Saturday, February 22, 2020

BRAKSENG MTB OFFROAD

Masih daerah seputaran Batu, juga masih di Kecamatan Bumiaji yang kami explore, kali ini BRAKSENG yang menjadi target kami untuk dijelajahi. Brakseng terletak di desa Sumber Brantas, pintu masuknya dari jalan utama jalur Batu – Pacet kurang lebih berjarak 2 Km dari Cangar Hot Spring, jika dari Batu adalah sebelum Area Wisata Sumber Air Panas Cangar. Brakseng adalah areal pertanian yang berada pada ketinggian kurang lebih 1.850 mdpl, berjarak kurang lebih 35 Km dari Malang. Seperti areal pertanian pada umumnya, hamparan hijau tanaman sayur mayur yang di Brakseng didominasi oleh wortel dan kentang, tertata rapi berlajur-lajur, di hamparan yang sangat luas dengan kontur naik turun yang terpisah oleh petak-petak, sangat elok dipandang mata, belum lagi ditambah bonus pepohonan cemara yang berjajar disepanjang jalan dan background Gunung Arjuno disebelah timur, wooo semakin menambah eksotis panoramanya, “Tourism Worth Selling of Batu”. Keindahan Brakseng memang tak terlukiskan dengan kata, tapi saya masih penasaran dengan asal kata BRAK-SENG, sudah googling namun tetap tidak menemukan asal kata nama BRAKSENG, dan kalau saya reka-reka sendiri, mungkin berasal dari banyaknya saung di tengah kebun untuk berteduh dan beristirahat para petani yang terbuat dari Seng gelombang, dari situlah mungkin munculnya nama“BRAK-SENG”.
 
Blakrak-an kali ini untuk mencari jalur MTB off-road dari Brakseng – Pura Luhur Giri Arjuna – G. Pucung – Bukit Jengkoang – OutBound Dusun Sahabat Alam di Karangploso. Explorasi dimulai dari Gapura masuk Brakseng pada 22 Pebruari 2020, pukul 08.20, belum genap 500 meter gowes, kami berlima sudah dipaksa harus menaklukkan tanjakan langit sepanjang 700 meter, sebelum mendapati pemandangan indah, alih-alih menaklukkan malahan kita yang ditaklukkan oleh slope gila jalan paving, tak ayal berempat kami kompak menuntun sepeda, sementara satu orang pak Dempal berhasil sampai diatas tanpa menjejakkan kaki di tanah. Dan dari sinilah dimulainya “Recreation Cycling”, sepanjang 2 km gowes kita disuguhi landscape yang sangat mempesona.

Setelah kami jumpai perkampungan di sekitar jalan klena, kami belok kiri kearah timur, mencari jalur off-road menuju Pura Luhur Giri Arjuna. Sepanjang kurang lebih 2 km jalan setapak yang kami lalui masih sangat nyaman untuk gowes, disebelah kanan kami nampak perumahan di kota Batu seperti noktah-noktah yang berserakan. Selanjutnya kami mencoba mengambil alternatif jalur terpendek menurut perkiraan kami, namun malang tak dapat ditolak, jalur sepanjang 1.5 Km yang kami pilih ternyata sudah jarang dilalui orang, semak belukar bertangkung kiri-kanan yang memaksa kami harus membukanya agar bisa dilalui. Sepanjang jalur ini kami menyisir tepian jurang yang lumayan dalam, dan terpaksa harus menuntun sepeda sepanjang rute ini, karena selain semak belukar juga konturnya yang mendaki. Banyak waktu terbuang di jalur ini, dan kami harus membelanjakan hampir 2 jam untuk menempuh jarak yang hanya 1.5 Km. Setelah lolos dari jebakan ngarai sepanjang 1.5 Km tersebut, kami kembali disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah, dari puncak bukit kami berdiri, dapat melihat lahan pertanian terhampar luas dibawah kami, dan sejauh mata memandang diantara dua bukit kecil, nampak kota Batu dari kejauhan. Setelah beristirahat sejenak, kami lanjutkan perjalanan menuju Pura Luhur Giri Arjuna. Kami melakukan kesalahan untuk kedua kali, alih-alih ingin potong kompas, malah dihadapkan pada jalan buntu. Ingin putar balik sudah terlalu jauh, maka kami putuskan untuk jalan terus, “the show must go on”, terpaksa kami harus menuruni bukit yang terjal, dengan cara lempar sepeda kebawah kemudian diikuti pengendaranya merosot ke bawah, dan yang begini harus dilakukan lebih dari 5x...ampyuuun dach, dan untungnya tak ada keluhan dari satupun anggota team, semuanya bisa menikmati petualangan ini dengan bahagia. Akhirnya sampailah kami di Pura Luhur Giri Arjuna, suasananya seperti berada di Bali, karena saat itu ada acara sembahyangan agung, bahkan beberapa diantaranya ada yang datang dari Bali.

Etape berikutnya adalah menuju Gunung Pucung – Bukit Jengkoang. Masih jalan off-road yang kami lalui, di tengah2 areal pertanian sayur, kami terus turun ke selatan, sampai di asphalt Jl. Raya Sumbergondo, belok kiri ambil jalan off-road lagi, ketemu jembatan bambu di tengah2 hutan bambu petung, kemudian dilanjut gowes menanjak sampai ketemu jalan makadam. Menurut referensi google map, jalur yang kami pilih ini sudah benar, namun karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.05, maka saya putuskan untuk tidak mengambil arah ke Gunung Pucung, melainkan arah pulang via bukit Teletubbies. Dan sampai di depan pagar rumah (Kelurahan Tulusrejo Malang), kumandang Tarhim dari masjid dekat rumah sudah terdengar dengan nyaring.

Gowes blakrak-an kali ini boleh dikata gagal, dalam hal target menemukan Rute Gowes, tapi tidak untuk urusan refreshing. Insyaa Allah upaya menemukan rute tersebut akan kami ulangi suatu saat nanti. Sampai Karangploso, total jarak tempuh yang kami lakukan 34 Km, elevasi tertinggi adalah 1.896 mdpl di puncak Brakseng, tingkat kelelahan cukup tinggi, mengingat dari record data Amazfit saya everage heart rate terukur 124 bpm dan total kalory burned 4.658. Demikian sobat gowes sharing dari pakWe kali ini, semoga dapat menambah wawasan tentang gowes dari sudut pandang yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Jika tertarik untuk mengetahui lebih detail jangan segan kontak saya. Terima kasih sahabat blakrak-an yang menemani saya kali  ini, mas Boiy, pak Dempal, pak Hariyadi, mas Insan, jangan kapok, kita masih akan lanjut edisi blakrak-an berikutnya.

Akhirnya Salam 2rodaMTB.

Saturday, February 8, 2020

BROMO CELENG ROUTE


Berangkat dari suka browsing cerita gowes, mencari referensi untuk kegiatan sabtu-minggu dengan temen2  blakrakan, saya tertarik dengan rute Bromo New Celeng. Sebetulnya temen2 komunitas sudah ada yang pernah men-jajal rute tersebut dengan bantuan marshall, namun belum ada kecocokan waktu untuk meng-guide saya mencicipi rute tersebut. Lama terpendam belum dapat direalisasikan, dan keinginginan untuk menikmatinya masih terus terngiang, sampai pada suatu saat buka2 Youtube menemukan video-nya mas Yuniar Setiawan & mas Setyo Permono,....”wunderbar, Deutsche gesacht” bagus banget cara ambil gambarnya, jempol tiga untuk mas berdua.

Selama akses ke titik start tidak terlalu sulit, saya sudah biasa explore track gowes baru tanpa bantuan marshall, dan sudah saya lakukan berkali2, di Cangar, Lembah Seribu, Panderman-Coban Tengah, Lembusura Kelud, dll. Kali ini dengan ditemani sahabat “blakrak-an” mas Boiy, ditambah Pak Hari n P. Anang dari komunitas gowes Orong-Orong kami bersepakat untuk menjajal rute new Celeng pada Sabtu 8 Februari 2020. Oh yaa, tambah satu lagi mas Insan tetangga rumah, anak muda yang juga hobi blakrakan. Sedikit tips, untuk explore rute baru sebaiknya dilakukan dengan sedikit anggota yang cadangan nafas dan otot-nya seimbang agar tidak boros waktu, dan yang penting semua harus yang dapat menikmati “susahnya” perjalanan gowes, baik itu karena rintangan track, kesasar dan harus balik, maupun tanjakan tajam yang berpotensi memadamkan asa, he3x...intinya harus bisa happy dalam kondisi apapun.

Kami berangkat pagi2 dari malang, pukul 07.00 sudah sampai Jemplang. Perlu diketahui bahwa pada saat ini bertepatan dengan kebijakan dari Balai Besar TNBTS untuk memberlakukan Car Free Month selama satu bulan penuh 24 Januari s.d 24 Februari 2020, hal ini ditujukan untuk menghormati kearifan lokal masyarakat Tengger, disamping itu juga memberikan waktu bagi kawasan Bromo untuk memulihkan ekosistem yang ada dari paparan gas karbon monoksida. Semua akses masuk kawasan Bromo diportal sehingga tidak memungkinkan kendaraan bermotor untuk memasuki kawasan tersebut, kalaupun ada wisatawan yang memaksa masuk harus berjalan kaki atau memanfaatkan jasa angkutan kuda. Dapat dibayangkan betapa sepinya kondisi Bromo saat itu, tidak seperti biasanya hiruk pikuk lalu lalang kendaraan Toyota HardTop yang mengangkut wisatawan, yang menurut catatan statistik BB-TNBTS sepanjang tahun 2019 kunjungan wisatawan dalam dan luar negri mencapai 690 ribu.

Bromo serasa milik kami berlima, setelah menikmati kopi panas dan pisang goreng “dingin” di Warung Jemplang, pukul 08.00 kami gowes sepeda beriringan. Karena belum pernah melalui rute Celeng ini, dan hanya mengira2 saja, maka saat melewati jalan pintas rute Celeng, kami tidak yakin bahwa belokan tersebut adalah akses masuknya, setelah 100 meter gowes barulah kami menyadari bahwa tidak akan ditemui lagi jalan pintas kebawah di depan. Akhirnya kami balik dan masuk jalan pintas tersebut, dan setelah kami temui beberapa point of view yang sama dengan yang ada di youtube barulah kami yakin benar adanya. Hampir sepanjang rute ini adalah single track, ditengah hamparan semak menghijau yang sangat indah, di tengah rute ada ngarai yang cukup panjang dimana kita gowes dipinggirnya, yang nampak semakin mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Kami juga menjumpai penggalan jalan yang longsor, sehingga dengan terpaksa harus menyusur sungai kering kurang lebih 50an meter. Rute Celeng ini berada di arah barat daya gunung bromo, sehingga kita hanya bisa menikmati badan gunung Bromo bagian barat, jangan harap menikmati lautan pasir pada rute ini, karena kita berada pada sisi yang berseberangan, dengan gunung Bromo berada ditengahnya. Akhirnya kami sampai di padang Teletubbies, sungguh memprihatinkan, kondisinya sangat gersang, tidak kami jumpai sehelaipun rumput teletubbies yang melambai2 kala tertiup angin, yang menjadi favorite wisatawan untuk melakukan selfie, meskipun musim penghujan menumpahkan air langit hampir setiap hari.

Karena pickup kami tidak bisa turun, maka berlima, kami kayuh pedal sepeda dengan sekuat tenaga, menaklukkan “crazy slope” Teletubbies-Jemplang sepanjang 3.6 km dengan elevation gain 275m (hitung sendiri sudutnya pakai ASIN...he3x). Mas Boiy dengan tega dan kejamnya meninggalkan kami berempat, dan menyoraki kami dari atas menjelang kami sampai. Overall, kami menempuh jarak 11.66Km, dan rute new Celeng sendiri kurang lebih sekitar 6Km, tidak panjang memang, namun panjang banget nempelnya di memori kenangan kami dan dipastikan tak segan untuk mencobanya kembali. Demikian uraian gaya bahasa pakWe, jika tak puas dengan penuturannya, silahkan simak cerita bergambar pada tautan youtube dibawah.

Akhirnya salam 2rodaMTB.


resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut