Sunday, August 16, 2020

BAGAIMANA MEMILIH TENDA PENDAKIAN


Camping adalah  “ACCESSORIES” dari banyak kegiatan OUTDOOR yang sering dilakukan, baik itu rekreasi alam bersama keluarga, jelajah alam bersepeda (Offroad MTB), touring motor ataupun kegiatan pendakian. Untuk itu perlengkapan yang wajib dimiliki adalah TENDA untuk berkemah, yang Type atau jenisnya untuk masing2 kegiatan outdoor tersebut pastilah berbeda. Kali ini saya mencoba mengulas bagaimana memilih jenis tenda yang sesuai dengan kegiatan outdoor kita. Meskipun saya sudah memiliki tenda yang lumayan bagus keluaran Great Outdoor, ternyata masih perlu tenda yang lain untuk kegiatan pendakian, karena tenda yang saya punya meskipun kokoh dan sangat nyaman untuk berkemah namun beratnya mencapai 10 Kg, jika tenda ini dibawa saat hiking, disamping penuh2-in keril juga sangat berat pastinya, dan tenda jenis ini cocoknya untuk rekreasi keluarga dimana bisa membuka kemah yang tidak jauh dari posisi parkir mobil kita.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memilih tenda untuk pendakian, yang pertama adalah tentu bobotnya, adalah jenis tenda ultra light yang sekarang sudah banyak tersedia dipasaran, untuk kapasitas 3 orang beratnya tidak sampai 3 kg, dan packing-nya juga tidak memakan tempat, sehingga tidak menyusahkan kita saat dibawa naik gunung. Terkait bobot dipengaruhi oleh faktor bahan, untuk frame serat karbon tentunya lebih ringan dibanding alumunium atau besi. Sedangkan semakin baik bahan flysheet (ketebalan bahan dan coating waterproof), juga akan semakin menambah bobot keseluruhan tenda. So bijak-bijaklah dalam memilih tenda untuk memenuhi kebutuhanmu.

Kebanyakan kain tenda menggunakan bahan dari Polyester atau Nylon yang dilapisi bahan tahan air. Sebenarnya ada satu lagi jenis bahan kain tenda yaitu dari serat karbon, namun demikian bahan ini jarang digunakan karena mahal. Kain tenda biasanya dinyatakan dalam ukuran 20D, 40D, 60D, dst, dimana huruf D adalah singkatan dari Denier atau ukuran berat serat benang sepanjang 9.000 meter ( 9.000 meter serat sutra beratnya 1 gram). Jadi untuk bahan yang sama semakin tinggi nilai D maka semakin kuat namun semakin berat.  Bahan kain tenda juga ada yang dinyatakan dalam 190T, 210T, dst, ini menyatakan thread count atau kerapatan benang, angka 190T menyatakan bahwa dalam 1 squre inch terdapat 190 helai benang. Maka pada bahan kain yang sama, semakin besar Denier (D), maka semakin kecil thread Count-nya (T). Agar kain tenda tidak tembus air, maka perlu diberikan lapisan anti air pada permukaannya. Bahan pelapis kain polyester adalah polyurethane (PU) sedangkan bahan pelapis kain nylon adalah silicone elastomer (silnylon). Perlu diketahui bahwa kebanyakan tenda berbahan kain dari nylon dengan pelapisnya Silicon lebih mahal dari pada tenda berbahan polyester + PU, tentunya dengan segala kelebihannya yang antara lain kain nylon lebih tahan abrasi dibanding polyester, sementara pelapis silicone (silnylon) lebih tahan air dibanding PU, bersifat elastis dan lebih stabil diberbagai kondisi UV dan temperatur, satu lagi keunggulan silnylon adalah licin, sehingga jika tertimpa salju akan lebih mudah meluncur turun, sehingga tidak sampai mengembun didalam tenda dan tidak membebani tenda. Ketahanan terhadap rembesan air dinyatakan dalam satuan “mm”, misalkan 3.000mm, 5.000mm, 10.000mm. Semakin tinggi nilai mm maka akan semakin kedap air, namun demikian dengan semakin tebal coating maka akan semakin berat dan kaku yang menyebabkan mudah robek, dan juga harus diperhitungkan kemampuan kain untuk bernafas agar tenda tidak panas, jadi bukan berarti tenda yang mempunyai rating mm semakin tinggi akan semakin baik. Sebagai gambaran, payung pada umumnya mempunyai nilai kedap air 400-an mm, namun sudah mampu melindungi diri kita agar tidak basah dari air hujan, sehingga pabrikan men-design tendanya dengan kemampuan kedap air tertentu  tentunya dengan pertimbangan yang sudah dipikirkan sesuai peruntukannya. Pada prinsipnya, untuk tenda pendakian design didasarkan pada 3 pertimbangan utama yaitu : Light Weight – Waterproff Scale – Tear Strength, dan tentunya plus faktor utama  dalam commerce yakni “HARGA”. Semoga sobat semua tidak menjadi bertambah bingung dengan penjelasan diatas, dengan harapan bahwa dalam berbagai kasus, semakin kita memahami persoalan yang dihadapi maka semakin tepat keputusan atau solusi yang kita buat, termasuk dalam hal membuat pilihan tenda.

Yang berikutnya adalah tentang “Features”, karena sesuai dengan peruntukannya, pabrikan mendesign tenda sedemikian rupa agar memuaskan customer-nya.

1. Dari kemudahan mendirikan tenda, terutama bagi solo hiker maka hal ini menjadi penting, biasanya tenda jenis DOME hanya diperlukan 2 frame penyangga untuk mendirikan tenda, yang mudah didirikan meskipun dilakukan oleh satu orang tanpa bantuan siapapun.

2. 50 cm bagian paling bawah inner layer terbuat dari bahan tahan angin, sehingga saat kita tidur terlindung dari hembusan angin.

3.  Jika memungkinkan pilihlah tenda yang menyediakan ruang diluar ruang utama untuk tidur, ini bisa dipergunakan untuk menaruh peralatan pendakian kita yang basah sehingga ruang utama untuk tidur tetap terjaga kering dan bersih sehingga nyaman untuk beristirahat, selain itu dalam keadaan hujan bisa digunakan untuk memasak.

Penting sekali untuk memilih tenda yang mempunyai kekuatan berdiri yang cukup tangguh melawan hempasan angin yang cukup besar, dengan memastikan frame tidak mudah patah, pasaknya cukup, dan tali penguatnya pada titik yang tepat, karena di ruang terbuka dan di atas gunung sering terjadi badai, yang berpotensi merusak acara yang sudah direncanakan dengan baik.

Maka bagi sobat alam, sebelum menetapkan pilihan sebaiknya pelajari dulu kharakteristik tenda yang akan dibeli, pastikan memenuhi sebagian besar aspek yang anda harapkan untuk memenuhi kebutuhan hobi anda. Dan bagi saya pribadi, yang melakukan pendakian dengan team 3 orang dengan frekuensi pendakian yang tidak terlalu sering, pilihan jatuh kepada Tenda NATURHIKE LAWU NH18ZP001. Tenda LAWU tersebut adalah tenda baru saya, yang dibeli dari GEBYAR BELANJA KEMERDEKAAN online shop "hikenrun" dengan discount 45% (harga sering menjadi faktor yang paling penting bagi banyak orang termasuk saya, faktor lainnya menjadi next consideration...he33x)

Dalam tulisan ini, informasi saya pelajari dengan melakukan googling pada berbagai laman yang terkait dengan topik, sehingga apabila terdapat kesalahan, mohon bagi yang lebih paham agar menuliskan koreksi dalam kolom komentar, dan yang paling penting semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi yang memerlukannya dan sebelumnya tidak mengetahui informasi tersebut.


Tuesday, August 11, 2020

TREKKING LEMBAH KIDANG LERENG ARJUNA

Lembah kidang adalah salah satu spot yang sangat indah pada jalur pendakian Gunung Arjuna via Taman Safari/ Kaliandra atau rute Tretes/ Kakekbodo, padang rumput yang luas dikelilingi oleh hutan cemara membuat lokasi ini terlindung dari angin sehingga pas banget untuk nge-camp. Berada di ketinggian 2.500 mdpl, posisinya kira-kira berada ditengah-tengah Segitiga Welirang – Ringgit – Arjuna, dan dari lokasi ini puncak Ogal-Agil terlihat sangat jelas di arah selatan, yang seolah-olah tersenyum mengejek kita, “apakah mampu menjejakkan kaki di puncaknya”, karena dalam jarak line of site kurang lebih 1.500 meter puncak Ogal-Agil terlihat menjulang ke awan, pasti sangat berat jalur pendakian rute ini.

Aktifitas trekking-ku ternyata sekarang sudah mengalahkan rutinitas offroad cycling karena ada “keasyikan” baru didalamnya, itung-itung ngurangi traffic load, karena sejak pandemi euforia bersepeda sudah menjadi trend. Kali ini kami bertiga mencoba trekking menuju Lembah Kidang, start dari Taman Jendela Langit di Kaliandra. Di awal benak kami, rute ini tidak akan terlalu berat, karena dari informasi yang saya dapatkan dari banyak tulisan blog sobat pendaki, pendakian Gunung Arjuna jalur Lawang/ Kebun Teh Wonosari adalah yang paling berat, namun ternyata jalur ini bisa membuat kapok yang pernah melaluinya, karena sepanjang track-nya tak ada ruas yang datar, sepanjang jalur kurang lebih 6.5 Km adalah tanjakan, bahkan banyak diantaranya track bebatuan yang sangat terjal. Sebenarnya target utama kami bukan lembah Kidang, namun batasan waktu trekking sampai dengan pukul 14.00, dan segera setelah itu turun kembali, karena tidak ingin kejadian kemalaman di gunung seperti terjadi di Gunung Anjasmoro terulang kembali.

Trekking Start Point dimulai dari Taman Jendela Langit. Perlu sobat pendaki ketahui bahwa untuk mencapai lokasi ini, bagi yang berangkat dari surabaya bisa melalui jalan Indrokilo, setelah keluar dari pintu TOL Pandaan menuju malang, kurang lebih 850 meter belok kanan (jika belok kiri ke Rawon Jetak), ikuti saja jalan Indrokilo sepanjang 6.5 km, jika ada petunjuk arah Talu Nongko ikuti saja, sebelum SDN Dayurejo III belok kanan, ikuti jalan ini sampai ke lokasi Taman Jendela Langit. Sedangkan yang dari Malang, bisa melalui akses menuju Taman Safari. Ruas jalan terakhir menuju Taman Jendela Langit sepanjang kurang lebih 2.5 km adalah jalan makadam sempit menanjak dengan batu-batu yang tertata sangat kasar, sehingga laju mobil harus sangat pelan dijalur ini. Tempat parkirnya dijaga 24 jam, sehingga saat Jalur Pendakian sudah dibuka kembali para pendaki bisa melalui jalur ini tanpa khawatir harus menyimpan mobil dimana. Bagi yang khawatir mobilnya tidak mampu menanjak di jalan makadam kasar, bisa memilih parkir di rest area bawah, disini sudah ada ojek motor maupun ojek mobil, atau jika tidak ingin keluar tambahan ongkos ojek, maka harus berjalan sepanjang 2.5 km menuju Taman Jendela Langit.

Setelah titip2 mobil ke panjaga parkir, pukul 7.45 kami bertiga mulai trekking dari ketinggian 1.100-an mdpl. Track awal adalah makadam yang masih landai, setelah 5 menit perjalanan baru kita jumpai tanjakan di jalan setapak yang lumayan membuat nafas cepat terengah-engah. Sampai kali batu tempat aliran air terjun Gumandar, jalannya naik terjal dengan track berbatu. Untuk diketahui bahwa air terjun gumandar saat musim kemarau tidak ada airnya sama sekali. Sobat pendaki, sebelum mencapai kali Batu Gumandar kita ikuti jalan setapak ke kanan menyeberang kali, ancer2nya adalah keberadaan 2 pohon di tengah2 rerumputan. Setelah itu jalan setapak berundak berbatu sangat terjal, setelah kurang lebih 1 jam 15 menit perjalanan maka akan kita jumpai pipa air dari besi. Untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa, secara swadaya mereka membangun instalasi pipa air untuk mengalirkan air dari sumber air diatas lembah Kidang, sehingga jalur pipa tersebut bisa menjadi panduan kita menuju lembah Kidang. Tak seperti biasanya, sejak dari bawah raut muka rekan MB tidak nampak ceria, dan terkesan menahan sesuatu dan nampak lelah, beberapa kali harus berhenti karena kelelahan. Nampaknya bukan lelah penyebab MB kurang bersemangat, ternyata sejak dari bawah sudah merasakan penderitaan karena perutnya mules. Dan akhirnya karena sudah tidak tahan lagi, dia lari ke semak-semak untuk menunaikan tugasnya, sementara kami menunggu sampai habis 2 batang rokok. Setelah akhirnya nampak MB muncul dari rimbunan semak wajahnya sudah sangat ceria, tidak seperti sebelumnya, maka trekking menjadi lebih bergairah dan berjalan lebih cepat.

Pos peristirahatan setelah Gumandar adalah Terminal MPS (Masyarakat peduli Sumber), lokasi ini ditandai dengan plakat bertuliskan “Terminal MPS 36 Jatiarjo”, terdapat balok kayu yang bisa digunakan duduk beristirahat, dan juga terdapat air bersih, keluar dari bocoran pipa air. Kami tidak lama disini, karena mengejar target sebelum pukul 14.00 harus sudah mencapai lembah Kidang. Sepanjang perjalanan kami berada di sebelah selatan lereng Gunung Ringgit, dengan track yang terus menanjak tiada akhir, yang memaksa kami beberapa kali harus berhenti untuk menurunkan heartrate yang telah mencapai angka maximal 167 bpm. Setelah melewati padang ilalang yang cukup luas, sampailah kami di Sawahan Banyu Kuning atau taman Lavender. Tipikal Area sekitar Arjuna, kabut tebal datang dan pergi dengan begitu cepat, dan saat kami sampai di Taman Lavender kabut tebal turun menyelimuti area ini, bagus sekali untuk pengambilan foto yang nampak lebih dramatic. Waktu menunjukkan sudah masuk Dhuhur, dan karena disini tidak ada sumber air, maka kami putuskan segera meneruskan perjalanan untuk mendapatkan sumber air, dan tidak sampai setengah jam perjalanan kami menemukan air bersih yang keluar dari pipa bocor, maka segera saja kami beristirahat untuk menunaikan sholat Dhuhur disini. Dari Taman Lavender ini sebetulnya kami keluar dari jalur pendakian yang ditunjukkan Maps dari aplikasi pendakian, yang arahnya menyimpang ke kiri, namun karena untuk sampai ke lembah Kidang harus mengikuti jalur pipa air, maka kami ikuti saja jalurnya. Tepat pukul 13.00 kami menjumpai area yang lumayan lapang, dimana ada batu yang bisa dipakai duduk beristirahat, sehingga kami putuskan untuk buka bekal disini, disamping itu rasa lapar sudah mengganggu perjalanan. Cita rasa makanan apapun pastinya 5x lebih maknyus dibanding dibawah, termasuk bekal makanan kami, masBro mBak Sis tak percaya...silahkan dicoba sendiri, he3x.


Alhamdulillah, setelah menempuh jarak kurang lebih 6.5 Km dalam rentang waktu hampir 6 jam, kami sampai di lembah Kidang, dan waktu menunjukkan pukul 13.55, yang artinya 2 target yang kami bidik yaitu jam 14.00 dan Lembah Kidang dapat kami penuhi keduanya pada trekking kali ini. Kami memilih tempat beristirahat yang cukup nyaman dibawah pepohonan dan menghadap ke selatan, sehingga saat rebahan di rumput yang empuk mata kami lurus menghadap puncak Ogal-Agil yang terlihat dengan sangat jelas dan cukup dekat. Penat badan ini langsung luntur terobati oleh kesunyian, keasrian, kemegahan alam ciptaan gusti Allah yang tak mungkin dapat disaingi oleh maha karya sejuta Architect-pun.


Lembah Kidang ini bisa sebagai transit untuk pendakian ke Arjuna maupun Welirang. Setelah cukup lama beristirahat dan menikmati pemandangan alam, sekaligus mengembalikan stamina, kamipun segera turun. Namun sebelum turun kami explore kurang lebih 300 meter jalur pendakian menuju Gunung Welirang, dan ternyata ada space untuk mendirikan 4 tenda, yang posisinya terlindung pepohonan Cemara, berada di depan Goa yang didalamnya terdapat air bersih yang menetes dari sela-sela bebatuan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan minum, disini bisa menjadi alternatif nge-camp.


Waktu hampir menunjukkan pukul 15.15, segera saja kami balik untuk turun. Karena stamina tubuh sudah kembali fit, maka speed kami geber pakai gigi 6 dengan harapan tidak kemalaman di perjalanan. Trekking turun memang tidak terasa melelahkan, namun dengkul bener-benar menanggung beban yang sangat berat. Kami terus berpacu dengan waktu, apalagi leading trekker MB tidak pernah mengendorkan speed-nya, sehingga saya harus sedikit lari2 kecil untuk mengimbanginya. Alhasil, setelah kurang lebih 1 jam 30 menit, sesampainya kami di Terminal MPS, stamina sudah benar-benar terkuras, dan perjalanan semakin lambat, ditambah lagi sejak Terminal MPS track pendakian berbatu dan curam, diperlukan kehati-hatian untuk menuruni track ini, karena kondisi badan yang sudah letih akan sangat mudah oleng. Sangat dianjurkan untuk menggunakan bantuan Trekking Pole. Karena ritme jalan kami sudah jauh menurun, akibatnya kejadian Anjasmoro terulang kembali, kami menuruni gunung dikegelapan, untung saja salah satu dari kami, PakDhe membawa cadangan flashlight, meskipun dengan lumen yang tidak besar namun sangat membantu menerangi perjalanan kami. Sedikit saran, saat pendakian agar benar2 memperhatikan persimpanagn yang kita lalui, bila perlu catat atau difoto, dan bila perlu ditandai, karena saat turun dengan kondisi letih apalagi di kegelapan, konsentrasi kita sudah jauh menurun, yang memungkinkan bisa salah ambil jalur. Akhirnya kami sampai di Taman Jendela Langit pukul 18.00. Sekali lagi alhamdulillah, kami dapat melakukan Tek-Tok lembah Kidang dengan lancar dan selamat, setelah ngopi di Cafe Jendela Langit untuk menghangat badan dan mencegah ngatuk saat driving menuju Malang, maka segera saja kami meneruskan perjalanan pulang.


Semoga sedikit pengalaman yang kami tuangkan dalam tulisan ini bisa menjadi “share” yang bermanfaat bagi sobat alam semuanya, untuk bisa lebih mencintai alam maupun sebagai panduan untuk melakukan hal yang sama. Dan sedikit catatan kami, bekas kebakaran hutan masih terlihat jelas bekasnya, nampak batang pohon yang kulit kayunya hangus, dan yang lebih membuat sedih adalah menyaksikan pipa paralon jalur air yang gosong meleleh karena panas, tak terbayangkan betapa sedihnya masyarakat desa yang mengandalkan air darinya, alhamdulillah saat pendakian kami, sudah tergantikan dengan pipa besi yang terpasang dengan kokoh. Satu lagi catatan kecil dari trekking kali ini adalah di jalur pendakian Kaliandra ini banyak sekali sampah plastik yang tercecer, ajakan saya bagi siapapun yang benar-benar mencintai alam, jangan tinggalkan sampah non organik di gunung & hutan, seperti semboyan para pendaki, “Don’t Leave anything but FootPrint and Don’t take anything but Picture”.

Salam 3angleTOP

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut