Monday, December 17, 2018

Wana Wisata Hutan Jati Blora




Kali ini Biker08 punya gawe Gowes Wanawisata Blora, sebagai penutup kegiatan Touring Luar Kota 2018. Track yang dibidik adalah Hutan Jati di kawasan kabupaten Blora. Bukan tanpa alasan kenapa memilih daerah tersebut, karena ada anggota kami yang berasal dari sana, dan kebetulan kedua orang tuanya masih sugeng (sehat) dan tinggal disana, sehingga akomodasi penginapan dan makan adalah “free of Charge alias No Pay”, he33x…jurus hemat ala biker08. Thanks a lot P. Besut, for your hospitality, jangan kapok ngundang lagi.

Sabtu pagi 15 Desember 2018, satu kendaraan Long Elf dengan kapasitas 16 penumpang dan 1 truck DMax owned by p.Ugeng salah satu anggota kami, siap dengan 15 Bikes loaded. Kira2 jam 7.30 waktu tikum (Kantor Telkom Sawojajar) berangkat menuju Blora. Sepanjang perjalanan, yang namanya GUGOSAE (guyon gojlok2an Sampe Elek) tidak pernah berhenti, periode diam meski sekejap-pun tak mendapat kesempatan sepanjang perjalanan, namun sayangnya “korban” gugosae adalah tuan rumah, sampai2 p. Besut kehabisan kata2 double cover dan diam adalah senjata pamungkasnya. Singkat cerita, sampailah kami di tempat tujuan, di desa Punggur yang berjarak 2 km dari alun2 kota Blora. Setelah sejenak bersilaturahmi dengan bapak-ibunya p.Besut, dan tanpa downloading bikes terlebih dahulu, kami langsung balik ke pusat kota Blora untuk mengabadikan gambar kami dengan latar ikon kota Blora dan tentunya wisata kuliner khas Blora, Sate Blora, Soto Klethuk, Enthung Jati, khususon Sate Kambing-nya luuueeezaaat masbro, kalau penasaran boleh dicoba sendiri.

Keesokan harinya, kami dijamu sarapan pagi pecel pincuk godhong jati, yang bagi orang kota menjadi barang langka, aroma daun jati merebak saat di tumpahkan nasi putih panas diatasnya, semakin merangsang selera makan. Kira2 jam 07.00 kami berangkat menuju tikum ex stasiun kota Blora yang sekarang dialih fungsikan menjadi terminal Ngopi, untuk bertemu dengan komunitas gowes Blora. Kami menyusur jalan Jendral Sudirman yang merupakan akses utama masuk kota Blora dari arah timur, selanjutnya berbelok memasuki jalan Veteran  untuk kemudian memasuki track off-road. Interval pertama yang kami tuju adalah embung Plered yang terletak di dukuh Betet – desa Purworejo – kec. Blora Kota. Embung Plered ini dibangun pemerintah kabupaten Blora dengan tujuan untuk menggalakkan wisata di daerah tersebut, disamping fungsi utama sebagai penampung air dan irigasi pertanian. Namun sayang, niat baik pemerintah daerah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa, dengan telah ditebarkannya ribuan bibit ikan, kemudian rencana penanaman pohon buah disekitarnya dan pengembangan wisata kuliner, sepertinya hanya sebatas angan-angan, karena sejak diisi air pada awal Januari 2018 sampai dengan kunjungan kami, nampak kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Menurut data statistik, embung tersebut dibangun diareal seluas 5 hektare, memiliki  daya tampung air sebanyak 210.870 meter kubik, dan mampu mengairi lahan pertanian seluas 125 hektare, adapun nilai kontrak pembangunannya sebesar 14M rupiah.

Etape selanjutnya menuju Oil Drilling di desa Semanggi. Yang menarik adalah sumur2 minyak yang ada disana adalah sumur kuno peninggalan zaman kolonial Belanda. Sumur minyak tersebut dikenal dengan sebutan “SUMUR ANGGUK” karena mesin pompanya berbentuk seperti kepala yang mengangguk-angguk. Sepanjang jalan menuju kesana didominasi oleh jalan makadam batu putih dengan kontur naik turun yang lumayan menyiksa paha dan mendorong degup jantung sampai level 150 bpm, ditambah sengatan terik matahari yang serasa memanggang kulit kami. Dikanan kiri dipenuhi hutan jati yang mulai semi daunnya, namun sayang nampaknya banyak hama ulat yang menggerogotinya. Ditengah perjalanan kami beristirahat di warung kopi dukuh setempat untuk menikmati kopi santan kas desa tersebut. Yang membuat kami takjub adalah hampir semua rumah disetiap desa yang kami lalui tersusun dari kayu jati tua. Kerangka atap, dinding, lantai, perabotan rumah tangga semuanya terbuat dari kayu jati kualitas A, dan jika di kota, saya rasa hanya orang kaya saja yang mampu melakukannya. Sekitar jam 11.30 sampailah kami di salah satu sumur angguk di desa Semanggi Kec. Jepon. Acara tebar pesona didepan Digital Phone Camera dimulai, tentunya dengan latar Sumur angguk yang legendaris. Setelah puas berfoto kami bongkar kiriman rangsum menu tradisional : nasi jagung, urap-urap, sambel teri, oseng-oseng enthung jati, telur dadar, tempe ndesa dan tak ketinggalan kerupuk. Selain sumur tua peninggalan Belanda, Pertamina terus mencari sumur2 baru di kawasan ini, salah satunya adalah sumur Banyuasin yang pengeborannya dimulai pada 7 Nopember 2018, dengan kedalaman 2.036 meter, sumur ini diharapkan dapat menghasilkan 150 barel minyak per hari.

Tujuan selanjutnya adalah Jurang Jero, masih tetap track offroad. Untung tak dapat diraih-malang tak dapat ditolak, roda belakang sepeda dedengkot biker08 “PACE” mencium duri, bangga tak dapat digapai – malu tak mampu ditolak, akhirnya Pace bersama sepedanya dengan sangat terpaksa berada diatas Truck DMax yang sedari start mengawal kami. Benar adanya bahwa Tuhan maha pengasih dan penyayang, do’a Pace terjawab,  tidak berapa lama jatuh korban, lik Mentrik alias lik Tris mengalami kram yang cukup parah sehingga tak mampu melanjutkan gowes, jadilah Pace mengendarai sepeda lik Mentrik, maka selamatlah kredibilitas Pace sebagai maskotnya biker08. Lepas dari Jurang Jero, kami melibas aspal mulus jalan raya Randublatung-Blora sampai di titik finish desa Punggur.

Perjalanan kami kali ini menempuh jarak kurang lebih 45 Km dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Alhamdulilah semua berjalan dengan lancar, seluruh anggota sampai titik finish dengan selamat. Bahwa “Setiap Track Yang Berbeda Menawarkan Experience Yang Berbeda” adalah moto kami, maka dimanapun kami gowes dan di track apapun selalu kebahagiaan yang kami bawa pulang sebagai buah tangan, tak ada kata kecewa atau menyesal. Setelah up-loading sepeda dan bersih2 badan, kami berangkat pulang ke Malang sekitar jam 17.20. Demikian yang bisa kami bagi kepada sahabat gowes kali ini, semoga kami masih diberi umur panjang untuk dapat membagi pengalaman gowes berikutnya.

Salam 2rodaMTB

Friday, December 7, 2018

Bromo Classic


Bromo…emang gak ada matinya…

Sudah sekian kali gowes ke Bromo, tapi gak pernah bosan, selalu saja menemukan kenikmatan baru saat jelajah meskipun rutenya sama, karena setiap waktu yang berbeda, alam selalu menawarkan sesuatu yang berbeda pula. Sehingga agak aneh jika ada orang yang tidak mau gowes ke Bromo, karena argument berikut “aku sudah khatam, karena masa sekolahku dulu sudah berpuluh-puluh kali ke Bromo”, seperti kata rekan kami mbah Di.

Pada gowes kali ini kami mengambil rute standar “Bromo Classic” atau sering disebut rute thawaf, karena rutenya mengelilingi Gunung Bromo, dimulai dari Jemlang dan diakhiri di bukit Teletubies, sedangkan dari Teletubies ke Jemplang diangkut truck (sudah agak bosan sorobike…ha33x). Dipilihnya rute classic bukan tanpa alasan, karena ini acara special mengantar rekan kami mbah No yang belum pernah sekalipun gowes track Bromo, selain itu menyambut awal hujan yang sudah rutin mengguyur pasir Bromo, dan untuk menyaksikan hijaunya savana disekeliling lautan pasir.

Saya berangkat dari rumah jam 5.15 menuju kantor Telkom Sawojajar sebagai tikum yang sudah disepakati, diiringi rintik hujan yang tak bosan turun sejak malam hari. Sesampainya di tikum ternyata Pace n David sudah standby mendahului kami. Sayang ada satu rekan  kami mBah Soet yang mendadak tidak bisa turut serta karena sakit (tapi mungkin yang benar adalah karena tidak mendapat SIG alias Surat Ijin Gowes dari kanjeng Mami…wkwkwk). Akhirnya, sekitar pukul 07.00, setelah kelima anggota lengkap dan sepeda sudah rapi diatas Truck-DMax, kamipun berangkat menuju Jemplang dengan diiringi hujan yang lumayan deras.

Alhamdulillah, setelah menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, sampailah kami di Jemplang, dan Alhamdulillah sekali lagi karena cuaca cerah dengan sedikit mendung bergelanyut di awang-awang, semakin pas untuk kegiatan gowes. Namun rupanya David dan Pace belum sarapan, dengan terpaksa semangkuk bakso disantap untuk reserve energy sebelum gowes. Sekitar pukul 08.00, pedal sepeda mulai digenjot, untuk membelah track offroad jemplang-widodaren. Sepanjang perjalanan, rimbun hijau dedaunan menyejukkan mata, kondisi track basah namun tidak becek membuat debu sulit untuk terbang mengganggu hidung kami. Sesampainya di New Zemplang, nampak savana yang menghijau menyelimuti lereng-lereng bukit di kawasan pegunungan Tengger. Tak bosannya kami berfoto, meskipun telah berkali2 take action disitu, apalagi mbah No yang baru pertama kalinya melihat indahnya New Zemplang. Setelah puas take photo dan cycling di track bagian atas gunung Bromo, maka saatnya menikmati track lautan pasir. Hujan membuat pasir bromo cukup padat untuk tidak membuatnya ambles saat roda MTB kami menjejaknya. Gowes kami sangat nyaman, dan tidak menguras energy, ditambah suasana mendung membuat kami tidak merasa kepanasan oleh terik matahari, sehingga botol minum tidak sampai kosong isinya. Istirahat sebentar di Pura Bromo, dan kebetulan pintunya dibuka sehingga kami bisa masuk ke dalam area pura, nampak 4 orang sedang membersihkan timbunan pasir di halaman pura yang tebalnya kira-kira 30 cm, pada areal yang cukup luas. Menurut salah seorang pekerja, mereka sudah bekerja 4 hari membersihkan pasir namun belum juga kelar. Perjalanan dilanjut ke Bukit Teletubies melewati kawasan pasir berbisik, namun sayangnya para pasir tidak ada satu butirpun yang berbisik ke telinga kami, mungkin karena padat oleh air hujan, ditambah angin tidak cukup kuat berhembus. Tak berapa lama, sampailah kami di kawasan bukit Teletubies yang sudah nampak menghijau, namun rumput teletubies yang ujungnya bebulu seperti kapas belum nampak terlihat, mungkin masih perlu beberapa minggu guyuran hujan untuk menghadirkannya. Kami tidak bisa berlama-lama cangkruk di warungkopi, karena bertepatan kami datang, para penjaja warung sudah bersiap-siap melipat dagangannya. Kamipun segera upload sepeda kami keatas DMax yang sudah lama menunggu disitu. Gowes kami kali ini sangat singkat, disamping track tidak terlalu berat, kami juga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat di spot2 foto, dan akhirnya bersamaan terdengarnya adzan sholat Ashar sayapun sudah sampai dirumah.

Demikian sobat 2rodaMTB, cerita yang bisa kami share pada kesempatan ini, mungkin sebagian besar sobat sudah pernah merasakan track classic ini, dan bagi yang belum dan ingin (bukan seperti mbah Di) bisa kontak kami, jika ada waktu luang dengan senang hati kami siap menemani, hitung2 nambah “paseduluran”.

Salam 2rodaMTB

Wednesday, November 21, 2018

Ridho Allah

Ridho Allah...
Selalu menjadi dalih kita, untuk setiap amalan yang kita lakukan...
Namun, apakah kita tahu benar makna mencari ridho Allah...
Allah ridho adalah Allah senang terhadap apa yang kita lakukan...
Sesederhana itu maknanya...

Kita lakukan hal-hal baik, seperti yang dicontohkan nabi kita...
Tak perlu menyalahkan orang lain yang tak sama persis dengan kita...
Jangan berlagak seperti tetangga Rasulullah...
Apalagi seolah-olah asistennya Gusti Allah..
Kita tidak pernah tahu benar, mana yang lebih benar menurut Allah...
Berbuatlah kebajikan sebagaimana yang telah kita pahami...
Jangan pernah meng-kavling sorga untuk kita...
Neraka untuk mereka...
Jangan pernah meng-hak-i pahala untuk kita...
Dosa untuk mereka...
Semua itu hak mutlak Allah...
Dan jangan pernah kita menawar...
Kewajiban kita hanya ikhtiar...
Untuk menyenangkan gusti Allah...

rangkuman mauidhoh hasanah gus Mus

Tuesday, November 20, 2018

Dunia Terbalik

Jika seorang polisi penegak hukum, dihukum...
Jika petugas keamanan, diamankan...
Jika seorang hakim pengadil perkara, diadili...
Jika jaksa penuntut, dituntut...
Jika pemberantas korupsi, melakukan korupsi...
Jika wakil rakyat, namun tidak membela rakyat...
Jika kepala daerah, lebih sibuk memperkaya diri...
Jika seorang pejabat, tidak amanah...

Jika ethics dan moral adalah standar nilai baku untuk semua tata kelola dalam aspek kehidupan...
Maka keadilan dan kemakmuran akan mudah terwujud...
Jika tidak, yang terjadi sebaliknya...
Dunia sepertinya sudah terbalik...

Jika temanmu sedikit, jangan sedih...
Karena orang baik jumlahnya tidak banyak...
Dan jika temanmu banyak, jangan terlalu bangga...
Karena mungkin banyak diantaranya yang tidak baik...
Dunia memang sudah terbalik...

Maka menjadi orang biasa...
Yang mungkin berguna bagi tetangga kiri-kanan saja...
Niscaya lebih  baik dan mulia...

Sunday, November 18, 2018

Gunung Pucung : Survey Track Off Road

Kali ini saya share pengalaman survey track offroad Gunung Pucung. Jumat malam sebelum gowes esoknya, saya coba lihat sekilas di google map, point direction yang akan saya lalui agar waktu gowes gak terlalu banyak lihat maps. Karena mau masuk hutan sendirian di jalur yang belum pernah sekalipun saya lalui, maka Louis Gerneau putih saya Full Loaded, saddle bag belakang berisi ban cadangan dan kunci pas, sedangkan front bag yang terpasang di top tube sesak dengan bekal dan navigasi tools, dan big size bidon 750 ml terisi penuh.


Sabtu pagi sekitar jam 5.20, kayuhan pertama dimulai. Sekitar 20 km pertama kita gowes lewat jalan aspal, via soehat-arhanud-Tawangargo-jalan imam bonjol kota batu-jalan bukit berbunga, saya keluar jalan utama masuk melalui jalan kenanga menuju Gunung Pucung. Tahapan berikut adalah jalan makadam menuju hutan gunung Pucung yang kira2 berjarak 4 km. Dimulai dari ketinggian kurang lebih 700m dpl menuju 1.200m dpl, bisa dibayangkan slope yang diciptakan oleh ketinggian 500m dalam jarak 4.000m, kalau penasaran mo ngitung slope-nya, pakai pythagoras sederhana, he3x. Sepanjang 4 km tersebut, mungkin cuman seperempatnya saja saya temui perkampungan, selebihnya jalan makadam yang dikiri kanannya kebun apel dan jeruk, eh... ada juga beberapa villa, dan lahan bakal bangunan perumahan yang sudah diratakan. Sepanjang 4 km tersebut adalah rute siksaan, sudah mendaki, track nya makadam pula, ampun dah...di akhir track makadam, saya disambut saung tempat istirahat para penyadap getah pinus. Disinilah Gunung Pucung berada, hawa sejuk, angin semilir, membantu memulihkan stamina yang sudah terkuras. Sambil membongkar bekal, dan satu batang cigarette mild, menemani saya menikmati suasana damai.

Cuaca cerah dengan sinar matahari yang bersahabat, tiba2 berubah mendung, nampak seperti hujan ingin turun. Karena tekad sudah bulat, maka survey track saya lanjutkan dengan masuk hutan, sendirian mas bro, tanpa kawan satupun. Setelah gowes kira2 200 meter, keder juga saya, ditengah hutan sendirian gak tahu jalan, saya putuskan balik kucing. Saat balik saya bertemu penyadap getah pinus, setelah ngobrol kecil, saya putuskan lanjut masuk hutan lagi. Walaupun beberapa kali misdirection, saya tetap lanjutkan gowes, dan yang membuat saya berani tetap melanjutkan perjalanan adalah karena bertemu polisi hutan, dia memberikan guidance arah yang membuat saya yakin. Meskipun start dari ketinggian 1.200m dpl, ternyata track offroad didalam hutan ini tidak melulu turun, masih ada tanjakan2 kecil. Setelah keluar hutan, barulah saya temui kebun apel dan jeruk, sepanjang jalan tanah dan makadam. Akhirnya saya keluar di jalan utama karangploso-Batu, tepatnya di sebelah SDN Giripurno 01.

Selesai sudah survey track offroad Gunung Pucung, saya lanjutkan perjalanan pulang melalui jalan utama. Total waktu gowes kali ini sekitar 6 jam 10 menit. Demikian yang bisa saya share, sobat gowes yang mau coba rute ini, bisa loading di Gunung Pucung, sehingga gak perlu capek2 bike hiking. 

Salam 2rodaMTB.



Malang, Saturday, Nov 17, 2018

Tuesday, November 13, 2018

Organization Without a Real Owner tend to be Broken Soon

Manusia pada dasarnya memiliki bibit egois dalam dirinya, yang dalam interaksi sosial dapat mengancam keutuhan kelompoknya dalam skala kecil maupun besar. Seperti teory yang disampaikan The Godfather-nya  Psychoanalyst, Sigmund Freud, bahwa dalam struktur kepribadiannya terdapat 3 unsur, yaitu Id, Superego dan Ego. Id adalah keinginan paling liar yang dimiliki setiap individu, seperti makan, minum, sex, dll, sedangkan Superego adalah norma di luar diri-nya, sementara Ego adalah unsur yang bersifat memutuskan, apakah kita lebih memilih Id atau Superego. Ketika seseorang lebih memilih id-nya tanpa mempertimbangkan superego, maka dia akan menjadi manusia yg menghalalkan segala cara demi memenuhi keinginannya. Frued mengenalkan istilah Idish untuk manusia seperti ini, atau kita lebih mengenalnya sebagai egois.

Saat bapak bangsa kita, yaitu pendiri Negara ini berikrar untuk membentuk NKRI, ego dalam diri beliau-beliau mampu menyeimbangkan antara id dengan superego, sehingga dalam menetapkan tujuan (meraih keinginan dan kebutuhan) selalu mempertimbangkan kepentingan bersama seluruh bangsa Indonesia, bukan sekelompak orang saja atau seorang Soekarno atau seorang Hatta semata. Karenanya bangsa ini dikenal dengan jiwa “Gotong Royong-nya”, hal ini karena adanya keseimbangan Id dan Superego. Dalam perkembangan dunia modern, yang cenderung selalu berkompetisi untuk menjadi yang “TER”, maka keseimbangan antara Id dan Superego mulai bergeser kearah Id dan lebih extreeme lagi bahwa superego sudah tidak tersisa lagi. Hal ini terjadi hampir disemua bangsa di dunia dalam seluruh strata sosial, dengan level yang berbeda, yang cenderung meningkat dari strata primitif/tradisional ke modern.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia, dahulu secara de facto pemilik negara ini adalah Ir. Soekarno, bung Hatta, orang-orang yang terlibat dalam pendirian NKRI, dan bahkan mungkin seluruh rakyat Indonesia waktu itu yang hatinya tidak rela jika Negara ini hancur, bahkan mereka rela berkorban harta dan nyawa untuk menjaga keutuhan negara ini. Namun di era demokrasi modern saat ini, saya belum menemukan sosok seperti bapak bangsa yang dapat dianggap sebagai pemilik negara ini. Sehingga praktik2 yang berpotensi menuju kehancuran bangsa dan negara ini bisa kita saksikan terjadi silih berganti. Dulu ada kasus impor garam dari India yang digudangkan di pulau Madura, sehingga saat didistribusikan ke pasar, menjadi seolah-olah produk lokal masyarakat Madura, sementara akibatnya stock garam melimpah, harga turun, rakyat lokal menjerit, sayangnya jeritannya sayup-sayup hampir-hampir tidak terdengar. Yang paling uptodate adalah kasus BULOG, sementara Kabulog menyatakan stock beras melimpah, namun impor beras jalan terus, siapa yang dirugikan ?, selalu rakyat kecil yaitu para petani, siapa yang diuntungkan ?, selalu para “******”. Contoh lain dari makin banyaknya kumpulan para Idish adalah saat-saat sekarang, menjelang pilpres 2019, HOAKS beterbangan di seluruh sosmed, saling serang, saling fitnah yang bertujuan sama untuk tampil menjadi pemenang dengan cara apapun. Mungkin tidak secuilpun terbersit pikiran untuk mengalah demi kepentingan bangsa yang lebih besar, yang ada adalah saling sikut antara saudara sedarah, seiman, sesuku,  sebangsa dan setanah air, “jika kau tidak sama denganku, kau adalah musuhku”. Id sudah sedemikian dominan terhadap superego. Kondisi ini berbahaya!!!.

Sekarang kita mencoba melihat scope yang lebih sempit dalam skala korporasi. Sebagai contoh BUMN yang dipimpin oleh seorang direktur, secara keterikatan antara insitusi dan personal (BUMN – Direktur) tidaklah kuat sekali, artinya Apabila perusahaan colapse dia mungkin tidak akan berbuat sesuatu yang sampai mengorbankan seluruh potensi pribadinya, karena mungkin dia dengan mudah mencari pekerjaan lain, dan yang lebih penting masih punya banyak materi. Kondisi kohesivitas yang rendah ini ditambah banyaknya para Idish dalam struktur organisasi, semakin mempercepat kehancuran. Membeli membership golf yang harganya ratusan juta dengan uang perusahaan mungkin jamak terjadi (kecuali ada aturan yang legalkan itu), bahkan mungkin stick golf pribadi-nya juga dibeli dari biaya operasional perusahaan, melakukan perjalanan dinas dengan anggaran perusahaan, namun ticket pesawat dan biaya hotel dibayar oleh dayang2nya dengan menggunakan anggaran entah dari mana, menyisihkan sebagian anggaran operasional setiap bulannya untuk dipakai rekreasi keluar negri bersama unitnya saat akhir tahun, terlalu sering makan siang di resto mahal baik sendiri atau dengan staff dengan memanfaatkan anggaran operasional perusahaan. Kemudian bicara ke skala yang lebih strategic, sangat mungkin terjadi kong kalikong dengan mitra untuk mendapatkan keuntungan pribadi, memanipulasi kinerja perusahaan demi prestasi semu individu/unit yang dampaknya sangat merugikan perusahaan in the long term. Hal-hal demikian sangat mungkin dilakukan karena tidak ada konskuensi material kepada individu, “hancur-hancurlah perusahaan, yang penting diriku sudah dapat banyak”.

Kohesivitas yang tinggi antara pimpinan Institusi  dengan Institusi yang dipimpin akan berdampak pada langgengnya keutuhan Organisasi, hal dapat dibuktikan pada management perusahaan swasta. Pada korporasi swasta, owner adalah pimpinan tertinggi dan mempunyai kekuasaan absolut atas perusahaan. Dalam situasi ini, tak seorangpun dengan leluasa melakukan tindakan-tindakan buruk yang mungkin terjadi pada korporasi BUMN, karena dapat dipastikan owner akan memberikan sangsi dalam skala peringatan sampai pemecatan bahkan diperkarakan hukum. Sehingga semua kegiatan perusahaan seiring selangkah menuju keuntungan dan kelanggengan perusahaan. Owner dengan segala upayanya mengerahkan bahkan mengorbankan seluruh potensinya untuk kemajuan perusahaan. Tidak ada kinerja semu, tidak ada penyelewengan anggaran, dan jika terjadi sangsi berat siap menanti.

Jadi sangat jelas bahwa kohesivitas yang tinggi antara pimpinan dan organisasi yang dipimpinnya akan berpengaruh pada sukses yang sutainable atas organisasi/institusi. kohesivitas yang tinggi itu bisa hadir dengan hadirnya pemilik atau sosok yang berjiwa pemilik.  Saya masih terus bermimpi dan terus bermimpi, suatu saat hadir sosok pemimpin bangsaku yang berjiwa owner, siap mengorbankan segala miliknya untuk kepentingan bangsa dan negara, yang mampu mengatur egonya agar seimbang antara id dan superego, yang mampu menularkan kebaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan jika belum mampu menghadirkan prosperity bagi rakyatnya, paling tidak mampu membuat kebijakan publik yang adil, jika mungkin lebih menguntungkan rakyat kecil. Di Indonesia barang apa yang belum ada?, merk apa yang tidak ada?, hampir semua barang yang dibelahan bumi kaya sana ada, disini juga ada. Ponsel Vertue yang harganya tidak masuk akal-pun punya outlet di Jakarta, mobil sport italia yang harganya setara pesawat terbangpun sudah jamak kita saksikan bersliweran di jalanan Indonesia, khususnya Jakarta, barang-barang fashion yang harganya 10x rumah type 45 banyak dipakai dan ditenteng ibu-ibu pejabat dan artis-artis karbitan, “beginilah kalau inginku sudah jauh melebihi butuhku”. Seandainya pemerintah  membuat kebijakan, mobil yang masuk Indonesia adalah merk A dan B saja, impor bahan pangan dilarang jika kebutuhan dalam negri dapat dicukupi oleh petani lokal, barang-barang mewah dikenakan pajak yang sangat mahal, ohhh alangkan indahnya Indonesiaku. Sehingga rakyat tidak didorong menjadi konsumtif, petani terlindungi dari system perdagangan liberal yang kejam, rakyat kecil mendapatkan jaminan sosial yang memadai. Tapi sampai kapan kita berharap…karena nafsu serakah itu secara masive sudah ditularkan oleh para senior ke yunior-nya, atau ide konyol dalam kepala saya segera kita wujudkan, “kita potong leher manusia 25 tahun keatas”, dengan harapan yang tersisa adalah generasi baru yang belum terkontaminasi oleh nafsu keserakahan, Wallahu Alam….

malang, nov 14 2018

Thursday, November 8, 2018

di Negri Antah Berantah

Ada lomba lari marathon di negri antah berantah…
Hadiahnya adalah kemuliaan…
Pesertanya banyaaak sekaliiiii…
Semua bersiap di garis start…
Menunggu juri menembak pistol, aba2 dimulainya lomba…

Dor, semua peserta berebut lari didepan…
Tak jauh dari garis start…
Ada yang sibuk mencari tumpangan ojek…
Ada yang segera berbelok menuju jalan pintas…
Namun ada yang terus berlari di jalur lomba…
Sampai-sampai sang panitia terheran-heran…
Segera mendekatinya dan bertanya…
“Kenapa kau tak cari sesuatu?”…

Setelah sekian waktu…
Nampak pemandangan di garis finish…
Semua beradu cepat mencapai garis finish…
Tak nampak lagi, mana yang naik ojek…
Mana yang berlari melewati jalan pintas…
Semuanya tampak sama seperti berlari sepanjang jalur lomba…

Dan akhirnya munculah sang juara…
Diatas panggung disaksikan oleh semua penonton…
Sang pejabat tertawa bangga mengangkat tangan sang juara…
Tak peduli bagaimana caranya…
Sang juara tak kalah keras tawanya, mewakili rasa bangganya…
Tak peduli bagaimana caranya…

Tibalah waktu olimpiade marathon…
Negri antah berantah tak mengirimkan wakilnya…

Jujur atau bodoh tipis batasnya, susah untuk dibedakan…
Baik atau buruk bukan lagi soal standar nilai…
Bukan lagi tentang tatanan moral…
Hanya masalah persepsi dan perspektif…
Tergantung sudut pandangnya…
Maling dilingkungan maling, belum tentu buruk…
Alim dilingkungan maling, mungkin bukan sosok yang baik…
Yang baik adalah siapa yang sama dengan kita, lebih2 yang mendukung kita…
Yang buruk adalah yang berbeda dengan kita, lebih2 yang mengkritisi kita…
Yang tersisa hanyalah persepsi dan perspektif…

Tuesday, November 6, 2018

Tentang Sepeda

Bicara tentang sepeda, tidak afdol jika tidak diawali dengan sejarah bagaimana lahirnya alat transportasi ini. Konon, orang Perancis sudah mengenal sepeda sejak abad 18, yang kala itu disebutnya Velocipede, saya tidak bisa membayangkan bagaimana bentuknya , karena industri logam belum ada, industri karet belum ada, teori mekanika belum semaju saat ini. Dalam kurun waktu itu orang Jerman, Scotland, dan Perancis berusaha untuk menyempurnakannya, sampai ditemukan sepeda roda tiga pada sekitar tahun 1880 yang dianggap design paling aman saat itu. Bertahun-tahun setelah itu, di era revolusi industri teknologi sepeda terus berkembang dari engkol torpedo yang kayuh sepeda terus berputar seiring perputaran roda, sampai ditemukannya freewheel sehingga kayuh sepeda bisa berhenti meskipun roda terus berjalan, sehingga pengendara bisa lebih efisien dalam mengelola tenaganya. Dahulu jenis sepeda hanya didasarkan pada bentuk dan kesesuaian pengendaranya saja, misal sepeda kumbang untuk kaum laki-laki, sepeda jengki untuk kaum wanita, sepeda mini untuk anak-anak.

Dalam perkembangannya di era modern, jenis sepeda lebih dipengaruhi oleh fungsi dan kompetisi. Sepeda rekreasi, sepeda atraksi (BMX, DJ, FR), sepeda balap (RB), dan sepeda gunung (MTB). Pada kesempatan ini kita coba ulas jenis sepeda gunung atau lebih dikenal dengan Mountain Bike. Sebelumnya perlu disampaikan bahwa penulis hanya berbekal knowledge dari membaca berbagi referensi internet maupun pengalaman sejak th 2005 melakukan kegiatan gowes, so jika ada yang kurang sependapat mohon dimaklumkan karena tidak ada juga standar baku untuk mengelompokkan jenis sepeda, tergantung sudut pandang yang dipilih.

MTB, ada juga yang menyebut ATB (All Terrain Bike), adalah sepeda untuk melahap medan berat khususnya di daerah pegunungan, sesui dengan namanya. Pertama kali diperkenalkan di Amerika pada tahun 1970. Awalnya terbuat dari bahan baja, seiring dengan perkembangan teknologi logam, diperbarui dengan bahan alumunium, alloy, Titanium dan yang paling mutakhir adalah bahan komposit serat carbon. Apabila dilihat dari system suspension, maka dikenal jenis sepeda Rigid yang digunakan untuk cross country (low-end); meningkat ke jenis Hardtail (HT), yang memiliki suspensi depan saja tanpa suspensi belakang; kemudian yang paling high-end atau paling nyaman adalah jenis Full Suspension (FS), yang memiliki suspensi depan dan belakang. Sedangkan jika dilihat dari fungsinya dapat digolongkan menjadi, sbb :

1.    Cross Country (CX), sepeda jenis ini digunakan untuk bersepeda di medan yang ringan, jalan tidak terlalu kasar dan tidak ada dropdown. type CX ini bisa model Rigid, HT ataupun FS, yang tentunya akan ada beda kenyamanan dan tentunya beda harganya. Sepeda jenis ini di-design agar efisien dan optimal saat mengayuh di tanjakan, jalan aspal, jalan pedesaan dan saat berkendara jarak jauh. Sepeda jenis ini sangat disarankan bagi pemula.


2.    All Mountain (AM), sepeda jenis ini dapat dipastikan ber-model FS, karena peruntukannya untuk melahap medan berat, berbatu dan turunan tajam. Sehingga diperlukan suspensi yang baik, agar pengendara tetap merasa nyaman meskipun melibas jalan terjal dan berbatu, disamping itu suspensi yang baik akan membantu handling sepeda tetap stabil saat melakukan enduro. Sepeda jenis ini sangat popular, karena lebih flexible terhadap medan/track.


3.    Down Hill (HD), dari segi suspensi, jenis ini sama dengan AM, namun Travel Suspensinya lebih panjang dibanding jenis AM, untuk mengakomodasi dropdown yang cukup tinggi saat melakukan down hill. Mengendarai sepeda ini dibutuhkan skill yang mumpuni (kecuali sepeda DH hanya untuk gaya-gaya-an saja, he33x…), dan biasanya para Sport Man dan professional yang menggunakan jenis ini. Perancangan sepeda jenis ini adalah dititik beratkan pada aspek melaju dengan cepat dan lincah di turunan extreeme dan kuat saat bumping pada jebakan dropoff.

Agar bersepeda terasa nyaman, tentunya sepeda dan tubuh pengendara harus sesuai. Bincang tentang kecocokan sepeda tentunya tidak terlepas dari aspek Ukuran/Size. Karena ukuran tubuh goweser (panjang tangan, panjang badan, panjang kaki) mempunyai rentang yang cukup lebar, maka tentunya ukuran sepeda juga disesuaikan dengan pengendaranya, meskipun size sepeda tidak akan diproduksi untuk seluruh rentang yang ada (kecuali customized bike), namun paling tidak, bisa menjangkau seluruh rentang ukuran tubuh manusia normal. Berdasarkan panjang SEAT TUBE ukuran sepeda adalah XS, S, M, L, XL (15, 15.5, 16.5, 17,5, 19), masing2 pabrikan mempunyai ukuran yang berbeda, artinya bisa saja merk Specialized mendefinisikan M = 16.5, namun Giant mendefinisikan M = 17. Kemudian berdasarkan lingkar roda, ada ukuran frame 26”, 27.5” (650b) dan dan 29”, terkait dengan ukuran roda ini terdapat beberapa aspek yang terpengaruh,  yang pertama adalah semakin besar roda akan semakin cepat, satu putaran roda 26” akan menghasilkan jarak tempuh 208 cm, sedangkan roda 29” menempuh 232 cm, dalam satu putaran terdapat selisih 24 cm, maka dalam 100 putaran roda saja bisa berselisih jaran 2.4 Km, berikutnya adalah kenyamanan dalam melibas lubang jalan, roda 29” akan lebih tidak terasa dibanding menggunakan roda 26”, yang ketiga adalah aspek kenyamanan pengendara, bahwa pengendara yang bertubuh tinggi akan lebih nyaman dengan roda 29” karena seat post tidak perlu terlalu naik, sehingga posisi tubuh tidak harus terlalu membungkuk, namun demikian ada kekurangan sepeda ukuran 29”, yaitu lebih susah dikendalikan dibanding yang beroda kecil, terutama saat melibas jalan turun yang berkelok-kelok dan satu lagi adalah, menurut penulis (mungkin ini sepihak, he3x) sepeda 29” tidak sedap dipandang mata, karena proporsi frame dan roda kurang serasi.

Sebenarnya terdapat aspek yang paling penting dalam memilih sepeda, selain ukuran sepeda, yaitu Geometry Frame. Membahas Geometry Sepeda akan terasa lebih rumit dibanding hanya soal ukuran sepeda, karena Geometry sepeda akan selalu berubah untuk setiap ukuran sepeda terhadap ukuran tubuh pengendaranya. Namun jangan kawatir, pada tulisan berikutnya penulis akan mencoba menjelaskan secara rinci.

Semoga sedikit tulisan ini bisa memberi manfaat, dan jika ada yang kurang tepat, dikarenakan keterbatasan knowledge kami, silahkan berikan comment untuk perbaikan, kami akan sangat berterima kasih…Salam 2rodaMTB

Monday, November 5, 2018

Berlayar

Kulayari samodra ini entah sampai kapan...
Kapalku kubawa keujung jauh disana...
Kujaga arahnya meski angin dan ombak menerpa...
Barisan karang tajam bagaikan iri turut menghadang...
Tak mudah mengendalikan...
Memang, ku tak sendiri menebar layar...
Bersama jurumudiku kukendalikan bahtera...
Dibantu kelasi ringankan beban...
Komando kujalankan, perintah kuberikan...
Dengan harapan jalurnya tetap terjaga...

Namun segalanya tidak selalu mudah...
Banyak mau yang aku ingin...
Tak selalu inginku adalah maunya...
Itulah pernak pernik indahnya...
Disini dewasaku disemai...
Disitulah sabarku diuji...

Lima belas tahun bahtera kami berlayar...
Banyak tempat kami labuhi...
Banyak harapan kuraih bersama...
Bahagia, sedih, gembira, kecewa silih berganti mengakrabi...

Tempat tujuku masih sangat jauh didepan...
Asa, kami bentang luas didepan…
Harap kami sama, menatap hidup lebih optimis…
Cita-cita kami teguh, membawa bahtera ini untuk terus berlayar...
Berlayar dengan segenap hati kami...

Balikpapan, malam sebelum tidur 8 Juni 2009
”Kudedikasikan untuk kebersamaan kami yang telah menempuh ujian selama 15 tahun, 9 Juni 1994 – 9 Juni 2009”

Paradoks Kehidupan Beragama

Kita sadari bahwa diri kita sebagai manusia harus terjadi proses balancing antara kehidupan sosial kita dengan kehidupan beragama, sehingga kesadaran beragama kita akan menciptakan resultante positif berupa kesalehan sosial, yang diwujudkan dalam kehidupan sosial yang bermoral. Tentunya kita harapkan bahwa Kesadaran Beragama dengan kesalehan sosial menjadi pondasi iman dan takwa, kebesaran jiwa, kebersihan nurani, sehingga dapat melahirkan pandangan optimis dalam menatap masa depan.

Saat ini banyak symptom yang kita lihat bahwa kesadaran beragama telah kehilangan sukma transformatifnya, beragama hanya sebagai alat pencitraan diri. Banyak kamuflase semarak ritual beragama, ada yang melakukan repetitif ibadah haji, namun dalam kesempatan lain melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang yang beriman, ada yang dalam kehidupan sehari2 tidak mencerminkan kehidupan seorang muslimah yang baik, tiba2 dalam bulan suci ramadhan berperilaku santun sebagai mana muslimah yang baik. Paradoks kehidupan beragama seperti ini sudah sangat jamak kita lihat disekitar kita.

Hal ini terjadi karena kehidupan beragama berada pada ruang yang exclusive, terpisah dari kehidupan sosial, kesadaran beragama berada diluar tindakan praktis. Disini terjadi kekacauan konseptual dalam mempertalikan peribadatan agama dengan tindakan praktis. Ritualitas agama bermakna hampa, hanyalah sebagai pemenuhan terhadap tuntutan yang bersifat legalistik formal. Selalu berpijak pada tataran pemikiran kalkulatif dan matematis menurut takaran pragmatisme dan materialisme.

Marilah dengan sekuat tenaga kita lakukan balancing dalam hidup ini sehingga kesadaran beragama kita dapat mewujudkan kesalehan sosial....Amin

april 19, 2009

Aku, Iblis & Malaikat

Aku ini manusia...
Bukan Iblis, bukan pula malaikat...
Maka, aku berupaya menjadi sejatinya manusia...
Tidak gampang memang, namun juga tidak susah...
Kita tahu, mana sifat manusia, mana sifat iblis, dan juga sifat malaikat...
Namun terkadang, kita tidak tahu atau tidak mau tahu, bahkan pura2 tidak tahu...
Oleh manusia lain, manusia kadang terlihat seperti iblis...
Namun adakalanya terlihat bak malaikat...
Namun sejatinya kita tidak pernah tahu, lebih menyerupai yang mana...
Hanya mereka saja dan Tuhannya yang tahu, lebih mirip yang mana dirinya...
Tipis memang bedanya...
Di dunia ini tak ada yang putih sekali ataupun yang benar2 hitam...
Yang ada hanyalah abu2...
Abu2 kehitaman atau abu2 keputihan...
Semua bergantung kepada diri kita...
Akan kita geser kearah mana warna hati kita...
Putihkah, atau hitamkah ?...
Wallahualam...

June, 2009

Cinta

Cintailah yang harus kau cinta
Cintailah yang perlu kau cinta
Cintailah yang ingin kau cinta

Cinta adalah keniscayaan
Cinta tak bisa direncanakan
Cinta mulia tak terkirakan

Cinta akan membuatmu bergairah
Cinta akan membuatmu bersemangat
Cinta akan membuatmu penuh harapan

Mencintai adalah naluri
Dicintai adalah karunia
Saling mencinta adalah takdir

Cintaku kan kubalut dengan sayang
Cintaku kan kupendam dalam hati
Cintaku kan kubawa sampai mati

Hidup tak kan berarti tanpa cinta

Balikpapan, tengah malam, 30 Mei 2009

Tuesday, October 30, 2018

Gowes Taman Safari

Pagi hari yang cerah, Sabtu 27 Oktober 2018, jam 06.05, kami ber-tujuh (sementara 2 anggota sdh menunggu di lokasi start) bersiap loading sepeda untuk jelajah Songsong - Wonosari Tea Plantation - Taman Safari Prigen. Sekitar 7.30 waktu Songsong bike tracking diawali di ketinggian 633 m dpl menyusur jalan aspal mulus sampai wisata kebun teh wonosari pada ketinggian 900 an meter dpl, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Pada tahap ini kami bertemu dengan rombongan gowes RB dalam jumlah banyak, dan tak sedikit dari mereka adalah kaum hawa. Sampai disini etape awal dilalui dengan mulus dengan interval di warung tradisional dekat kolam renang, dengan seruput teh Rolas yang diseduh dengan air dari mata air wonosari yang membuat cita rasa teh menjadi sempurna. 


Etape berikutnya adalah bike Off Road, dengan menyusur jalan kebun yang biasanya dilalui truck pengangkut daun teh hasil petik. Sejauh mata memandang hamparan tanaman teh yang begitu indah menyejukkan mata dengan latar belakang Gunung Arjuna menjualang di sebelah barat. Tak mau melewatkan moment yang indah ini, tanpa dikomando masing2 berhenti untuk berpose cetak digital dari HP-nya mbah Soet, karena selain HP-nya mbah Soet paling bagus, yang punya HP sangat ringan tangan untuk ambil gambar, meskipun diakhir sesi photo selalu minta foto sendiri (Ha33x…). Setelah melalui jalan berbatu dan berdebu yang membelah kebun teh yang terhampar di lahan seluas lebih dari 1.100 ha, tak lama kemudian kami pun melewati Pos Afdeling Gebug Lor. Rute berlanjut dengan hutan kecil, ladang kopi yang kondisinya kurang bagus karena hujan yang tak kunjung datang membasahi. Ditengah ladang yang kering kerontang roda sepeda mbah No tiba2 kempis, dengan sigap David anggota biker08 paling muda segera menukarnya dengan ban dalam baru. Sejurus kemudian saya berdua dengan p.Mar anggota paling senior yang terhenti cukup lama karena mengalami kram paha datang menghampiri rombongan yang sudah lebih dahulu. Sambil beristirahat kami nikmati snack bekal kami dan sebatang cigarette kretek mild. Tak lama kemudian kami susuri aspal pendek untuk kemudian masuk lagi jalur offroad, namun sebelum itu p.Mar mengalami kram yang cukup parah, sementar rombongan sudah melanjutkan perjalanan. Kami berdua terpaksa istirahat di teras rumah penduduk, sambil saya cari es batu untuk kompres, ibu pemilik rumah yang baik hati itu datang membawa teko plastic berisi teh panas dengan 2 gelas kosong. Tahapan ini diakhiri di hutan pinus yang teduh, dan disini kita beristirahat cukup lama, melepas Lelah sambil cetak gambar digital yang tidak ada putusnya seperti lembar seluloid jaman baheula.



Etape berikutnya adalah mengelilingi areal taman safari dengan menyusuri pinggir pagar pembatas area Taman Safari Indonesia II. Sepanjang rute ini didominasi oleh hutan tanaman pinus produktif yang nampak disana sini terdapat kaleng sadapan yang menempel dipohon. Track offroad ini berakhir di samping pintu masuk ticketing Taman Safari. Selanjutnya roda sepeda dimanja oleh jalan aspal mulus yang menukik dari ketinggian 750-an meter dpl menuju 265 m dpl, kami berpacu dengan nyali untuk menaklukkan decline track tersebut dengan speed mencapai 72 km/jam dan berakhir di resto Kemangi yang terletak disamping pintu masuk utama Taman Safari.



Setelah sekitar 5 jam gowes dengan jarak tempuh 28.3 km, kami akhiri dengan santap siang bersama, sebelumnya tentu bersih2 badan terlebih dahulu, dan menunaikan sholat dhuhur. Rasa penat yang masih menempel kuat di otot, dan rasa sakit yang masih membekas akibat kram, terbayar lunas dengan experience sepanjang perjalanan, dan senda gurau ala biker08. Terima kasih nDan Mayur, den Hugup, Pace, mBah Soet, David, mBah No, pak Mar, mas Fuad, juga 2 driver kami lik Huri dan mas Arif. Demikian sobat gowes, cerita yang bisa kita bagi kali ini, salam 2rodaMTB.




resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut