Monday, September 14, 2020

PENDAKIAN GUNUNG WELIRANG VIA KALIANDRA

Gunung Welirang adalah salah satu gunung berapi aktif, yang berada di 3 wilayah Pemerintahan Daerah Tingkat II Kota Batu, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto. Dalam satu garis lurus dari Utara keselatan berjajar 4 puncak dengan ketinggian diatas 3.000 mdpl, dengan urutan Puncak Welirang, Puncak Kembar 1, Puncak Kembar 2, dan Puncak Ogal-Agil gunung Arjuna, dan disebelah timur ada Gunung Ringgit yang berada di sebelah kanan track pendakian Arjuna-Welirang dari Kaliandra dan disebelah kiri rute pendakian via Tretes. Komplek pegunungan tersebut dibawah pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Raden Soerjo, juga komplek pegunungan Anjasmoro dan teman2nya yang terbentang sampai jombang dan mojokerto berada dalam pengendalian Tahura R. Soerjo, didalamnya didominasi oleh jenis vegetasi hutan alam cemara, vegetasi hutan hujan pegunungan dan padang rumput. Selain puncak Gunung, obyek wisata yang dapat dinikmati di kawasan Tahura R. Soerjo adalah Arboretum Sumber Brantas (asal mula sumber mata air kali Brantas), Pemandian air panas Cangar, Beberapa Air terjun (Coban Putuk Truno, Coban Watu Ondo, Coban Watu Lumpang, dll), pertapaan Indrokilo, puncak watu Jengger dan masih banyak lagi obyek wisata yang bisa dinikmati dikawasan ini.

Dipilihnya Gunung Welirang kali ini adalah karena puncaknya merupakan salah satu puncak di Pulau Jawa dengan ketinggian diatas 3.000 mdpl, atau sudah masuk kelas elite 3.000-an...he3x. Terdapat 2  jalur yang biasa diambil para pendaki untuk mencapai puncak welirang, yaitu jalur Cangar/ Sumber Brantas dan jalur Tretes/ Prigen, jalur Cangar relatif lebih pendek jaraknya dibanding jalur Tretes, karena start pendakian jalur Cangar berada di ketinggian 1.700-an mdpl, sementara di jalur Tretes kita mulai pendakian dari ketinggian 800-an mdpl. Disamping kedua jalur tersebut, kita juga bisa melalui jalur tak resmi rute Kaliandra/ Taman Safari, jalur ini sebenarnya untuk akses pendakian Gunung Arjuna, dimana biasanya nge-camp di Lembah Kidang sebelum summit attack, namun karena jarak Lembah Kidang ke Pos 3 Welirang (Pondokan) hanya 30 menit perjalanan, maka jalur ini juga sangat ideal untuk mencapai puncak Welirang, disamping kita juga mendapat bonus keindahan lembah Kidang, dan untuk pendaki yang ingin menaklukkan Puncak Welirang dan Arjuna secara berurutan maka lembah kidang adalah base camp paling ideal. Namun sayangnya, meskipun rute Kaliandra ini termasuk rute pendek, namun track yang ditawarkan sungguh menyiksa lutut, karena medannya sangat terjal berupa batu berundak.

Tidak seperti pengalaman Tek-Tok Lembah kidang dari Kaliandra (Kawasan Wisata Jendela Langit) yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya, dimana backpack kita kurang lebih hanya 3kg saja, namun kali ini pundak, pinggang, dan kaki ini dibebani carrier dengan beban 13Kg, baru seperempat perjalanan rasa-rasanya kaki ini tak akan bisa menginjak lembah kidang, namun karena semangat pantang menyerah, sampai juga kami ke Lembah Kidang, dengan catatan bahwa ditengah perjalanan beban carrier saya 1.5 kg pindah ke pundak PakDhe. Jika sebelumnya dengan sangat santai kami membutuhkan waktu kurang dari 6 jam untuk sampai di lembah Kidang, maka kali ini kami sampai harus butuh waktu lebih dari 7 jam. Cerita perjalanan Jendela Langit -  Lembah Kidang tidak perlu saya kupas pada tulisan kali ini, sobat dapat check pada tulisan saya sebelumnya “Trekking Lembah Kidang Lereng Arjuna”. Pada kesempatan kali ini saya akan ulas trekking dari lembah kidang menuju puncak Welirang 3.156 mdpl.

Kondisi cuaca di lembah Kidang sangat cerah, bulan pucat sudah terlihat sejak kami sampai di area camp, namun saat kami mendirikan tenda tiba-tiba saja tetesan air yang cukup rapat jatuh menerpa kami, kerena datangnya kabut yang tiba-tiba, dan uap airnya mengembun menetes bagai hujan, namun tidak berlangsung lama dan segera berhenti berganti dengan udara yang sangat cerah. Yang paling menyenangkan saat berkemah di Lembah kidang adalah adanya sumber air, meskipun kecil namun terus mengalir, sehingga kita tidak perlu susah membawa air bersih dari bawah, kemudian untuk kebelakang kita bisa membersihkan diri dengan air karena tidak semua orang bisa membersihkan diri dengan tissue selesai BAB, juga kita bisa membersihkan badan selepas berpeluh2 sehingga saat tidur ditenda menjadi nyaman. Untuk membuat api unggun saat malam hari, material tersedia melimpah, mulai dari trigger pembakaran dari daun cemara kering dan bahan utamanya kulit kayu pohon cemara yang mengelupas sangat mudah didapatkan berserakan dibawah pohon-pohon cemara. Sepanjang malam kami berkemah cuaca sangat cerah, tiada kabut turun sedikitpun, bulan meskipun tidak penuh, bersinar dengan sangat terang sehingga dapat menyinari area lembah kidang dengan baik. Suasana hening, ditengah hutan, di ketinggian, saat terang bulan malam minggu hanya kami nikmati  bertiga saja, MB, pakDhe, dan saya sendiri....mahal harganya masbro mbaksis, sangat langka untuk bisa mendapatkan yang seperti ini. Setelah api unggun menyala, disamping memberikan kehangatan, juga mengambil alih peran kompor yang kita bawa, kami masak dengan sumber panas dari bara api unggun. Setelah menikmati santap malam dibawah sinar bulan, dan menikmati suasana lembah Kidang di malam hari, akhirnya kami merebahkan badan di tenda untuk persiapan summit attack Welirang keesokan harinya.

Pada hari Minggu keesokan hari, setelah selesai sarapan dan merapikan tenda, kami berangkat memulai summit attack pada pukul 6.50. Dari lembah kidang ke Pos 3 Jalur Tretes atau yang dikenal dengan Pondokan (lokasi shelter penambang belerang), adalah jalan setapak datar yang cukup rimbun semak belukarnya, kami membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk sampai di Pondokan. Bagi rekan2 yang dari jalur Tretes biasanya nge-camp di area Pondokan, terdapat sumber air di lokasi ini meskipun tempatnya agak kotor. Diawali dengan jalan makadam yang cukup lebar, yang akhirnya menyempit berupa jalan tanah dan langsung menanjak gigi 1. Jalan tanah ini cukup panjang sampai akhirnya kami jumpai jalan dari bongkahan batu2 besar berserakan yang di beberapa ruas cukup sulit dilalui. Sampai kami di hutan cemara yang cukup indah dengan jalan setapak tanah ditengahnya, dari sini kita bisa melihat puncak Welirang dengan jelas. Track terus menanjak menyusuri sisi utara  lereng Gunung Kembar 1, setelah itu melintas di area yang cukup lapang untuk menyeberang ke lereng Welirang sisi selatan untuk kemudian memutari sampai pada sisi arah barat daya, dari sini kami mendapat line of sight kearah Sumber Brantas Batu, bumi pertanian BrakSeng sangat elok dilihat dari ketinggian, nampak juga kepulan uap air sumber air panas Cangar. Kemudian kami berbelok arah untuk naik menuju puncak. Akhirnya puncak Welirang tergapai kaki kami, ada banyak puncak diatas, kami menjejaki 2 puncaknya disebelah timur dan di sebelah selatan. Seperti kebanyakan puncak gunung berapi, puncaknya sangat gersang, dibumbui dengan asap belerang yang cukup menyengat dan angin yang bertiup sangat kencang. Dari puncak Welirang, sejauh mata memandang kita dapat melihat gunung-gunung disekitarnya, yang paling dekat di arah selatan sedikit ke timur, segaris lurus secara berurutan Kembar 1, Kembar 2, dan Puncak Ogal-Agil yang paling jauh nampak dengan jelas, bergeser sedikit lagi persis arah tenggara nampak puncak Mahameru terlihat menyembul diantara awan putih di kejauhan, kemudian di arah utara agak ketimur nampak Gunung Penanggungan menjulang didampingi gunung Bekel disebelah kanannya, sementara disebelah barat gugusan gunung Anjasmoro dan kawan-kawannya. Setelah puas menikmati ketinggian puncal Welirang, kami segera turun.



Pendakian Puncak welirang start dari lembah kidang membutuhkan waktu kurang lebih 3.5 jam dengan jarak tempuh sekitar 6 Km, sementara untuk turun sampai kembali ke Lembah Kidang kami butuh waktu sekitar 2.5 Jam, kira-kira pukul 13.00 kami sudah berada kembali di kemah kami. Rencana turun jam 14.00, ternyata tidak terlaksana, mengingat kondisi tubuh sudah sangat lelah, siksaan sebenarnya bukan hari ini, namun terjadi kemarin saat memanggul carrier dari Jendela Langit menuju Lembah Kidang. Karena terlena istirahat yang kebablasan, kami turun dari lembah kidang pukul 16.30.

Karena sudah prepare dengan perjalanan malam, kami sengaja memulai perjalanan dengan santai, menikmati suasana senja di pegunungan, dengan suasana yang berbeda tentunya. Meskipun sinar bulan mengiringi perjalan kami, namun kami sudah harus menyalakan senter sebelum sampai di MPS, karena jalan setapak kami sudah tak nampak jelas. Selepas MPS  kami harus extra hati-hati, mengingat track batu berundak sangat curam, ditambah tingkat kelelahan yang cukup parah, yang mempengaruhi keseimbangan kami, beberapa kali kami harus berhenti beristirahat di kegelapan, namun dengan bonus menikmati kerlap-kerlip lampu Prigen, Pandaan,dan kota disekitarnya, yang nampak Indah dan tentunya pemandangan seperti ini sangat langka bagi kami. Salut untuk pakDhe rekan yang paling senior, namun staminanya paling tangguh diantara kami, yang rela membawa beban paling berat. Sesampainya di pipa besar diatas niagara Gumandar, ibarat air ledeng stamina kami tidak lagi mengucur namun jatuh stetes demi stetes yang menggambarkan kelelahan yang sangat. Dengan kondisi lutut rekan MB yang terasa nyeri, maka semakin menahan laju langkah kami. Dari kejauhan kami sempat melihat penjaga parkir di Kawasan Wisata Jendela Langit memberikan kode arah dengan menyorotkan kedip lampu yang cukup terang, kamipun membalasnya menandakan kami masih dalam arah track yang benar, mereka memberikan kode mungkin karena khawatir kami tersesat, karena 2 minggu sebelumnya ada pasangan suami istri yang tersesat saat turun malam ketika trekking ke lembah Kidang, bahkan sampai harus dijemput keatas oleh penjaga parkir Jendela Langit. Alhamdulillah, puji syukur Yaa Allah, setelah kurang lebih 5 jam, kami sampai di area parkir mobil tepat pukul 21.30.

Sesampainya dibawah kami mendapati penjaga parkir masih terjaga, sempat beberapa saat kami ngobrol sambil melepas lelah, sebelum menginjak tuas gas untuk mengantarkan kami menuju Malang. Kira-kira pukul 23.00 kami sampai kembali di Malang dengan selamat, kami berpisah di jalan Ahmad Yani, saya langsung pulang menuju rumah, sementara pakDhe dan MB kearah Sawojajar. Seberat apapun yang telah kami lalui, tidak akan pernah menyurutkan semangat kami untuk melakukan hal yang sama pada kesempatan yang akan datang. Di ketinggian lereng dan puncak gunung, di sela-sela rerimbunan hijaunya daun pepohonan hutan, di tengah padang sabana, desiran angin yang menerpa dedaunan hingga suaranya terdengar syahdu di telinga juga hembusannya lebut membelai tubuh kita, dan suasana hening yang semuanya membangkitkan kedamaian yang tiada tara.

Tuhan telah menciptakan Indonesiaku dengan sangat indah, akan sangat bersalah jika kita tak mau menikmati karunia ini.

Akhirnya, Salam 3AngleTOP






0 comments:

Post a Comment

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut