22 Juni 2019, sekitar setengah bulan pasca lebaran, kaki dah
gatal pingin gowes lagi, sudah sebulan lebih kaki ini nggak ngayuh pedal
sepeda. Pagi ini, berangkat dari rumah jam 5.20 menuju rumah rekan Riaman, kami
dah janjian gowes ke Gunung Katu, yang jika dipandang dari lantai 4 gedung
kantor Telkom Blimbing bak perahu terbalik.
Sampai di rumah rekan Riaman, Klayatan Gg.2, kami ngopi2
dulu sambil menghabiskan sebatang cigarrete, dilanjut gowes menuju Gunung Katu.
Jalan yang kami lalui sebagian besar adalah jalan desa beraspal sepanjang 9 km,
setelah mendekati lokasi wisata Gunung katu barulah kami jumpai jalan tanah
sepanjang kira-kira 2 km, yang sebagian sudah beralaskan paving, yang terlihat
belum lama dibangun.
Sesampainya di lokasi wisata, nampak cukup banyak warung2
yang kurang terawat, mungkin dikarenakan kunjungan wisata yang tidak sebanyak
saat dibuka dulu, sehingga para pedagang sudah tidak lagi berminat berjualan
disana. Beginilah nasib kebanyakan obyek wisata yang hanya seumur jagung saja,
karena ketidak mampuan dalam pengelolaannya. Suasana pepohonan yang asri
membuat sangat nyaman bagi kami untuk melepas lelah setelah bike hiking
sepanjang kurang lebih 11 km. Tak berapa lama, ada rombongan gowes sebanyak 4
orang menghampiri kami, salah satunya mas Eki, orangnya agak gendut, namun
meskipun begitu rupanya termasuk maniak gowes. Sejurus kemudian ada rombongan
gowes lagi yang datang, terdiri dari 3 orang cowok dan 2 orang cewek, yang
salah satunya bernama mbak Tanti. Kami saling berkenalan, dan ngobrol-ngobrol
kecil, dan tak lupa foto bersama.
Setelah cukup beristirahat, kamipun melanjutkan gowes untuk
mencapai puncak Gunung Katu, dimana terdapat petilasan Singasari dan Majapahit.
Agar dapat gowes sampai puncak, kami mengambil jalan melingkar, dimana
slope-nya tidak terlalu extreme. Dan akhirnya sampailah kami di puncak Gunung Katu,
pertama kali yang kami tuju adalah petilasan berupa makam, kondisinya
sepertinya kurang terawat, tidak ada bau kemenyan seperti kebayakan situs-situs
yang dikeramatkan. Makam tersebut terletak tepat di puncak Gunung Katu. Dari
sana kita bisa menyaksikan kota malang dari posisi yang sangat baik, namun
sayangnya terhalang oleh kabut tipis sehingga tidak nampak jelas. Dibawah
makam, terdapat lokasi yang cukup lapang untuk beristirahat pengunjung dan juga
terdapat wahana untuk berfoto. Sementara disisi sebelah barat bukit terdapat wahana
“jembatan menuju langit”, jembatan terbuat dari bambu yang menjorok ke lembah
cukup jauh, apabila kita berdiri diujungnya nampak seolah-olah seperti berdiri
di awang-awang, namun sayangnya banyak ruas bambunya yang sudah rusak, sehingga
dapat membahayakan pengunjung yang berada diatasnya.
Setelah puas kami berfoto, maka kami balik melalui jalur
menuju wagir. Saat turun dari puncak saya cukup menikmati turunan yang cukup
men-chalenge nyali kami, dan apabila diteruskan pada jalur yang sama saat
berangkat, maka track turunan yang dinikmati bisa lebih panjang lagi. Pada
jalur balik via Wagir semuanya melalui jalan aspal mulus, terdapat 2 tanjakan cukup
tajam yang sangat menguras tenaga kami, padahal untuk sampai rumah masih harus
menempuh 10 km lagi. Singkat cerita dengan sisa-sisa tenaga, saya sendirian
mengaspal diterik matahari pk. 12.00 dari Wagir menuju rumah, sementara rekan
Riaman berbelok kearah klayatan.
Resume gowes kami adalah, Jarak tempuh 42 km, dengan total
waktu hampir 6 jam (termasuk istirahat dilokasi wisata), Puncak tertinggi 740 m
dpl, komposisi track Uphill : Flat : Downhill = 37% : 45% : 18%. Untuk mencapai
Gunung Katu, menurut saya lebih baik menggunakan sepeda type HardTail dari pada
pakai AM, pada gowes kali ini saya menggunakan sepeda AM, dan saya rasakan
cukup berat untuk bike hiking, dan jangan lupa menyiapkan air minum yang cukup,
karena saya tidak jumpai satupun warung yang buka. Demikian yang bisa kami
share kali ini, semoga dapat menjadi referensi bagi sahabat gowes yang ingin
menikati puncak Gunung Katu.
Akhirnya salam 2RodaMTB.