Saturday, July 4, 2020

PENDAKIAN GUNUNG PENANGGUNGAN


Buka-buka info pendakian di suatu laman, ternyata Gunung Penangggungan sudah dibuka, untuk tahap uji coba pembukaan dilakukan di jalur “KEDUNGUDI”, sementara yang lain masih ditutup. Segera info tersebut saya sampaikan ke rekan MB, karena sebenarnya kami sudah lama merencanakan pendakian Gunung Penanggungan melalui jalur Jolotundo. Singkat cerita, bertiga kami sepakat pendakian dilakukan pada Sabtu 4 Juni 2020.

Kami berangkat dari Malang persis pada pukul 05.00, menuju desa Kedungudi kecamatan Trawas. Meskipun jalanan dari Prigen ke Trawas lebih susah, karena meliuk-liuk naik turun dengan derajad kemiringan yang lumayan extreme, kami pilih jalur ini dari pada lewat Ngoro Industri yang meskipun lebih nyaman tapi selisih jaraknya mencapai 15 Km. Kurang lebih pukul 6.10 kami sudah sampai di Desa Kedungudi, mobil kami titipkan di salah satu rumah penduduk, khawatir diatas tidak ada penjaga parkir, karena kami belum sepenuhnya yakin bahwa rute pendakian ini sudah dibuka. Dari tempat parkir, kami harus berjalan menuju Pos Perijinan Pendakian sepanjang 500 m , dan ternyata sudah banyak sepeda motor yang terparkir disitu, menurut informasi penjaga Pos Perijinan, jalur Kedungudi sudah dibuka sejak hari Sabtu seminggu sebelumnya.

Setelah melapor dan membayar karcis 10rb rupiah per orang, dan melakukan stretching, hiking Mount Penanggungan via jalur Kedungudi kami lakukan tepat pukul 06.37. Perlu diketahui bahwa Jalur Kedungudi ini terletak antara Jalur Tamiajeng dan Jalur Jolotundo. Pemandangan selama pendakian sangat bagus, disebelah kiri nampak Gunung Bekel berdiri kokoh dengan lerengnya nampak sangat terjal, sementara disebelah kanan Arjuna dan Welirang berdiri bersebelahan nampak sangat jelas, dengan Gunung Welirang berada lebih dekat ke arah Penanggungan. Seperti halnya jalur Jolotundo, sepanjang pendakian rute Kedungudi ini akan dijumpai banyak candi dengan urut-urutan Candi Carik – Candi Lurah – Candi Syiwa – Candi Guru – Candi Whisnu,  diatas candi Whisnu ada Goa Butol sebagai point of refference terakhir sebelum menuju puncak Pawitra. Bagi yang nge-camp saya sarankan mendirikan kemah di candi-candi tersebut, karena halaman candi cukup nyaman untuk beristirahat dan lebih terlindung dari angin karena setiap candi tersebut selalu memunggungi bukit, dari pada bermalam di puncak. Selama perjalanan di ketinggian kami disuguhi pemandangan luar biasa, di sebelah kanan kami di arah tenggara titik2 perumahan, guest house, hotel di Prigen & Trawas bagai kotak2 kecil yang berserakan, disebelah kiri arah Utara agak ke Barat Laut Luas Areal Ngoro Industri dengan atap2 pabrik yang besar terlihat sangat jelas, Jauh mata memandang arah Timur Laut nampak samar2 Pond Lumpur Lapindo menggenangi areal yang sangat luas, bisa kita bayangkan ribuan orang yang terusir dari desa kelahirannya karena suatu hal yang tidak mereka inginkan dan mungkin mereka kutuk sepanjang hidupnya, dari Selatan ke Utara dan kearah Timur garis jalan Tol Malang – Surabaya & Gempol – Probolinggo nampak dengan jelas, sementara di kiri kami Gunung Bekel dengan setia mengiringi pendakian kami dan di kanan kami Arjuna Welirang memandangi kami yang sedang terengah-engah sambil mengusap peluh, dan sesekali meneguk air minum untuk menawar dahaga kami bertiga, di kejauhan arah tenggara Puncak Mahameru malu2 menyembul dari kerumunan awan. Sangat beruntung kami hari ini, karena cuaca sangat cerah yang tidak memberikan kesempatan kabut untuk turun menghalangi pandangan kami untuk menikmati pahatan gusti Allah dan karya manusia yang nampak lebih elok di ketinggian. Phase terakhir pendakian kami dari Goa Butol adalah phase tersulit karena medannya sangat terjal, baik saat naik maupun turun menyusahkan kami bertiga, disini trekking pole sangat membantu. Akhirnya sampailah kami di Puncak Pawitra, setelah melalui periode
waktu sepanjang 4 jam 5 menit.

Diatas ternyata sudah ada 8 anak muda yang berkumpul, kami saling menyapa dan berbincang2, dari mereka ternyata ada 3 kelompok, yang kelompok besar berjumlah 6 orang berasal dari Surabaya & Blitar, mereka naik melalui jalur Kedungudi sama seperti kami, sementara dua sisanya rupanya naik ke Pawitra sendiri2 dari jalur Kunjorowesi. Setelah mereka semua turun, kami bertiga masih betah sesaat berada diatas untuk menikmati pemandangan yang luar biasa ini. Setelah puas take picture, kami segera turun melalui jalur yang sama. Sejak perjalanan pendakian seringkali suara music dari HP mas Boiy yang di amplify ke BT Speaker tiba-tiba mati tak tahu sebabnya, dan saat turunpun mengalami hal yang sama, tepat di lokasi candi Guru tiba2 suara music mati, dan beberapa langkah kemudian hidup kembali, akhirnya saya minta mas Boiy untuk balik ke candi lagi, dan benar saja suara music kembali mati, dan kemudian setelah beberapa langkah maju kembali hidup. Rupanya geomagnetic field yang terlalu besar di lokasi candi Guru menyebabkan RF 2.4 GHz yang digunakan wireless data communication Bluetooth terganggu. Saya coba ukur besaran medan magnet bumi dibeberapa lokasi batu andesit yang besar bisa mencapai lebih dari 100 µT, sementara medan geomagnetic normal berkisar antara 25 – 65 microTesla (µT). Di areal Arjuna dan Penanggungan  banyak lokasi2 yang memiliki medan geomagnetic jauh diatas normal, sehingga jangan heran jika kadang2 kompas tidak menunjukkan arah yang presisi, karena geomagnetic field ini dipergunakan sebagai acuan dalam ber-navigasi, tidak hanya oleh manusia namun juga hewan seperti halnya burung dan kura2 saat melakukan migrasi. Dalam perjalanan turun, kami beristirahat makan siang di Candi Lurah, sekitar satu jam kami habiskan waktu disini. Saat kami masih beristirahat menikmati sejuknya udara gunung, datang 3 remaja dengan terengah-engah, kemudian duduk istirahat bersama kami, alhamdulillah kami sama2 beruntung, bahwa bekal makan dan minum kami yang masih tersisa kami berikan kepada mereka, sementara kami turun dengan beban yang lebih ringan.

Semakin kami ke bawah semakin banyak jumpa dengan rombongan anak muda yang naik ke puncak Penanggungan, dalam hitungan saya lebih dari 200 orang, mereka datang dari berbagai kota di Jawa Timur. Rupanya berita pembukaan jalur Kedungudi ini sudah banyak didengar oleh para pecinta alam, dan segera saja mereka mengobati kerinduannya kepada alam setelah kurang lebih 4 bulan lockdown semua jalur pendakian sejak pandemi Corona muncul. Akhirnya kami sampai di pos perijinan pendakian setelah melalui periode waktu selama kurang lebih 3 jam 20 menit, termasuk istirahat selama lebih kurang satu jam di Candi Lurah. Setelah melaporkan kedatangan, kami menuju Masjid desa Kedungudi untuk membersihkan diri dan menunaikan sholat, setelah beristirahat sejenak, akhirnya kami meneruskan perjalanan pulang ke Malang.

Resume pendakian Tek-Tok Puncak Pawitra via Kedungudi, pendakian membutuhkan waktu 4 jam 5 menit, sementara perjalanan turun membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam 30 menit. Panjang jalur pendakian hanya sekitar 4 Km, namun dengan kemiringan yang cukup berat, start dari 660 mdpl menuju ke 1.653 mdpl, yang kalau dihitung pakai rumus arcsinus maka akan ketemu kemiringan rata2 sebesar 14.5 derajad. Pemandangan selama pendakian bagus. Track pendakian relatif aman, karena jalurnya rapi berundak tanah, akar pohon maupun batu, tidak seperti jalur Tamiajeng yang banyak kerikil yang bisa berjatuhan saat diinjak. Petunjuk arah sangat jelas, dijamin aman bagi pemula. Demikian Sobat Alam yang dapat kami share dan semoga bermanfaat.

Akhirnya salam 3angleTOP

9 comments:

  1. Wow keren bangett... gak sabar pengen baca ulasan next destination.... Ogal Agil

    ReplyDelete
  2. Memang menarik, namun buat saya cukup menikmati saja apa yg diungkapkan disini ... Allah maha besar..

    ReplyDelete
  3. Dengan susah payah dan memerlukan power yg cukup gede wow ...!!
    Ternyata ternyata layar biasa alam pegunungan ini...
    Next berikutnya ditunggu.

    ReplyDelete
  4. Saya yang dari Kunjorowesi sendirian pak👋

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini mbak yang turun duluan atau mas yang turun belakangan...soalnya dua2nya lonehiker dan sama2 dari kunjorowesi...

      Delete
  5. Mantap om saya termasuk pemuda dari surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mas...smg bisa ketemu lagi di puncak yg lain...tks

      Delete

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut