarkan banyak rute alternatif, ada yang turunan flat, ada yang banyak drop-off point yang cukup dalam, ada yang melalui tebing, dan kalau kita gowes 2 atau 3 trip maka bisa gonta-ganti rute pilihan tersebut. Salah satu yang asyik lagi adalah banyaknya bahu jalan yang miring hampir tegak, anak gowes biasa menyebutnya “BEREM”, sehingga saat melintas berem, seperti tontonan tong setan (yang tahu istilah tong setan berarti sudah tuwir, paling tidak umur 40-an...he33x). Untuk goweser pemula, jangan khawatir dengan banyaknya drop-off, karena disampingnya disediakan jalur jika tidak ingin drop atau jump. Rute diawali dengan jalan makadam kampung dilanjut jalan paving halus sampai masuk hutan pinus, didalam hutan pinus ini banyak alternatif jalan yang bisa diambil, jangan khawatir salah, semua alternatif jalan bertemu dititik yang sama yaitu tempat istirahat, kemudian dilanjut dengan track meliuk-liuk diantara pepohonan pinus dengan banyak akar melintang dan batu2 berserakan yang jika tidak waspada dapat menyebabkan kita terjungkal. Oh ya, jangan lupa membayar retribusi di tempat istirahat sebesar 15rb rupiah per sepeda. Overall, track ini sangat memanjakan goweser sejati yang menyukai tantangan.

Bagi yang ingin parking mobil penumpang, bisa langsung masuk halaman Warung Renes (warungnya para biker) di lokasi finish. Warung ini menyediakan berbagai masakan rumahan yang cocok di lidah saya. Apabila  gowes dilakukan saat musim penghujan, maka kita dapat membersihkan diri di KM yang tersedia cukup banyak di lokasi finish, sekaligus tersedia jasa cuci sepeda bagi yang tidak mau repot bersih2 sepeda sesampainya di rumah. Berikut beberapa hal teknis tekait sepeda dan teknik bersepeda yang perlu diperhatikan :

1. Karena TW Bike Track mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi, maka jangan lupa mengenakan perlengkapan sepeda yang memenuhi syarat, a.l. Helm, Decker siku dan lutut, Sepatu yang tidak licin (tidak mudah lepas dari pedal sepeda), dan bagi yang mata minus (trachoma) agar menambahkan kacamata minus clip-on pada kacamata gowesnya, oh ya....gunakan kacamata gowes clear, karena didalam hutan agak gelap karena sinar matahari terhalang dedaunan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan sepeda jenis HardTail/HT (tanpa rear shock), karena tidak stabil dan sangat berbahaya saat dipacu pada turunan dengan kontur yang tidak rata, dan bagi yg sudah berumur apabila maksain pakai MTB HT dijamin pijat seminggu tidak akan mampu menghilangkan rasa pegal di badan.
3. Disamping rearshock, pastikan Fork harus dalam kondisi baik, dan jangan lupa mengatur knob CTD/climb-trail-descent (yg ini di fork-fox saya, merk lain punya istilah sendiri) untuk menyesuaikan kondisi track, jangan sampai posisi knob di climb sepeda sudah terlanjur meluncur deras di track bergelombang,  bisa menyebabkan jatuh, atau paling tidak lengan akan terasa sakit.
4. Karena sebagian besar track ini adalah decline, maka hati2 menekan tuas rem, jangan ditekan terus menerus untuk memperlambat laju sepeda, hal ini bisa menimbulkan panas berlebih yang terus menerus pada rotor, yang mengakibatkan seal pada kaliper bocor. Menurut hemat saya, sebaiknya tuas rem ditekan stop and go untuk memberikan waktu rotor mengalami pendinginan oleh udara. Saya merekomendasikan kampas rem yang terbuat dari bahan resin untuk jenis track TW ini.
5. Jangan menggunakan ban sepeda yang tidak di design untuk track off-road, lebih2 saat musim penghujan. Tekanan angin pada ban agar tidak terlalu keras sehingga bisa mendapat grip yang cukup, namun jangan terlalu gembos, karena mudah pecah jika terkena batu tajam.
6. Karena single track maka grup sebaiknya dipisahkan berdasarkan skill-nya, jangan sampai yang ingin memacu adrenalin berada dibelakang pemula, selain tidak menjadikan puas juga bikin rasa DONGKOL, ha3x...
7. Saat melakukan dropped, kecepatan sepeda harus cukup, jangan mengerem sebelum drop jika tidak ingin terjungkal jika drop-off nya cukup dalam. Dan bagi yang tidak berani melakukan drop, agar melewati jalur disampingnya yang sudah disediakan.
8. Hati-hati juga saat melakukan jumping, ada jump point yang letaknya berurutan dengan jarak yang cukup dekat, atau didepan jump point ada pohon yang mengharuskan kita seketika menghindar.
9. Extra hati2 dengan akar dan batu yang berserakan, seringkali hal ini menyebabkan roda depan tergelincir, lebih2 saat musim hujan.
10.Aktifitas gowes bagi para amatir, selain olah raga adalah lebih untuk rekreasi, sehingga jangan sampai hal2 yang tidak diinginkan menyebabkan kesenangan berubah menjadi musibah, untuk itu kita harus bijaksana menyesuaikan level aktifitas gowes yang kita lakukan dengan skill dan umur (terkait speed, jump, drop)

Minggu 7 Juli 2019, Bertujuh : Pace-kang Besut-David-P.Anang-P.Hari-Alam-Saya sendiri pakWe dikawal driver kami mas Huri, berangkat dari malang sekitar jam 07.00 menuju lokasi finish di dusun Welang untuk memarkir mobil station kami, dan selanjutnya sepeda dan goweser diangkut pickup menuju titik start yang terletak sekitar 100 meter dari tugu pertigaan jalan raya Tutur-Nongkojajar & Tutur-Puntir. Kira2 jam 09.00 mulailah kami menjejak pedal sepeda, karena jalan sudah banyak yang dipaving, agak sedikit membingungkan kami, karena terakhir ke TW sudah sekitar setahun yang lalu, atau tepatnya bulan Maret 2018. Perjalanan gowes relatif lancar sampai di lokasi rest area, disini terdapat jump point yang menarik rekan2 gowes untuk mencoba termasuk rombongan kami, namun sayangnya salah satu rekan kami Alam tidak bisa menguasai stang sepeda saat terbang, sehingga posisi jatuhnya tidak bagus dan mengakibatkan rider-nya terjungkal, lumayan membuat kami-kami bisa terhibur (karena moto goweser adalah “tertawa diatas penderitaan kawan sendiri”). Rupanya celaka kecil tersebut membuat rekan kami Alam trauma untuk mencoba trip kedua, dan akhirnya dia memilih menunggu di warung Renes. Entah berapa piring nasi rawon yang dihabiskan disana, ha33x.

Karena gowes kali ini fokus di TW Bike Track, maka satu trip tidak cukup, kami ulangi sekali lagi untuk trip kedua. Sekali lagi pada Jump Point yang sama, hanya bergeser sekitar satu meter saja, pak Anang terjungkal juga saat mencoba beraksi layaknya goweser Pro. Dan moto kami sekali lagi berlaku “tertawa diatas penderitaan kawan sendiri”. Usut punya usut, ternyata rekan kita pak Anang dan pak Hari adalah 2 saudara kembar beda bapak beda ibu, kemana-mana selalu bersama, dan beli sepedah pun barengan di toko yang sama, bahkan merk dan type-nya pun juga sama. Nah saat jatuh, Alam mengendarai sepeda p. Hari, dan rupanya pak Anang jatuh bukan karena skill-nya tidak mumpuni, tapi karena sepedanya yang iri pingin jatuh seperti saudaranya yang dikendarai Alam, he33x.

Demikian sobat gowes yang bisa kami bagi, semoga dapat memberikan sedikit informasi yang berbeda, dari yang sudah banyak tersaji di blogs sahabat gowes.

Salam 2RodaMTB




resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut