Tuesday, August 11, 2020

TREKKING LEMBAH KIDANG LERENG ARJUNA

Lembah kidang adalah salah satu spot yang sangat indah pada jalur pendakian Gunung Arjuna via Taman Safari/ Kaliandra atau rute Tretes/ Kakekbodo, padang rumput yang luas dikelilingi oleh hutan cemara membuat lokasi ini terlindung dari angin sehingga pas banget untuk nge-camp. Berada di ketinggian 2.500 mdpl, posisinya kira-kira berada ditengah-tengah Segitiga Welirang – Ringgit – Arjuna, dan dari lokasi ini puncak Ogal-Agil terlihat sangat jelas di arah selatan, yang seolah-olah tersenyum mengejek kita, “apakah mampu menjejakkan kaki di puncaknya”, karena dalam jarak line of site kurang lebih 1.500 meter puncak Ogal-Agil terlihat menjulang ke awan, pasti sangat berat jalur pendakian rute ini.

Aktifitas trekking-ku ternyata sekarang sudah mengalahkan rutinitas offroad cycling karena ada “keasyikan” baru didalamnya, itung-itung ngurangi traffic load, karena sejak pandemi euforia bersepeda sudah menjadi trend. Kali ini kami bertiga mencoba trekking menuju Lembah Kidang, start dari Taman Jendela Langit di Kaliandra. Di awal benak kami, rute ini tidak akan terlalu berat, karena dari informasi yang saya dapatkan dari banyak tulisan blog sobat pendaki, pendakian Gunung Arjuna jalur Lawang/ Kebun Teh Wonosari adalah yang paling berat, namun ternyata jalur ini bisa membuat kapok yang pernah melaluinya, karena sepanjang track-nya tak ada ruas yang datar, sepanjang jalur kurang lebih 6.5 Km adalah tanjakan, bahkan banyak diantaranya track bebatuan yang sangat terjal. Sebenarnya target utama kami bukan lembah Kidang, namun batasan waktu trekking sampai dengan pukul 14.00, dan segera setelah itu turun kembali, karena tidak ingin kejadian kemalaman di gunung seperti terjadi di Gunung Anjasmoro terulang kembali.

Trekking Start Point dimulai dari Taman Jendela Langit. Perlu sobat pendaki ketahui bahwa untuk mencapai lokasi ini, bagi yang berangkat dari surabaya bisa melalui jalan Indrokilo, setelah keluar dari pintu TOL Pandaan menuju malang, kurang lebih 850 meter belok kanan (jika belok kiri ke Rawon Jetak), ikuti saja jalan Indrokilo sepanjang 6.5 km, jika ada petunjuk arah Talu Nongko ikuti saja, sebelum SDN Dayurejo III belok kanan, ikuti jalan ini sampai ke lokasi Taman Jendela Langit. Sedangkan yang dari Malang, bisa melalui akses menuju Taman Safari. Ruas jalan terakhir menuju Taman Jendela Langit sepanjang kurang lebih 2.5 km adalah jalan makadam sempit menanjak dengan batu-batu yang tertata sangat kasar, sehingga laju mobil harus sangat pelan dijalur ini. Tempat parkirnya dijaga 24 jam, sehingga saat Jalur Pendakian sudah dibuka kembali para pendaki bisa melalui jalur ini tanpa khawatir harus menyimpan mobil dimana. Bagi yang khawatir mobilnya tidak mampu menanjak di jalan makadam kasar, bisa memilih parkir di rest area bawah, disini sudah ada ojek motor maupun ojek mobil, atau jika tidak ingin keluar tambahan ongkos ojek, maka harus berjalan sepanjang 2.5 km menuju Taman Jendela Langit.

Setelah titip2 mobil ke panjaga parkir, pukul 7.45 kami bertiga mulai trekking dari ketinggian 1.100-an mdpl. Track awal adalah makadam yang masih landai, setelah 5 menit perjalanan baru kita jumpai tanjakan di jalan setapak yang lumayan membuat nafas cepat terengah-engah. Sampai kali batu tempat aliran air terjun Gumandar, jalannya naik terjal dengan track berbatu. Untuk diketahui bahwa air terjun gumandar saat musim kemarau tidak ada airnya sama sekali. Sobat pendaki, sebelum mencapai kali Batu Gumandar kita ikuti jalan setapak ke kanan menyeberang kali, ancer2nya adalah keberadaan 2 pohon di tengah2 rerumputan. Setelah itu jalan setapak berundak berbatu sangat terjal, setelah kurang lebih 1 jam 15 menit perjalanan maka akan kita jumpai pipa air dari besi. Untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat desa, secara swadaya mereka membangun instalasi pipa air untuk mengalirkan air dari sumber air diatas lembah Kidang, sehingga jalur pipa tersebut bisa menjadi panduan kita menuju lembah Kidang. Tak seperti biasanya, sejak dari bawah raut muka rekan MB tidak nampak ceria, dan terkesan menahan sesuatu dan nampak lelah, beberapa kali harus berhenti karena kelelahan. Nampaknya bukan lelah penyebab MB kurang bersemangat, ternyata sejak dari bawah sudah merasakan penderitaan karena perutnya mules. Dan akhirnya karena sudah tidak tahan lagi, dia lari ke semak-semak untuk menunaikan tugasnya, sementara kami menunggu sampai habis 2 batang rokok. Setelah akhirnya nampak MB muncul dari rimbunan semak wajahnya sudah sangat ceria, tidak seperti sebelumnya, maka trekking menjadi lebih bergairah dan berjalan lebih cepat.

Pos peristirahatan setelah Gumandar adalah Terminal MPS (Masyarakat peduli Sumber), lokasi ini ditandai dengan plakat bertuliskan “Terminal MPS 36 Jatiarjo”, terdapat balok kayu yang bisa digunakan duduk beristirahat, dan juga terdapat air bersih, keluar dari bocoran pipa air. Kami tidak lama disini, karena mengejar target sebelum pukul 14.00 harus sudah mencapai lembah Kidang. Sepanjang perjalanan kami berada di sebelah selatan lereng Gunung Ringgit, dengan track yang terus menanjak tiada akhir, yang memaksa kami beberapa kali harus berhenti untuk menurunkan heartrate yang telah mencapai angka maximal 167 bpm. Setelah melewati padang ilalang yang cukup luas, sampailah kami di Sawahan Banyu Kuning atau taman Lavender. Tipikal Area sekitar Arjuna, kabut tebal datang dan pergi dengan begitu cepat, dan saat kami sampai di Taman Lavender kabut tebal turun menyelimuti area ini, bagus sekali untuk pengambilan foto yang nampak lebih dramatic. Waktu menunjukkan sudah masuk Dhuhur, dan karena disini tidak ada sumber air, maka kami putuskan segera meneruskan perjalanan untuk mendapatkan sumber air, dan tidak sampai setengah jam perjalanan kami menemukan air bersih yang keluar dari pipa bocor, maka segera saja kami beristirahat untuk menunaikan sholat Dhuhur disini. Dari Taman Lavender ini sebetulnya kami keluar dari jalur pendakian yang ditunjukkan Maps dari aplikasi pendakian, yang arahnya menyimpang ke kiri, namun karena untuk sampai ke lembah Kidang harus mengikuti jalur pipa air, maka kami ikuti saja jalurnya. Tepat pukul 13.00 kami menjumpai area yang lumayan lapang, dimana ada batu yang bisa dipakai duduk beristirahat, sehingga kami putuskan untuk buka bekal disini, disamping itu rasa lapar sudah mengganggu perjalanan. Cita rasa makanan apapun pastinya 5x lebih maknyus dibanding dibawah, termasuk bekal makanan kami, masBro mBak Sis tak percaya...silahkan dicoba sendiri, he3x.


Alhamdulillah, setelah menempuh jarak kurang lebih 6.5 Km dalam rentang waktu hampir 6 jam, kami sampai di lembah Kidang, dan waktu menunjukkan pukul 13.55, yang artinya 2 target yang kami bidik yaitu jam 14.00 dan Lembah Kidang dapat kami penuhi keduanya pada trekking kali ini. Kami memilih tempat beristirahat yang cukup nyaman dibawah pepohonan dan menghadap ke selatan, sehingga saat rebahan di rumput yang empuk mata kami lurus menghadap puncak Ogal-Agil yang terlihat dengan sangat jelas dan cukup dekat. Penat badan ini langsung luntur terobati oleh kesunyian, keasrian, kemegahan alam ciptaan gusti Allah yang tak mungkin dapat disaingi oleh maha karya sejuta Architect-pun.


Lembah Kidang ini bisa sebagai transit untuk pendakian ke Arjuna maupun Welirang. Setelah cukup lama beristirahat dan menikmati pemandangan alam, sekaligus mengembalikan stamina, kamipun segera turun. Namun sebelum turun kami explore kurang lebih 300 meter jalur pendakian menuju Gunung Welirang, dan ternyata ada space untuk mendirikan 4 tenda, yang posisinya terlindung pepohonan Cemara, berada di depan Goa yang didalamnya terdapat air bersih yang menetes dari sela-sela bebatuan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan minum, disini bisa menjadi alternatif nge-camp.


Waktu hampir menunjukkan pukul 15.15, segera saja kami balik untuk turun. Karena stamina tubuh sudah kembali fit, maka speed kami geber pakai gigi 6 dengan harapan tidak kemalaman di perjalanan. Trekking turun memang tidak terasa melelahkan, namun dengkul bener-benar menanggung beban yang sangat berat. Kami terus berpacu dengan waktu, apalagi leading trekker MB tidak pernah mengendorkan speed-nya, sehingga saya harus sedikit lari2 kecil untuk mengimbanginya. Alhasil, setelah kurang lebih 1 jam 30 menit, sesampainya kami di Terminal MPS, stamina sudah benar-benar terkuras, dan perjalanan semakin lambat, ditambah lagi sejak Terminal MPS track pendakian berbatu dan curam, diperlukan kehati-hatian untuk menuruni track ini, karena kondisi badan yang sudah letih akan sangat mudah oleng. Sangat dianjurkan untuk menggunakan bantuan Trekking Pole. Karena ritme jalan kami sudah jauh menurun, akibatnya kejadian Anjasmoro terulang kembali, kami menuruni gunung dikegelapan, untung saja salah satu dari kami, PakDhe membawa cadangan flashlight, meskipun dengan lumen yang tidak besar namun sangat membantu menerangi perjalanan kami. Sedikit saran, saat pendakian agar benar2 memperhatikan persimpanagn yang kita lalui, bila perlu catat atau difoto, dan bila perlu ditandai, karena saat turun dengan kondisi letih apalagi di kegelapan, konsentrasi kita sudah jauh menurun, yang memungkinkan bisa salah ambil jalur. Akhirnya kami sampai di Taman Jendela Langit pukul 18.00. Sekali lagi alhamdulillah, kami dapat melakukan Tek-Tok lembah Kidang dengan lancar dan selamat, setelah ngopi di Cafe Jendela Langit untuk menghangat badan dan mencegah ngatuk saat driving menuju Malang, maka segera saja kami meneruskan perjalanan pulang.


Semoga sedikit pengalaman yang kami tuangkan dalam tulisan ini bisa menjadi “share” yang bermanfaat bagi sobat alam semuanya, untuk bisa lebih mencintai alam maupun sebagai panduan untuk melakukan hal yang sama. Dan sedikit catatan kami, bekas kebakaran hutan masih terlihat jelas bekasnya, nampak batang pohon yang kulit kayunya hangus, dan yang lebih membuat sedih adalah menyaksikan pipa paralon jalur air yang gosong meleleh karena panas, tak terbayangkan betapa sedihnya masyarakat desa yang mengandalkan air darinya, alhamdulillah saat pendakian kami, sudah tergantikan dengan pipa besi yang terpasang dengan kokoh. Satu lagi catatan kecil dari trekking kali ini adalah di jalur pendakian Kaliandra ini banyak sekali sampah plastik yang tercecer, ajakan saya bagi siapapun yang benar-benar mencintai alam, jangan tinggalkan sampah non organik di gunung & hutan, seperti semboyan para pendaki, “Don’t Leave anything but FootPrint and Don’t take anything but Picture”.

Salam 3angleTOP

1 comment:

  1. Terinspirasi dg pencapaian pendaki trail runing membuat pengen coba trek ini,walau tidak berlari mencapai target lembah kidang, sudah sangat membahagiakan ... mengingat jalur yg sangat menguras tenaga dengan paparan matahari sepanjang perjalanan. Next tantangan jalur lain perlu dicoba.

    ReplyDelete

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut