Saturday, April 4, 2020

GOWES GUNUNG MUJUR DITENGAH PANDEMI CORONA



Wabah corona melanda dunia tak terkecuali Indonesia, menurut saya dampak sosialnya melebihi dari bahaya virus covid-19 itu sendiri, yang jelas perekonomian dunia khususnya Indonesia babak belur, nilai rupiah terhadap US Dollar terus melemah hampir menyentuh angka 17.000. Dari sekian kali peristiwa resesi ekonomi, selalu rakyat kecil yang paling menderita, kebijakan lockdown menyebabkan transaksi ekonomi di tingkat paling bawah macet total, tidak ada yang mendistribusikan sayur mayur, telur, daging ayam potong dan berbagai komoditas kebutuhan pangan sehingga menumpuk di tangan petani/peternak yang dalam waktu cepat akan membusuk, warung-warung kecil tidak kedatangan pembeli, dan masih banyak lagi rantai ekonomi pada level bawah yang tidak jalan sehingga masyarakat kecil kelimpungan. Eh...kok kebablasan bahas corona-nya, maksud saya mo bilang “saya jenuh sudah sebulan gak bisa kemana-mana”, kok jadi malah kemana-mana....wakakakak


I’m really bored, so untuk membunuh kebosanan, hari ini 4 April 2020, saya gowes ke Gunung Mujur. Sebenarnya sudah berkali-kali saya jejaki track ini, namun sensasinya menjadi berbeda ketika ditengah wabah corona yang sedang melanda. Kami berempat saja, untuk tetep comply pada kebijakan “don’t make a crowd and apply physical distancing”, saya pakWe, mas Insan, pak Anang, dan pak Hariyadi. Gowes dimulai dari gazebo UBForest menuju Puncak Bukit Kembar Sumbul, dibawah Budug Asu. Track Gunung Mujur di beberapa bagian berlumpur sepanjang tahun, apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ditambah bekas jalur roda motor trail yang dilalui aliran air hujan dari atas ke bawah, semakin menambah rusak kondisi jalan. Namun demikian bagi kita berempat, separah apapun track-nya, tetap saja mengasyikkan dari pada terkurung kebosanan akibat lockdown corona.

Pit stop etape awal adalah di petilasan wisata religi Gunung Mujur, warung yang biasanya melayani goweser maupun trail rider tidak buka pada hari Sabtu, mungkin juga karena adanya wabah corona. Gowes dilanjut sampai persimpangan pertama, kami ambil kiri menyusur jalan tanah untuk bisa tembus ke arah kebun teh Wonosari, sedangkan jika ke kanan menyusuri jalan makadam akan melewati desa Bocek turun sampai pasar Karangploso. Mulai dari titik ini kubangan lumpur semakin sering kami jumpai, bahkan karena aliran air hujan, di beberapa bagian, jalan tanah berubah menyerupai kali kecil yang dalam, sampai2 sepeda pun tak bisa melewatinya karena 2 pedalnya tertahan di kiri kanan cekungan. Setelah menaklukkan medan offroad yang lumayan berat, disamping karena jalannya rusak juga dibeberapa penggal terdapat tanjakan yang cukup menyiksa, akhirnya kami sampai juga di pos Gardu Pandang Sumbul. Finish sudah perjalanan kami menaklukkan Gunung Mujur di musim hujan, ditengah2 pandemi Corona. Pak Hari dan P. Anang membuka bekal nasi pecel, sedangkan mas Insan asyik dengan mi gorengnya, saya lihat mereka lahap sekali menikmati bekalnya, bukan hanya karena kelezatan makanannya namun lebih karena suasana tentram diatas gunung ditambah capek dan perut lapar yang membuat mereka semakin lahap. Disini kami bertemu dengan bapak pemilik perkebunan kopi yang lagi “sambang” kebunnya, kopi yang beliau tanam adalah jenis arabica, yang dikenal sebagai “Arabica Arjuna”.

Setelah cukup beristirahat, saatnya melanjutkan perjalanan pulang, kali ini kami memilih lewat BBIB Singosari, namun lebih dahulu kami mampir ke puncak Bukit Kembar. Disini terdapat gardu pandang yang bisa memantau kota malang dari kejauhan, namun karena kondisi cuaca berkabut, sehingga tak nampak jelas pemandangan kota malang. Setelah beberapa saat menikmati suasana puncak bukit kembar, kami lanjutkan perjalanan pulang. Bagi yang seneng “prosotan” jalur pulang ini sangat menantang, untuk melakukan “speed” dibutuhkan skill yang cukup dan keberanian extra, kami bergantian jatuh dari sepeda karena tak mampu menghindari akar yang melintang maupun licinnya jalan tanah, belum lagi batu2 besar yang berserakan disepanjang jalan. Setelah lewat BBIP, sekitar pukul 13.00 kami mampir di Masjid Nurul Hidayah di dusun Petung Wulung untuk istirahat sholat dhuhur, perjalanan selanjutnya sudah diatas jalan aspal sampai tiba di rumah masing2. Total jarak yang kami tempuh adalah kurang lebih 35 Km, dimana sepertiganya adalah jalan offroad yang cukup berat.

Ok, sampai cerita gowes berikutnya.

Salam 2rodaMTB

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut